49. Cerita Adeeva dan Edlyn

24 5 0
                                    

Keputusan yang tak akan pernah Adeeva dan Edlyn sesali adalah memasuki universitas ini. Keduanya sangat bahagia bisa membesarkan cita-cita yang sedari kecil mereka rancang disini. Sejumlah penantian yang cukup panjang untuk sampai disini. Masuk ke salah satu universitas negeri bukanlah hal yang mudah. Tentunya butuh perjuangan. Dan kini keduanya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.

Soal asmara.

Adeeva. Kisah yang ia bangun dengan Syauqi sejak kelas sebelas itu tak henti-hentinya meninggalkan kata romantis. Setiap orang yang melihat hubungan mereka, pasti tak akan pernah menyangka keduanya mempunyai hubungan spesial. Bagaimana tidak? Syauqi dan Adeeva tak pernah bertingkah selayaknya sepasang kekasih. Keduanya membuat hubungan yang funny menjadikan kesan romantis tersendiri. Sifat konyol yang di miliki Adeeva ternyata juga dimiliki oleh Syauqi. Sehingga tak heran jika keduanya saling melemparkan kekonyolan. Bukan sampai disitu, Adeeva kuliah disini pun Syauqi mengikutinya. Jika Mamanya bertanya kuliah di UPI mau ambil apa? Jawabannya sederhana aku gak mau kuliah, cuma ikut Deeva aja. Mamanya pun hanya menggelengkan kepalanya pusing menghadapi anaknya yang satu ini. Akhirnya, setelah berbagai macam cara Adeeva lakukan untuk membujuk Syauqi agar mengikuti saran Mamanya untuk kuliah jurusan manajemen bisnis, Syauqi mengangguk setuju asalkan satu universitas bersama kekasihnya itu. Beruntung pilihan Adeeva dan Mamanya Syauqi ada dalam satu universitas yang sama.

Edlyn. Jangan ditanya lagi ia pacar siapa sekarang. Sejak insiden —penolakan untuk Abyan— Edlyn memang tak berniat untuk mempunyai pacar. Alasannya cuma satu, akibat susah move on dari mantan akhirnya begitu. Karena baginya mantan itu cinta pertamanya bahkan hingga saat ini ia tak berani untuk belajar mencintai orang lain. Apalagi sekarang Abyan tidak satu universitas dengannya. Jadi hal yang cukup jauh kemungkinan untuk keduanya bisa berkomunikasi seperti waktu SMA, dimana mereka bisa bertemu setiap waktu. Hal yang mengejutkan yang ia terima saat memasuki universitas ini adalah seorang Rafa Erizally, orang yang sering mendekati Edlyn juga sedang melanjutkan pendidikan disini. Karena sejujurnya, meskipun mereka dekat sewaktu Edlyn SMA, tapi sama sekali Edlyn tak pernah mengetahui Rafa kuliah di tempat yang sama dengannya sekarang. Tapi apa boleh buat? Apa ia bisa memberi hatinya buat Rafa? Belum tentu juga. Tergantung dari usaha Rafa sendiri kuat atau tidaknya menyikapi sikap Edlyn yang sangat dingin kepada lawan jenisnya.

Awal pagi hari yang cerah. Matahari mulai menampakkan sinarnya menuju langit tepat di atasnya. Sinar yang sesekali redup, dengan hembusan angin yang menerpa wajah mereka. Mereka adalah Adeeva, Edlyn dan Syauqi. Ketiganya tengah menikmati makan siang. Yang kebetulan mempunyai ruang waktu yang kosong untuk berkumpul saat ini. Suasana yang pas dan cocok.

Syauqi melihat kearah Adeeva dan juga Edlyn secara silih berganti. Keduanya sama-sama diam. "Woyy! Diam mulu, bisulan ye?!" Ucap Syauqi membuyarkan lamunan keduanya.

Edlyn terperanjat kaget. "Bisa gak sih lo gak ngagetin kita?" Edlyn mendelik sebal.

"Ah elah lo. Galak mulu sama cowok, gimana ada yang mau coba" Jawab Syauqi seraya melemparkan makaroni goreng kearah Edlyn.

Yang dilempari menepis nya dengan kasar. "Jangkrik!! Kena muka gue" Protesnya tak terima.

Adeeva mengulum senyumnya. "Lagian kamu sih, udah tau macan lagi tidur pake dibangunin segala" Ujarnya dengan diiringi bersama tawa cibiran.

Syauqi ikut tertawa. "Pinter. Aaa dulu coba" Ia mengisyaratkan agar Adeeva membuka mulutnya, kemudian melemparnya hingga masuk ke dalam mulut Adeeva dengan sempurna.

"Anjirr lo, Qi. Gimana kalo sahabat gue keselek?" Edlyn benar-benar tak habis pikir dengan gaya pacaran mereka.

Adeeva mengunyah tanpa beban. "Enak kok, Lyn. Lo mau?"

Edlyn langsung menggidikkan bahunya saat Adeeva menawari makaroni yang ada di dalam mulutnya itu. "Benar-benar sinting ya kalian berdua" Edlyn menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia pun berniat mencari tempat duduk yang lain, untuk memisahkan dirinya daripada nanti ia ketularan somplak nya. Tapi pergerakan itu tertahan kan oleh suara yang datang mendekati meja yang didudukinya.

"Mau kemana? Padahal kita mau numpang duduk disini loh" Ia datang bersama kedua temannya.

Edlyn terpaku saat di hadapannya kini ada Rafa dan temannya. "Meja masih banyak kali ngapain numpang segala" Jawab Edlyn berusaha tak peduli dengan datangnya Rafa.

Rafa tersenyum penuh arti. "Tapi aku mau sama kamu, gimana dong?" Tanyanya seraya menggoda Edlyn.

Edlyn menautkan kedua alisnya. "Gak peduli" Secepat mungkin ia lari dari kenyataan yang ada. Tapi tetap hasilnya nihil saat Rafa memegang tangannya.

"Disini aja" Bisiknya.

Sekuat tenaga Edlyn mencoba melepaskan cekalan itu. "Mau kasih mahar berapa lo berani pegang tangan gue?" Tanyanya dengan garang.

"Mahar?" Kini Syauqi yang merecoki obrolan Edlyn dan Rafa. "Lo nantang mahar? Emang lo mau di kawin sama dia?" Tanya Syauqi membuat Edlyn menepuk keningnya.

"Refleks" Jawab Edlyn seadanya.

Adeeva, Syauqi, Rafa bersama kedua temannya pun hanya terkikik geli saat melihat tingkah laku Edlyn. 'Sialan emang gue pelawak apa? Maen pada ketawa aja' batinnya menggerutu.

***

Itu lah sepenggal kisah keenam sahabat pada hari pertama memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tentang bagaimana kehidupan yang lebih luas. Dengan diiringi pula ilmu yang akan menjadikannya anak bangsa cerdas dan berprestasi.

Menyusun sebuah rancangan dasar yang menjadi masa depan yang berarti.

Tentang kisah persahabatan yang sulit akan tebakan. Tak pernah menyangkal jika kerenggangan adalah awal untuk mempererat sebuah tali agar tidak mudah lepas. Juga membangun masa indah dimana lebih banyak orang yang sayang dari membuang. Menjalin tali silaturahmi, untuk mencapai Rahmani.







***
TBC..
Jangan Lupa Voment..
Salam terhangat😘😘

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang