Prasangka buruk

38 2 4
                                    

Setelah pertemuan itu, seolah Royan merasakan candu, ia berimajinasi melebihi batas kesadarannya akan sosok wanita ramah, anggun dan mempesona, ialah Syntia. Entahlah wanita itu seolah merasuk didalam akal sehatnya. Seperti jatuh cinta, namun terlalu dini menamai itu cinta. Baru saja bertemu, belum tahu lebih, belum juga mengenal lebih akrab tentangnya.
***

Sejengkal matahari dari ufuk timur mulai menampakkkan wujudnya, perlahan ia menembus celah-celah jendela. Gerombolan kabut yang semula mendekap disekeliling bangunan bertingkat itupun terurai. Pohon-pohon seperti melebarkan dedaunannya, pertanda ia tengah bersiap untuk fotosintesis. Satu dua kendaraan menapaki jalanan. Selang beberapa menit, lalu lalangnya sudah memadati jalan Gajahyana di pusat kota yang berusia lebih dari seabad itu. Mahasiswa, dosen, dan karyawan terlihat memasuki gerbang depan kampus Islam ternama. Bertahap kendaraan mereka memadati parkiran. Penuh.

Tampak dari balik masjid, seorang mahasiswa menyusuri jalan dengan mengenakan Jas almamater kebanggan. Statusnya pengurus di Ma'had kampus, setiap hari ia harus bijak membagi waktu, tuntutan mengabdi dijalankan semaksimal mungkin, begitupun kewajiban kuliahnya. Langkahnya cepat, agak keburu, maklum karena pagi-pagi setelah subuh ia harus mendampingi maba (mahasiswa baru) belajar bahasa asing. Dan hari itu pula ia harus ke kampus. Beberapa menit kemudian ia sampai didekat gedung rektorat dan tiba-tiba ia menoleh, seseorang menepuk pundaknya, "Hai brother keburu amat lu, enggak bakal deh telat, santai aja kali." aku aja masih mau mampir kopma dulu. Oh iya makasih bro, lebih baik menunggu acara dari pada telat bukan! Balas anak muda itu dengan raut muka ramah, lantas ia bersiap masuk kedalam.
***
Program KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) adalah program yang diwajibkan oleh kampus Islam ternama di kota Tua bagi seluruh mahasiswanya dari berbagai jurusan apapun. Konon katanya program itu teramat dibanggakan oleh para dosen. Mungkin karena berbasis Masjid sehingga nuansa religi begitu tebal atau memang memimbulkan dampak positif bagi masyarakat, sehingga apresiasi itu sudah dirasakan oleh civitas akademika kampus. Bagi para mahasiswa, sama halnya, KKM merupakan momentum yang mereka nantikan, dengan sabar mereka menyiapkan diri untuk terjun ke masyarakat, mempraktikkan ilmu dan agama yang didapat di Ma'had kampus selama satu tahun. Terlebih bonus berkenalan sekaligus beriringan menempuh hidup bersama selama satu bulan dalam satu kelompok yang diacak, puncaknya ialah mendapati teman cewek yang cantik dan baik. Bila pengabdian mereka mengesankan dan berdampak positif bagi masyarakat, tentu itu catatan kebanggaan bagi para mahasiswa yang dicita-citakan.

Dua minggu sebelum hari pembekalan, para mahasiswa diharuskan mendaftar KKM secara online. Seminggu setelahnya mereka bisa mengecek pembagian kelompok beserta nama-namanya. Nama-nama itu diambil dari masing-masing perwakilan jurusan yang ada di Universitas. Betapa mendebarkan waktu pengecekkan itu, boleh jadi hasilnya menyenangkan ataupun sebaliknya. Sambil menanti loading di ponselnya, Royan berdo'a agar mendapat teman-teman yang baik apalagi yang sudah dikenal, berharap terhindar dari teman yang susah diajak kompromi. Sepuluh detik kemudian, plaar, muncul dua belas nama hasil random yang terus diamati oleh Royan. Setelah digeser-geser, ternyata ada foto cewek yang menarik. Ia bergumam, "Wah menarik cewek ini, tapi kog agak serem ya raut mukanya, sorot matanya tajam seditit ketus, tapi cantik sih."

Seputar hari itu, sebelum tiba waktunya pembekalan, Royan ingin menanyakan sebelas foto itu kepada teman-temannya. Ia berusaha mengenali satu persatu, berharap lebih dini kenal untuk menghangatkan suasana disaat hari H pembekalan. Setelah berulang kali dilihat, tatapannya masih fokus pada profil cewek tadi yang berkerudung merah itu. Sempat ia berperasangka, "cewek modis kaya gini pasti rata-rata cuek, kurang bersahabat dan besar kemungkinan jaim." Tepat sekali, penampilan modis itu memang melekat padanya.

Belum sempat Royan menanya, spontan Ali merusuhi duduknya, "hey lapo kon roy, matamu loh gak kedip."
"ah enggaklah, cumak ini lagi penasaran ambe cewek kerudung abang iki loh, ayu sih tapi rodok serem."
" owalah iku lo koncoku roy, Syntia anak manajemen, ayu yo pancen, kampret, dasar awakmu."
Ialah Sintia cewek yang sepintas berparas modis dan cantik, tapi pada dasarnya kalau sudah kenal, ia orangnya baik, perhatian, dan peduli sosial. Meskipun banyak yang menilai negatif diawal, itu wajar karena cewek sepenampilan dia pada umumnya cenderung distigma negatif.

***
Suasana di dalam gedung itu tampak lengang. Lampu-lampu menyala meskipun diluar sana sudah ramai. Kursi-kursi tertata rapi berderet masih sepi dari tuannya. Begitu pula sofa didepan sana, tempat pemateri. Sound system pun belum menyuarakan gaduh. Semuanya masih tenang. Akan tetapi, selang beberapa menit, perlahan mahasiswa yang mengenakan jas alamamater berdatangan, mengisi tempat duduk yang telah disediakan sesuai kelompok. Terlihat diantara mereka masih canggung bercakap, beberapa cenderung memilih diam. Salah sorang mahasiswa dari arah pintu masuk tiba-tiba meringkuk ke arah kiri dibaris belakang tempat duduk kelompok 245, ialah Royan. Tanpa disadari bahwa sesungguhnya disitu ada syntia, duduk dideretan para wanita. Seorang cewek yang distigma negatif melalui tatapan sekilas, sebelum mengenalinya lebih jauh dan akrab.

Sedari datang Royan duduk santai, menatap kearah panggung yang posisinya agak disebelah kanan pandangannya. Sesekali ia melirik sebaris wanita didepannya. Persis ada tiga wanita yang sudah mendahului, paling ujung kiri berkerudung hijau muda, di sebelah kanan didepannya berkerudung hitam dan tepat dihadapannya berkerudung merah, ialah Syntia. Royan sadar didepanya ialah kelompoknya, ia ingin berkenalan, tetapi posisinya terbelakangi oleh mereka. Jadi lumayan ribet. Ia mengurungkan niat untuk memulai, sembari berharap diantara mereka ada yang menoleh ke belakang, lalu mendahuluinya tegur sapa. Sepuluh menit berlalu sebaris wanita di depannya tidak ada yang inisiatif.

Lima menit sebelum MC menyapa audiens pertanda dimulainya acara, nasib baik mengampiri Royan. Momentum yang ia harapkan benar-benar dikabulkan. Salah seorang cewek menoleh ke belakang lantas menjulurkan tangan, menandakan ia hendak mengajak berkenalan, wajahnya cantik, merah merona pipinya, tatapannya membuat decak jantung Royan tak beraturan. "Hai salam kenal, namaku Syntia"sambil senyum tipis.
" A-a-aku Royan ." balasnya agak terbata-bata karena kurang percaya diri. Sejurus kemudian perkenalan diteruskan oleh nia, devi, dan fina.

Sapaannya Syntia sedikit menepis asumsi negatif yang sempat disematkan orang-orang sebelum mengenali dirinya. Royan pun kini merasa agak malu, serperti ingin menghapus persepsi ketusnya seminggu lalu. Tapi Royan belum sepenunya yakin, masih mengenal tidak lebih dari sekedar sapa, belum bisa mengiyakan. Boleh jadi Syntia memasang muka manis untuk memberi kesan baik dimuka umum, sekilas pikir Royan.

Terima kasih anda telah sudi membaca, Tinggalkan Vote bila berkenan

" Jazakumullahu khairan, Wallahu Ahsanul Jaza'."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengenalmu adalah keindahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang