2 (edited)

147 22 1
                                    

"Kang brian!" Teriakku saat melihat brian di halaman berjalan tanpa mempedulikan lingkungannya hingga ingin menabrak tiang jika tak ku panggil.

Itulah brian 24 jam selalu menempel dengan bukunya, sudah ku bilang sebelumnya dia bukan anti sosial, teman temanku menganggapnya anti sosial.

Aku menghampiri brian, brian hanya melihatku menunggu ku menghampirinya dan setelah aku di sampingnya dia kembali berjalan tanpa mempedulikanku yang dari tadi mengeluh lapar.

Aku mendengus kesal dan tetap berjalan di sebelah brian, ini tidak akan berbicara jika tidak sa biru dulu yang memulainya.

"Ehm" aku sengaja batuk membuat brian menengok sekilas dan fokus kepada.... bukunya lagi.

Gila

"Bri!!!" Aku sedikit berteriak.

"Apa?"

"Tau ah cape"

"Istirahat"

"BUKAN ITU!"

"Terserah"

ANAJSKSOWKWK, boleh kah aku mengumpat sekarang?

Hm baiklah

Bangsat.

Bukan pertama kalinya brian memperlakukanku seperti ini, tapi kenapa kali ini berbeda? Mungkin aku sedang pms hari pertama.

Aku selalu kehilangan kata kata ketika sedang bersama brian, karena ku tau dia akan menjawabnya 'oh' 'iya' 'hm' dan paling menjengkelkan ketika dia bilang 'terserah'

Seakan akan brian tidak pernah perduli dengan keputusanku, padahal kan... ah sudahlah, pusing memikirkan itu semua.

"Brian!" Aku menepuk jidatku, karena aku lupa jika mengatakan hari ini ada rapat osis pagi ini, iya brian ketos disini, aneh bukan? bukanya brian ketua osis seharusnyaa mengetahui semua kau tau brian sangat sibuk selingkuh dengan bukunya, dia memang susah di hubungi, jika menunggu brian online sosial medianya, aku yakin proposalnya tidak akan jadi.

"Apa lagi?" Akhirnya dia menutup bukunya dan memasukkanya ke dalam tas yang ada di punggungnya.

"Ada rapat"

"Udah tau"

Pftt!! Aku meniup poniku kesal.

"gue mau ke ruang osis" pamitnya aku memberhentikan langkahku dan brian meninggalkanku begitu saja.

--

"Apa sih" Jae terkejut ketika aku menyerobot jus mangga jae.

"Jae, gue tuh keselll!!!!!" Biru menggedor gedor meja kantin membuat semua pasang mata menatapku aneh.

Bodo.

"EHH JANGAN DI ABISIN!!!"

"Eh kok lo jadian yang ngegas"

Jae memutar bola matanya, melanjutkan makan siomaynya.

"Jaee dengerin aku!!!"

Jae berhenti mengunyah dan meletakkan sendoknya menatapku lekat.

"Kapan sih gue ga dengerin lo? Sampe budeg ni kuping gue"

"Brian ngeselin!!"

"Emang, siapa suruh pacaran sama manequin di kasi nyawa"

"EH! SEMBARANGAN!!!"

Aku menjitak kepala jae, jae tak mau kalah kembali menjitakku.

"Oh my god, stop it!!!" Dowoon yang dari tadi makan baksonya dengan tenang akhirnya angkat bicara.

Dan saat ini posisiku menjambak jae dan jae menjewer telingaku.

"Aduh brisik sayang, jangan brisik brisik dong gue tusuk pake stik drum juga"

Pamer

Sombong

Dasar

Aku menarik tanganku menjauhi rambut jae, "najis"

Jae mendengus jika dowoon sudah melerai, sudah berakhir semua, aku tidak berani soalnya dengan dowoon HEHEHEHEH

"Kim wonpil!!!" Jae berteriak membuat laki laki tinggi itu menengok, pianis manis suara yang merdu, jujur aku pernah menyukainya.

Sungguh suara jae brisik, wonpil berlari menghampiri kami, anak ipa 1 itu duduk di sampingku, sepertinya dia ingin mencari seseorang.

"Biru, lihat brian?" Tanya nya, astaga dia tau namaku aku melongo melihat wajah wonpil yang tampan minta ampun.

"Jawab bego" jae mendorongku, mengganggu dasar!

"eum, dia rapat osis"

"Di cariin wali kelas"

"Loh? Kenapa gak jinyoung aja? Kan dia ketua kelasmu"

Aku mengernyit, kenapa?

Sekedar informasi, jika kalian menanyakan kenapa wonpil mencari brian dia kawan sekelas brian, dan anehnya aku dulu selalu lewat ke kelas wonpil em, bukan maksud ku kelas XI- ipa 1, untuk melihat wonpil.

Namun aku malah mendapat manusia batu seperti brian, dan bodohnya aku hanya mengangguk ketika dia menyatakan perasaannya padaku.

1 hari aku merasa aneh karena brian terus terusan diam, 2 hari aku menyadari sifat brian yang hangat di dalam, 3 hari sungguh aku tidak melepaskan laki laki bernama kang brian.

Brian memberikanku jaket setiap hujan, dia terus mengatakan jika dia mau mengantarkanku pulang, hingga dia kali ini sudah tidak menanyaiku tentang pulang bersama.

Ku tau dia pasti akan tahu jawabanku.

Oke kembali ke pembahasan.

"Ada apasih?" Tanyaku lagi padahal sudah tau jika wonpil tidak mengetahui apapun, dia hanya disuruh untuk memanggil brian.

Wonpil menggeleng.

"Paling bentar lagi selesai" lanjutku, wonpil mengangguk.

"Sa biru!" Aku menoleh ke sumber suara yang memanggilku, "di suruh ke ruang administrasi"

Memalukan.

--

Letting Go - BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang