" Hari baru, perasaan tetap sama."-Luna
"Kau itu persis seperti kaktus. Walaupun luarnya berduri dan keras, tapi ternyata hatimu penuh dengan airmata."-Anta
"Hati Luna adalah sesuatu yang tak mampu ia sentuh."-Leon
Malam sudah semakin larut. Jam weker yang bertengger manis di nakas sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi Luna masih bergulat dengan buku cetak matematika di hadapannya. Bukan tanpa sebab ia mau begadang sampai selarut ini. Besok pagi ada ulangan matematika, mau tidak mau ia harus belajar. Ia harus mempertahankan nilainya. Walaupun kedua orangtuanya tidak memaksakannya untuk selalu mendapat nilai yang tinggi. Bagi mereka, Luna rajin belajar saja sudah cukup membanggakan. Tapi tetap saja Luna tidak mau mengecewakan mereka dengan mendapat nilai yang rendah.
Karena merasa badannya sudah cukup pegal akibat terus duduk di kursi, Luna memutuskan untuk menghirup udara malam di balkon kamarnya.
Ternyata Anta juga sedang berada di balkon kamarnya juga.
"Masih belum tidur?" tanya Anta
"Terus menurut lo, yang di hadapan lo ini siapa?" balas Luna sewot
"Gitu aja kok sewot. Kan gue cuma basa-basi."
"Lo masih belajar sampe jam segini?" sambung Anta
Luna hanya menganggukan kepala.
"Lo masih suka liatin bintang?" Luna balik bertanya
"Yah gitu. Lo kan juga tahu sebegitu sukanya gue sama bintang." kata Anta menyudahi aktivitasnya melihat bintang melalui teleskop.
"Tapi gue heran aja sih. Kenapa nggak hal lain aja yang lo suka? Kenapa musti bintang?" tanya Luna lagi
"Gini yah Luna. Menurut gue bintang itu menakjubkan tahu. Walaupun dia nggak sebesar bulan, tapi bintang mampu menghasilkan cahayanya sendiri. Bukan seperti bulan yang ketika bercahaya harus memerlukan cahaya matahari." Jelas Anta
"Tapi kan tetap aja bintang itu kecil?" Luna tetap tidak puas dengan jawaban Anta
"Lo tahu dari mana bintang itu kecil? Kalau lo lihat bintangnya dari jauh pasti dia kecil, tapi ketika lo mau mencoba lihat dia dari dekat, bintang itu sangat besar. Sadar nggak? Kita itu kayak bintang. Orang yang belum ngenal kita pasti nganggep kita remeh, tapi kalau orang itu mau coba dekat sama kita, pasti dia mampu lihat kita yang sebenarnya kayak gimana." jawab Anta sambil tersenyum
"Sekarang giliran gue yang tanya, apa yang lo suka dari hujan?" Anta balik bertanya
"Hujan yah? Gue cuma suka aja kalau hujan turun, karena gue ngerasa nggak cuma gue aja yang jatuh."
"Oke sekarang gue paham. Mungkin itu salah satu alasan kenapa lo suka hujan. Tapi gue tahu lo, Luna. Lo suka hujan karena Leon kan?"
Luna hanya diam. Benar kata Anta, Luna menyukai hujan karena Leon. Dulu sebelum masuk SMA, Luna dan Leon sangat dekat. Keduanya saling mengenal waktu Luna dan Leon masih kelas 3 SMP. Waktu itu hujan sedang turun, Leon melihat Luna yang terjatuh dari sepeda langsung menolong gadis itu. Luna memang tidak pandai menaiki sepeda. Sebenarnya ia sedang mencoba berlatih sendiri, Anta memang sudah melarang Luna untuk berlatih sendiri. Namun karena waktu itu Anta sedang ke rumah neneknya selama 2 minggu, Luna memutuskan untuk berlatih membawa sepeda sendiri.
Pertemuan-pertemuan Luna dan Leon selalu terjadi waktu hujan turun. Itulah sebabnya Luna sangat suka hujan. Namun keduanya mulai menjauh waktu Anta kembali. Leon jarang menemuinya. Luna juga tidak tahu alasan kenapa Leon menjauhinya. Gadis itu pernah menanyakan alasan kenapa Leon seolah menjauh darinya. Namun jawaban yang di dapatnya sungguh membuat hatinya sakit. Leon bilang dia sudah bosan berteman dengan Luna. Dia berteman dengan Luna karena cuma kasihan dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alongside
Teen FictionBagi seorang Antariksawan, Aluna adalah dunianya. Anta mencintai Luna sama seperti ia mencintai para bintang di langit. Namun, cinta yang Anta miliki ia sembunyikan dengan mengatasnamakan 'Persahabatan'. Bagi seorang Aluna, bersahabat dengan Antarik...