"Semakin dewasa akan jadi semakin munafik, karena banyak perasaan yang harus disembunyikan dari orang lain, itu hukum alam dalam pendewasaan." -Leon
Leon sedang asik membaca komik ketika sebuah tepukan di bahu menyadarkannya. Indra tidak bersuara, hanya memberi isyarat pada dirinya untuk menatap ke depan. Pak Bayu ternyata sudah ada di muka pintu, siap untuk memulai pelajaran hari ini.
"Lo pagi-pagi udah baca komik aja. Kapan pinternya coba?" Indra berbisik lirih
"Bukannya gue udah lebih pinter dari lo yah?" balas Leon enteng
Indra hanya mencibir. Kalau yang di maksud lebih pinter adalah rangkingnya yang lebih tinggi, Leon benar. Pria itu selalu mendapat peringkat 39 dari 39 siswa, sementara dirinya di peringkat 3. Perbedaan yang sangat jauh bukan? Berhubung Leon mendapat angka yang lebih banyak, karena itu ia merasa lebih pinter. Entah teori ngaco dari mana yang ia pakai.
"Baik anak-anak, sekarang kumpulkan tugas yang Bapak berikan minggu lalu ke depan kelas." kalimat pembuka dari Pak Bayu sontak membuat Leon panik.
"Mampus gue! Kok lo nggak bilang sih ada tugas?" tanya Leon
"Emang kalau gue bilang, lo mau ngerjain gitu?" Indra balik bertanya
"Yah enggak juga sih." ucap Leon sambil memamerkan senyumnya
"Kenapa bukunya hanya 38? Siapa yang belum mengerjakan tugasnya?" tanya Pak Bayu
Semua mata mengarah pada Leon. Yang di tatap pelan-pelan mengangkat tangannya ke atas.
"Saya Pak." jawab Leon
"Lagi-lagi kamu. Kamu nggak bosan apa saya hukum terus?"
"Bosan sih Pak. Tapi mau gimana lagi. Udah terlanjur nggak dikerjain PRnya." Balas Leon
"Diam kamu! Malah ngejawab saya lagi! Kamu niat buat sekolah tidak?!" Murka Pak Bayu
Leon hanya diam. Tidak membalas ucapan Pak Bayu.
"Kamu nantangin saya?! Saya lagi bertanya kok nggak di jawab? Mau buat saya makin emosi sama kamu?!"
Leon makin bingung dengan tingkah Pak Bayu. Bukannya tadi ia disuruh diam. Lah sekarang ia malah dimarahi karena tidak menjawab pertanyaan Pak Bayu.
"Ya Tuhan, apa salah hambamu ini? Apa karena hambamu terlalu ganteng hingga selalu teraniaya? Bukan keinginan hamba mempunyai wajah setampan ini." Ucap Leon lirih dengan wajah yang di buat semelas mungkin.
Seisi kelas yang mendengar ucapan ngawur Leon spontan langsung tertawa, kecuali Luna, Anta dan Pak Bayu.
"Kesabaran Bapak sudah habis. Leon, sekarang juga kamu keluar. Berdiri di depan lapangan dan hormat pada bendera sampai jam pelajaran saya berakhir. Mengerti?!"
"Baik Pak." tanpa protes sama sekali, Leon bangkit berdiri.
Leon berjalan ke luar dengan santai. Dia mengikuti apa yang diperintahkan Pak Bayu. Baginya dihukum sama dengan bolos. Karena dengan begitu ia tidak perlu repot-repot mengikuti pelajaran.
°°#°°
Bukannya berdiri sambil hormat pada bendera, Leon justru duduk sambil ngobrol.
"Bende.." panggil Leon
Diam. Tidak ada yang menjawab.
"Lo kok diam aja sih? Lo marah yah gara-gara gue manggil nama lo singkat aja? Jangan marah dong, masa gue harus manggil lo bendera sih? Kepanjangan banget tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alongside
Teen FictionBagi seorang Antariksawan, Aluna adalah dunianya. Anta mencintai Luna sama seperti ia mencintai para bintang di langit. Namun, cinta yang Anta miliki ia sembunyikan dengan mengatasnamakan 'Persahabatan'. Bagi seorang Aluna, bersahabat dengan Antarik...