Forgotten Valor : The Reborn Veteran

33 1 2
                                    

New York City, Amerika Serikat, 30 November 2012.

"Dua dari lima file catatanku terinfeksi virus?!" geramku kepada ahli reparasi komputer langgananku.

"Ya, ini tidak bisa dibendung lagi. Kita harus menghapusnya..." ujarnya dengan penuh keterpaksaan.

"Jangan! Kita perlu mem-backup data pribadiku. Coba buka folder videonya..." pintaku.

Pria bertubuh agak gemuk itu mengarahkan mouse komputerku dengan cekatan. Ia menekan tombol kiri pada mouseku dengan cepat pada folder bergambar pita film. Biasa disebut folder My Video. Setelah terbuka, aku sedikit memperhatikan konten di dalamnya.

"Syukurlah, koleksi Yuma Asami-ku tidak terinfeksi virus..." lenguhku.

"Err... pak, aku sarankan untuk tidak mem-backup data pribadi bapak." cegah pria itu di saat aku merogoh sebuah flashdisk di kantung celanaku. "Virus Sality mudah menular ke berbagai media penyimpanan, pak. Meskipun virus itu tidak menginveksi file bapak, tapi dia dapat bersarang di flashdisk bapak!"

Benar-benar sial. Virus yang dinamakan Sality ini benar-benar menjamur di seluruh kota New York. Kudengar dari televisi, virus ini telah menginveksi kurang lebih satu juta lima ratus pengguna komputer, yang mengakibatkan komputernya beresiko rusak permanen. Sebuah fenomena aneh di tahun ini, dimana virus komputer malah mewabah ke kota ini. Kukira virus flu babi yang akan mewabah.

"Jadi, harus bagaimana, pak?" tanya pria itu padaku.

"Aku tidak punya pilihan...." keluhku. "Lakukanlah yang terbaik bagimu, anak muda..."

"Master reset?" tanyanya. Aku mengangguk pelan.

Disaat ia bekerja, aku sempat terpikir. Aku tidak bisa menghentikan wabah virus ini yang disebarkan melalui dunia maya. Aku bukanlah siapa-siapa, kecuali Lee Ancona si veteran Perang Vietnam yang tinggal sendiri di kota metropolitan ini. Umurku yang mulai menua ini mungkin tidak bisa lebih aktif seperti saat aku muda dulu. Dimana setiap permasalahan dalam negeri segera dituntaskan sampai ke akar-akarnya, seperti yang dilakukan para mahasiswa di kota ini, saat ini.

Aku mengingat sedikit tawaran seseorang yang usianya sepuluh tahun lebih muda dariku. Ia tiap hari ia mengunjungi kamar sedangku yang berada di dalam flat murahan ini. Oh bukan, ia bukan debt collector. Melainkan seseorang yang menduduki posisi terhormat dalam Angkatan Darat Amerika Serikat. Kita menyebutnya, jendral. Ya, Jendral Folley namanya.

Seingatku, pertama kali ia mengunjungiku saat awal bulan Oktober. Yang membuatku bingung, bagaimana ia bisa tahu tempat kediamanku. Dan, untuk apa ia mencariku sekaligus memberiku sebuah tawaran yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang lebih muda dariku.

"Bapak Ancona, maaf jika ini tidak mengenakanmu, tetapi ini sudah tidak bisa dibiarkan. Angkatan Darat kehilangan salah satu putra terbaik dalam Batalyon Kavaleri ke Satu di Afghanistan. Dia adalah pemimpin batalyon itu, dan dari semua perwira terbaik yang kami seleksi untuk dijadikan penggantinya, hampir semuanya gugur di Afghanistan." kata Jendral Folley padaku saat itu.

"Lalu kenapa? Perang adalah bisnis Amerika Serikat, dan juga bisnismu.  Bisnisku sudah selesai, sejak di 'Nam. Lagipula, kenapa harus repot-repot cari yang tua sementara yang muda masih banyak di negeri ini..." ujarku.

"Tapi, Bapak Ancona-"

"Maaf, pak jendral. Aku sudah kehilangan istriku di Vietnam. Aku sudah trauma dengan perang. Dan aku sudah bersumpah untuk tidak angkat senjata lagi. Jika pak jendral mengerti, bapak bisa pulang sekarang."

"Bapak Ancona, kumohon dengarkan ini. Bapak adalah tentara legendaris di seluruh Amerika. Nama bapak di elu-elukan pada era itu. Tidakkah bapak ingin merasakan hal yang sama pada tahun ini?" nampaknya Jendral Folley semakin berambisi untuk mengajakku menerima tawarannya.

"Di elu-elukan dan akhirnya dilupakan?!" sambungku. "Setiap tentara yang berperang, akan di elu-elukan di akhir perang. Sebulan kemudian, mereka terlupakan. Aku merasa kasihan pada mereka yang menerima ajakan muluk dari Paman Sam untuk bertempur di Afghanistan. Baik yang mati, yang tertahan, yang selamat, sama saja mereka dilupakan. Terbuang. Terabaikan..."jelasku.

Kulihat sang jendral berdiri dari kursi kayuku dan berjalan keluar kamarku dengan sedikit lesu. Tetapi nyatanya, esoknya dia kembali menemuiku dengan tawaran yang sama. Ia berkali-kali  mendatangi rumahku dengan perbincangan yang sama. Hingga pada suatu hari -dan mungkin ini tawaran terakhirnya- aku dan dia masih membicarakan tawaran yang sama. Tapi yang berbeda adalah pada bagian akhirnya.

"Baiklah, bapak Ancona. Saya sebenarnya ingin memaksa bapak untuk ke Afghanistan. Tetapi, mengingat bapak adalah veteran, dan bapak mungkin memang tidak mau kesana karena suatu hal, ya mungkin saya bisa mencari pengganti yang lain, atau-"

"Atau memecatku?" ucapku menyambung perkataan Jendral Folley.

"Mungkin saja kulakukan. Tetapi, amat sangat disayangkan bapak tidak ikut serta. Karena, ini ada kaitanya dengan pembunuh dari Ibu Cony Ancona..."

Yap, di bagian itu yang membuat dadaku berdenyut kencang. Ia... mengetahuinya? Pembunuh istriku?

"Cony? Maksudmu... soal keberadaan Chernov...." Chernov, si bedebah yang telah membunuh istriku, tepat di tahun 1969.

Sang jendral mengangguk. Aku hanya mematung mendengarnya. Ia mengetahui keberadaan pembunuh istriku -yang pernah aku mencari keberadaannya selama sepuluh tahun lebih-. Aku tahu, kembali ke medan perang berarti membangkitkan kembali memori kelamku di Vietnam. Tetapi, di Vietnam pula aku bersumpah untuk menggunakan sisa hidupku untuk membalas kematian istriku. Dan, tawaran Jendral Folley sepertinya merupakan kesempatan pertama dan terakhir yang aku punya.

"Baiklah, bapak Ancona. Aku mengerti bahwa bapak tidak ingin ikut serta. Baik, aku bisa mencari pengganti yang lebih pantas..." ucap Jendral Folley sambil bangkit dari kursi kayuku.

"Tunggu!" cegahku, yang disaat yang sama si jendral berbalik ke arahku. "Kapan pesawat menuju Afghan akan tiba?"

"Besok pagi" jawab Jendral Folley sambil tersenyum.

Bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forgotten Valor : The Reborn VeteranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang