48. Aura, Azmia dan Yasna

22 4 0
                                    

Mulai melangkah kan diri menjadi seorang mahasiswa itu yang sangat ingin banyak orang rasakan. Tak sedikit orang yang mau menginjakkan kakinya di kampus yang diinginkan, tapi tak bisa. Karena keterbatasan biaya, mungkin. Maka bersyukurlah untuk orang yang mampu melanjutkan pendidikan. Begitu pula yang terbesit di benak Aura, Yasna dan Azmia. Ketiganya sangat beruntung memasuki universitas negeri di kota kembang ini. Apalagi dengan jurusan yang diminati.

Perlahan tapi pasti. Mereka melangkah dengan sangat bahagia. Tak lama lagi keinginannya akan terwujud. Oleh sebab itu, senyum merekah selalu mewarnai setiap aktivitasnya. Meskipun dengan lingkungan baru, tapi mereka akan menikmatinya dengan ketabahan juga kesabaran yang akan menjadi modal utama suksesnya mereka nanti.

Mempunyai hubungan yang aman, tak pernah dilanda masalah besar itu menjadi nilai plus untuk menambah semangatnya menuntut ilmu disini.

Aura. Lian itu bagaikan penerang di malam gelapnya. Betapa bersyukurnya ia bisa memikat hati seorang Aulian Bramanty Verdianto. Lian memang salah satu anak dari keluarga berada, tapi Aura yakin Lian akan membuat dirinya berada dengan jerih payahnya sendiri. Tentunya hingga Lian tak mengandalkan kedua orang tuanya lagi. Tekad untuk mempunyai masa depan yang cerah, membuat Aura makin terkagum dengan Lian.

Azmia. Hubungannya dengan Vino yang sempat ia tutupi juga dari para sahabatnya itu pun berjalan dengan baik. Meskipun kini keduanya memilih universitas yang berbeda, tapi keduanya tak mempermasalahkan hubungan yang dijalin secara jarak jauh itu. Setelah lulus SMA, Vino memutuskan untuk kuliah di Sumatera Selatan, tepatnya di Palembang. Jelas berbeda dengan Mia yang memilih universitas negeri di Bandung.

Yasna. Memang jarak bukanlah alasan untuk berpisah. Terbukti lagi dengan Yasna dan Eshall. Meski masih dalam satu pulau yang sama, mungkin saja waktu jarak tempuh yang cukup lama jika ingin bertemu. Awalnya Yasna menginginkan hubungan keduanya disudahi saja. Tapi Eshall menolaknya, ia tak peduli dengan jarak mereka yang cukup jauh. Karena menurut Eshall, 'jaman sudah canggih, kalo kangen tinggal video call'. Kalimat yang terus menerus mengiang di kepala Yasna. Mau tak mau ia pun terus tersenyum dengan ulah Eshall yang mmbuat harinya tidak kelam. 'Itung-itung hiburan' batin Yasna.

Pagi ini mereka sedang berkumpul. Berhubung ketiganya ada waktu, karena sengaja datang lebih awal agar bisa seperti ini. Waktu untuk memasuki mata kuliah hari ini sekitar satu jam lagi lamanya. Itu sebabnya ketiganya berada di taman yang tersedia disini.

Terlihat selintas wajah Aura yang terlihat murung. "Ra, lo kenapa?" Tanya Yasna yang menyadari hal itu.

Azmia menautkan kedua alisnya. "Kok lo nanya kayak gitu sih, Yas? Emang Aura kenapa?" Ia pun mengulangi pertanyaan dari Yasna.

Aura menggeleng sekilas. "Gak papa, gue cuma kepikiran aja" Jawab Aura seadanya.

Jika harus jujur, Aura belum terbiasa dengan berkumpulnya mereka yang tidak lengkap seperti ini. Memang biasanya paling tidak mereka berkumpul sekurang-kurangnya berlima, tapi sekarang mereka hanya bertiga. Itu yang membuat Aura murung kala itu.

"Kepikiran? Siapa?" Yasna kembali bertanya, ia merasa penasaran dengan sikap Aura yang secara tiba-tiba berubah.

Aura hanya tersenyum seraya sesekali menggeleng.

"Ra, lo mau gitu sekarang sama kita? Cerita kali?!" Desak Azmia agar Aura mau berbagi kisahnya.

"Kayak lo suka terbuka aja sama kita, Mi" Ucap Aura sambil menyindir tapi tetap dengan cengengesan.

Mendengar itu, Azmia hanya menampilkan sederetan giginya. "Gak usah membolak-balikan fakta ya" Balas candanya. "Ayo cepat cerita, kenapa?"

Azmi terus-menerus mendesak Aura agar bercerita.

Aura menghela napasnya pelan. "Gue cuma belum terbiasa aja kumpul gak semuanya. Berasa ada yang kurang gitu" Ia pun mencoba mengeluarkan penat yang memenuhi ruang ingatannya itu.

Yasna juga memberikan efek yang sama. "Iya juga sih, tapi mau gimana lagi ini kan pilihan kita. Masa iya kita semua harus satu universitas, kan disini gak ada yang mereka minati. Begitu juga kita, di universitas yang mereka pilih belum tentu ada cita-cita kita" Tutur Yasna yang panjangnya melebihi tembok Cina.

Azmia mengangguk setuju. "Benar tuh. Lagi pula hari sabtu sama minggu kita semua pasti free kan? Jadi kita bisa kumpul lagi deh berenam" Jawab Azmia dengan senang.

"Kalian benar. Makasih ya udah bikin gue gak terlalu terlarut lagi meratapi nasib ini" Balas Aura mendramatisir dengan senyum yang mengembang.

Azmia menoyor pelan Aura. "Iya sama-sama. Tapi gak usah lebay kayak gitu ah" Ucapnya seraya bergidik ngeri.

"Iya, kita kan udah jadi mahasiswa disini" Tambah Yasna.

"Gimana kalo nanti kita bikin album?" Tawar Aura.

"Boleh, pasti seru tuh" Jawaban Yasna yang antusias.

"Berenam?" Tanya Azmia.

"Iya, tapi terserah sih kalo lo mau menyelipkan foto Vino"

"Serius?"

"Iya, tapi bikin sendiri albumnya"

Azmia mengerucutkan bibirnya. Aura bersama tertawa puas melihat Azmia yang kesal karenanya.

Sesaat kemudian Aura berkata. "Peluk?" Tanyanya yang dijawab dengan anggukan.

Bagaikan teletubies. Ketiganya berpelukan begitu hangat. Hanya saja kalo teletubies kurang satu personil sih mungkin iya. Tapi itulah letak kebahagiaan mereka. Bisa memberi ketenangan kepada sahabatnya yang sedang merasa sedih maupun gelisah.

Pelukan itu tak berlangsung lama saat Yasna tak sengaja melihat jam tangannya. Mereka akan terlambat memasuki kelas jika masih disini sekarang. Oleh sebab itu ketiganya berpisah, berpamitan menuju kelas masing-masing agar tidak mendapat amukan dari dosen. Apalagi ini adalah hari pertama mereka kuliah. Tak ada manis-manisnya jika mereka terlambat.









***
TBC..
Jangan Lupa Voment..

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang