"Sialan. Harusnya kau majukan lebih dulu, Teme! Begitu saja tidak becus. Lalu angkat yang benar."
"Wah, mulutmu. Pikirmu ini gampang?? Coba saja kau yang main-"
"Ramen dua porsi?"
"Shit."
Naruto mendengus pongah. "Aku sudah main ini, Teme. Dan sudah dapat boneka dua kali," ujarnya sombong seraya menunjukkan dua boneka animal series mungil di tangannya. "Lihat siapa yang bodoh di sini?"
Sasuke menggeram. Alisnya menukik kesal. Membidik tajam claw machine dengan tatapannya.
Ah, mesin sialan.
Pacar sialan.
Hoo, pacar? Kapan memang jadian?
"Aku tidak pernah memainkan ini sebelumnya, Dobe. Jangan menghinaku-"
"Alasan. Siapa yang tadi bilang ini mainan bocah? Siapa yang bilang punya otak sejenius einst-"
"Oke, kau yang menang."
Sasuke menyerah.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Sasuke selalu kalah tiap kali berdebat dengan manusia titisan rubah betina di hadapannya ini.
Kesal sih.
Sayangnya sayang.
Lebih gemas lagi kalau mendengar derai tawa kemenangan yang meluncur dari mulutnya begini. Serasa bunga dihatinya bermekaran. Duh, kok ada kupu- kupu beterbangan di perut Sasuke ya?
"Aku belum main balapan. Besok besok ke sini lagi, Teme-"
"Tidak sudi," potong si Uchiha cepat sembari memalingkan wajah kesal. Mengedarkan pandangan ke sepenjuru TimeZone yang pengunjungnya rata- rata bocah ingusan dengan hidung meler berserta orang tuanya dan beberapa Anak Baru Gedhe yang mengaku- aku calon boyband masa depan tengah bermain di atas mesin dance revolution.
Ada sih, gerombolan pemuda seusia dengannya entah sedang bertaruh apa di bagian ujung ruangan.
Tapi, tapi,
Kencan macam apa ini!?
Pupus sudah kencan romantis yang ia bayangkan sedari malam.
"Cari makan, yuk, Teme?"
Sasuke menoleh cepat. Naruto lebih enak dilihat ketimbang apapun yang ada di ruangan besar yang berisik ini.
"Makan apa?"
"Makan hati-"
"Dobe, serius."
"Makan sianglah, Teme. Memang kau tidak lapar?"
"Aku sudah kenyang cuma dengan melihatmu."
Gembel.
Eh,
Gombal.
Naruto mencibir dalam hati. Menyimpan dua boneka binatang mungil dalam pelukan satu lengannya. Dan tangan lain yang bebas menyeret Sasuke pergi.
"Ayo cari Ramen. Kau yang traktir atau ban Arianna kempes pas pulang nanti."
..
..
.."Teme, lain kali traktir aku lagi. Begini. Perbanyak bersedekah, jangan pelit."
Naruto meraih sumpitnya girang. Menatap semangkuk ramen di depannya dengan antusias.
"Hoo, miskin?" ledek Sasuke.
Naruto menatapnya.
"Siapa? Aku? Iya, Teme. Aku mendadak miskin kalau sedang bersamamu."
"Tsk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy, oh, my enemy
Fiksi PenggemarNaruto tidak mengerti kenapa di jaman sekarang istilah perjodohan masih saja berlaku. Bagus sih kalau jodohnya ganteng lalu baik, berhati malaikat. Dan bukannya Ganteng tapi berperilaku setan bin nyebelin macam Sasuke. Ini cerita santai. Dengan penu...