Chapter 1

43 18 31
                                    

Assalamualaikum:)
Silahkan membaca😊
Moga suka, Amin😇

🌹~~🌹~~🌹~~🌹~~🌹~~🌹~~🌹~~🌹

Flora Vriyanti Rafani. Itulah nama gadis yang tengah duduk bersandar di kursi tepatnya di teras rumahnya.
Ia menerawang jauh tentang hidupnya yang tak seindah hidup orang lain.

Mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu saat ia mengetahui alasan mengapa orang yang sangat dicintainya pergi meninggalkannya, membuat Flora bertambah benci kepada seseorang.

Jika ada orang lain yang ingin bertukar hidup dengannya ia akan bersedia, karna masalah yang ia rasakan sangatlah sulit untuk dilaluinya. Flora merasa orang yang paling menderita di dunia ini. Seakan penderitaan hanya untuk dirinya.

Tak terasa air matanya jatuh membasahi pipi imutnya. Ia cepat-cepat menghapusnya agar tidak ada seseorang yang melihatnya. Tapi, tanpa Flora sadari, ada yang menatapnya sejak tadi dari dalam jendela. Dia adalah adik Flora.

"Kak, kenapa nangis?" Tanya adiknya menghampiri Flora yang hanya memasang wajah datar.

Flora mempunyai adik yang bernama Fiona Vriyanti Rafania, mereka kembar identik, hanya berbeda beberapa menit saja. Tapi Fiona berbeda dengan kakaknya. Ia tidak sesempurna Flora, karna Fiona mengalami kaki pincang dari bayi sehingga ia memerlukan tongkat untuk membantunya berjalan.

Tapi walaupun begitu tak lantas membuat Fiona berkecil hati dan putus asa. Ia terus menyemangati dirinya, sabar, ikhlas dan menjalani hidunya dengan penuh semangat walaupun ia masih sering menyalahkan takdir hidupnya.

"Lo ngapain di sini?" Bentak Flora. Ia tak suka diganggu jika saat bersedih.

Fiona tidak menghiraukan amarah kakaknya. Ia duduk di kursi tepat di hadapan Flora. Fiona menatap kakaknya dengan raut sedih.

"Sampai kapan kakak benci aku," air mata Fiona lolos jatuh di pipinya.

"Sampai kamu kembaliin Ayah dan Ibu." Flora berdiri dari kursi dengan perasaan campur aduk.

"Gara-gara ngelahirin lo Ibu jadi meninggal. Ayah jadi frustasi hingga ia bunuh diri, lo tuh seharusnya gak lahir, lo cuman anak pembawa sial." Flora sudah terbawa emosi. Ia terus menunjuk-nunjuk Fiona dengan wajah yang sangat marah.

"Kak, maafin aku, kalau aku tau akan begini. Aku lebih baik gak lahir kak," ucap Fiona tersedu-sedu sembari berjongkok di depan kakaknya. Ia menyentuh kaki kakaknya. Walaupun kakinya masih terasa perih. Ia tetap memaksakannya.

"Kak, kalau kakak benci aku, gak mau liat aku. Kakak boleh kok bunuh aku," lirih Fiona yang terus mengeluarkan air mata. Ia mendongak menatap kakaknya, tetapi Flora hanya mengalihkan pandangannya.

"Kak, aku lebih baik mati aja, daripada harus hidup dibenci sama kakak. Kak aku mohon jangan begini." Fiona makin mengeratkan tangannya yang melingkar di betis kakaknya. Seakan ia baru saja melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Tetapi Flora hanya diam tanpa menatap adiknya, sekarang bencinya lebih tinggi dari apapun.

"Flora apa-apaan kamu!" Dari arah pintu muncul seorang nenek. Dia adalah nenek Flora dan Fiona yang menjaga kedua anak itu sampai dewasa seperti sekarang.

Flora kaget, ia langsung mengusap pipnya yang sudah dipenuhi air mata. Sedangkan Fiona hanya menunduk masih dengan posisinya yang sama.

"Berdiri nak," nenek Sita menghampiri si kembar dengan langkah tergopoh-gopoh dan membantu Fiona berdiri dengan tangan keriputnya.

"Kamu juga Flora, kamu bisa jangan kasar kasar sama adik kamu!"

"Nek, dia udah bunuh Ayah dan Ibu!" Ucapan Flora dengan suara dinaikkan beberapa oktaf memancing emosi neneknya. Ia ditampar di pipi kirinya hingga kemerahan. Nenek sudah selalu menasehati Flora bahwa meninggalnya Ayah dan Ibunya adalah takdir. Tapi Flora tetap tidak menerimanya. Ia masih menuduh adiknya yang tidak tau apa-apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Level CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang