Satu hal yang aku tahu. Aku mencintaimu tanpa kenapa.
-kayla-
Hari pertama kayla tanpa sosok alvaro yang selalu mengusiknya, hari pertama tanpa orang yang ia cintai tanpa kepastian apakah cintanya akan terbalas atau malah sebaliknya.
Sakit memang mengetahui jika alvaro sudah memiliki pasangan, tapi cinta tidak bisa disalahkan. Logika mengatakan tidak tapi hati berkata lain dan itu tidak bisa disanggah kayla, walaupun sudah mengetahui jika peluangnya mendapatkan alvaro hanya sedikit bahkan mungkin tidak akan pernah bisa. Tapi tekadnya mendapatkan orang yang ia cintai sangat besar karena ia yakin jika kita berusaha kita akan mendapatkan hal manis walaupun harus melalui hal pahit dulu.
Walaupun menyakitkan juga mengetahui fakta bahwa alvaro tidak mencintainya tapi kayla selalu mengingat kata alvaro yang seolah memberinya semangat untuk tetap berusaha dan jangan menyerah, hal itu juga yang selalu kayla ingat membuat hatinya semakin yakin jika ia akan mendapatkan alvaro.
Hari ini kayla memang sedih karena kepindahan alvaro tapi ia tidak menunjukkan rasa sedihnya dan terus menampilkan senyumannya seperti sekarang ini, ia berjalan menelusuri koridor sekolah dengan senyuman dibibirnya sambil menyapa seluruh siswa yang dilihatnya, kebiasaan kayla jika di sekolah. Terlihat ramah tapi kadang memalukan.
Setelah memikirkan semalaman, kayla akhirnya memutuskan jika akan mengatakan sesuatu yang terjadi kemarin dengannya dan alvaro kepada ririn. Lagipula ririn adalah sahabat dekatnya, ia yakin ririn akan mendukunya.
Sampai dikelas, ia menyunggingkan senyum yang sedikit dipaksakan saat melihat bangku alvaro yang kosong. Hatinya sakit tapi ia selalu meyakinkan dirinya jika alvaro tidak akan melupakannya sesuai perkataannya pada kayla.
Kayla melangkahkan kakinya menuju bangku kesayangannya, disana sudah ada ririn yang terlihat sangat sibuk dengan bukunya. Mungkin sedang mengerjakan pr yang belum diselesaikan. Kebiasaan.
"Nyett...nyet kebiasaan ngerjain pr disekolah!" ucap kayla menyimpan tasnya di atas meja lalu menoleh menatap ririn yang masih serius dengan bukunya.
"Dasar!! Yang namanya pr tuh ngerjainnya dirumah bukan disekolah onyett" lanjutnya membuat ririn naik pitam, bagaimana tidak ia sedang serius mengerjakan tugasnya lebih tepat prnya dan bukannya membantu malah banyak bacot pake ngejek lagi."Nyot nyet, pala lo peang! Lo sama aja kali malah lebih parah, ngerjainnya aja enggak sok ngeledek gue!?" ririn kembali serius dengan tugasnya tanpa memperdulikan kayla disampingnya.
"Babi!" cibir kayla. Beberapa saat keduanya saling diam sebelum akhirnya kayla berdeham memecahkan keheningan diantara keduanya dan mulai bersuara.
"Rin!" panggil kayla tanpa menoleh memilih menerawang dengan pikiran entah kemana.
"Paan?"
Kayla menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan sebelum menoleh menatap serius ririn yang masih sibuk dengan bukunya.
"Gue ketemu sama varo kemarin!""Terus?" tanya ririn tanpa menoleh masih fokus dengan buku di depannya.
"Dia liat gue nangis di taman belakang!" ungkap kayla merasa gugup, takut jika ririn marah karena tidak memberitahunya persoalan kemarin, ia hanya diam tanpa mempedulikan ririn yang khawatir. Tapi sekarang ia akan mengatakan semuanya kepada ririn, ia tidak ingin menutupi apapun dengan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting
Teen FictionQuinindha Kayla Putri, seorang gadis biasa yang melanjutkan sekolahnya di salah satu sekolah unggul di Jakarta selatan. Ia sering dipanggil oleh temannya dengan sebutan Kayla, ia juga terkenal ramah,pemarah dan juga cerewat tapi pendiam saat bersama...