Bagi Sisil apa yang terjadi dan ia lihat dirumah kekasihnya Noach terasa seperti de' Javu. Terlebih ketika pria yang telah menjadi kekasihnya selama 2 tahun itu bahkan tak memperdulikannya ketika dirinya pergi begitu saja.Noach pria itu bahkan tak mengejarnya untuk sekedar menjelaskan bahwa semua itu tak seperti yang difikirkannya dan meminta maaf untuk menyakiti hatinya.
Ya setidaknya itulah yang harus Noach lakukan, bahkan dalam fikiran itu Liana berfikir sama.
Flash back
Sisil meninggalkan rumah kekasihnya itu begitu saja, ia tahu bahwa itu tak seharusnya dilakukannya tapi melihat bagaimana Noach mencintai Liana terang-terangan dihadapannya membuatnya tak sanggup lagi menahan segalanya.
Meski karena hal itu ia harus berkahir berjalan kaki menuju kompleks depan untuk mencari tadi karena ketika berangkat ia pergi bersama menggunakan mobil Liana.
Tin.. tin.. tin..
Sebuah mobil berhenti tepat di depan Sisil yang terus berjalan bersamaan air mata mengalir deras dimatanya.
"Sisil.." ya, itu adalah suara Liana wanita yang begitu Noach cintai.
"Sisil, ayo masuk biar aku antar." Ucap Liana lembut hal yang membuat Sisil begitu membencinya, karena Liana terlihat sama seperti Noach dia berprilaku lembut namun terasa dingin bersamaan membuat Sisil ragu apakah Liana tulus atau tidak seperti halnya Noach.
"Ga perlu kak, aku bisa pulang sendiri ko." Tolak Sisil frustasi tak dapat menyembunyikan perasaannya.
"Jangan begitu, Kaka ngerti perasaan kamu. Kakak juga perempuan, simpan dulu perasaan itu dan kita bisa bicara di mobil. Bagaimana?" Sisil justru terdiam membuat Liana terpaksa harus mengatakan hal terkahir ini.
"Aku tahu, kamu pasti juga marah padaku. Aku akan menjelaskannya, tentangku.. dan .."
"Noach" ucap Liana pada akhirnya.
Hal itu sontak membuat Sisil terkejut, namun juga lega setidaknya ada seseorang diantara mereka berdua yang akan membuatnya merasa sedikit lebih lega dengan mengetahui sesuatu yang seharusnya berhak diketahuinya sejak dulu.
Dan dengan perkataan Liana, Sisil akhirnya setuju untuk ikut bersamanya.
Flashback end
***
Dilain pihak seorang pemuda justru terdiam memandangi kotak nastar dan masakan yang masih tersisa dimeja makan.
'Merasa bersalah'
'terlihat bodoh dan pengecut'Itu semua yang ada difikirkannya, terlebih memikirkan bagaimana cara Liana memandangnya tadi seakan de'javu mengingat pandangan itu adalah pandangan yang sama seperti terakhir kali sebelum kepergian Liana.
Noach mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Liana namun nihil tak ada jawaban karena Liana mematikan ponselnya.
Selanjutnya Noach mencoba menghubungi Sisil namun gadis itu tak mengangkat panggilan pesan darinya, tentu saja setelah apa yang dia lakukan sepertinya takkan semudah itu Sisil memaafkannya.
***
"Bagaimana tentang Kaka, dan Noach?" Sisil berbicara dengan nada yang mencoba menahan amarah dan luka.
"Sebelumnya biar aku bertanya lebih dulu, sejauh apa yang kamu tahu tentang aku dan Noach?"
"Yang jelas jauh lebih dalam dibandingkan yang orang-orang fikir" ucap Sisil kali ini kecewa.
"... Baiklah Sisil, sebelumnya aku tidak pernah berfikir bahwa aku akan membahas hal seperti ini denganmu. Tapi aku rasa Noach akan tetap diam, jadi aku akan menggantikan nya."
"Kalian sepertinya masih peduli satu sama lain."
"Kepedulian tidak cukup untuk menjalin tali kasih Sisil, kepercayaan adalah yg dibutuhkan"
"Kenapa kalian berakhir?"
"Tidak pernah ada akhir Sisil.." ucap Liana kali ini mencoba menahan emosi yang mulai bergejolak.
"Kalian belum berakhir?"
"Kami bahkan tidak pernah memulai" lirih Liana
"Sudah kubilang bukan Sisil kamu yang pertama untuk Noach, kamu wanita pertama yang dipilihnya. Wanita pertama yang dikenalkan pada keluarganya sebagai kekasihnya. Apa kamu masih tidak mengerti? Aku bukan siapa-siapa untuk Noach."
"Itu bohong, Noach sangat mencintai ka Liana. Semua orang tahu itu." Ucap Sisil kali ini mulai sedikit emosi.
"Sepertinya apapun yang aku katakan kamu takkan mempercayainya. Kalau begitu katakanlah apa yg kamu katakan benar tentang perasaan Noach padaku, lantas apa? Bagiku sekalipun yg Noach rasakan itu benar. Aku tak bisa bersamanya Sisil." Ucap Liana kali ini dengan suara gemetar membuat Sisil bingung dengan sikap dan ucapannya.
"Benarkah? Tapi kenapa? Dari yg kulihat Kaka juga masih mencintai Noach bukan.." ucap Sisil lesu, pahit ketika ia harus mengakui keadaan yg sebenarnya.
"Sudah kubilang Sisil, cinta saja tak pernah cukup untuk menjalin suatu hubungan. Ada yg lebih penting dari itu, yg sudah hilang bagiku."
"Maksud ka Liana?"
"Kepercayaan, Sisil bagaimanapun perasaanku dan Noach itu tak lagi penting bagiku ketika aku telah kehilangan kepercayaanku padanya. Karena itu kamu tak perlu khawatir lagi, aku takkan merebut Noach darimu. Percayalah.." ucap Liana kali ini meneteskan air matanya.
Membuat Sisil justru ikut tersakiti, air mata yg Liana tumpahkan sepertinya lebih menyakitkan dari air mata luka yg selama ini Sisil tumpahkan untuk Noach.
Kali ini justru Sisil bertanya-tanya dalam hati.
Tentang kisah di balik keduanya.
Dan mengapa ia bodoh untuk tetap bersikeras berada ditengah-tengah keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rain 'N' Heart : The Missing Piece
Novela JuvenilTak hanya waktu yang bisa berubah, masih banyak hal lainnya seperti tempat dan hati seseorang. Namun satu hal yang takkan pernah bisa berubah. Kenangan. Kenangan takkan pernah bisa berubah, ia akan abadi dalam ingatan manusia. Seperti Kenangan itu...