Hari ini Wonwoo sengaja mengambil cuti sehari penuh. Wonwoo bahkan memesan cuti itu pada atasannya sejak kemarin malam. Niatnya untuk mengikuti Hayoung. Semenjak kejadian kemarin, rasa penasarannya sangat besar. Sebenarnya gadis itu pergi kemana setelah pulang dari kantor Wonwoo.
Pukul enam pagi, Hayoung sudah mulai beraktivitas. Tapi tidak seperti biasanya, kemarin Hayoung masih dengan semangatnya membangunkan Wonwoo, menyuruhnya untuk segera sarapan lalu pergi bekerja. Untuk sekarang tampaknya tidak akan terjadi.
Gadis itu hanya melewati Wonwoo begitu saja melangkah menuju kekamar mandi. Padahal sedari tadi Wonwoo sudah mengambil sikap berpura-pura tidur, siap untuk dibangunkan, padahal aslinya memang sudah bangun. Wonwoo rasa suasana hati gadis itu belum berubah. Karena tak bisa lagi memantau aktivitas Hayoung, Wonwoo memilih melanjutkan tidurnya.
"Hoaah.." Selang satu jam kemudian, Wonwoo terbangun karena suara yang merambat dipenjuru kamarnya yang sepi.
"Iya aku akan segera kesana,"
Itu suara istrinya. Wonwoo langsung membuka matanya lebar dan menajamkan pendengarannya, tetapi masih belum mengubah posisi tubuhnya agar tak membuat Hayoung curiga.
"Baiklah. Semangat kerjanya, Gyu-ah."
Hayoung menutup telepon itu dan mulai menuliskan beberapa kata diatas sebuah stickynote. Kemudian menempelkannya dilayar ponsel Wonwoo yang terletak diatas sebuah meja tak jauh dari tempat tidur.
Setelah Hayoung pergi, Wonwoo bangkit dari rebahannya dan mengambil stickynote tadi.
'Pergilah bekerja dan jangan lupa sarapan'
"Hhh..." Wonwoo mendesah kecewa. Wonwoo bangkit dari posisinya dan bersiap-siap mengikuti Hayoung.
---
Wonwoo tersenyum kecil ketika melihat Hayoung yang masih menunggu bus dihalte. Tak sia-sia ia mandi secepat kilat dan menelan bulat-bulat sarapannya demi mengejar Hayoung.
Wonwoo memakai topi dari hoodienya agar identitasnya tidak terlalu kentara. Wonwoo mengekori Hayoung yang sudah naik ke bus duluan.Di bus Wonwoo teringat percakapan Hayoung tadi pagi,
'Semangat kerjanya, Gyu-ah'"Gyu-ah? Pacarnya? Adiknya? Tidak, tidak, dia anak tunggal.." Wonwoo bergumam sambil melirik Hayoung yang berada di bangku depan sebelah kiri bus.
***
Wonwoo mendongakkan kepalanya melihat gedung yang menjulang tinggi dihadapannya. Hayoung baru saja masuk kegedung yang bisa Wonwoo tebak adalah sebuah kantor. Dilihat dari banyaknya orang memakai jas atau kemeja layaknya orang kantoran yang berlalu lalang disekitaran itu cukup membuat Wonwoo yakin.
"Kim Mingyu!"
"Oh, Hayoung-ah,"
Mingyu melihat Hayoung yang baru saja masuk.
"Sibuk ya?" Hayoung duduk didepan Mingyu yang langsung berkutat lagi dengan komputer didepannya.
"Begitulah.."
Hayoung menundukkan kepala dan menyembunyikan wajahnya diantara kedua lengannya. Gadis itu menghela nafas yang lumayan panjang.
Mingyu langsung mengalihkan perhatiannya ke Hayoung.
"Hey, kau baik-baik saja?" Mingyu menggenggam sebelah tangan Hayoung dan mengelusnya.
Hayoung mengangkat wajahnya menatap Mingyu dengan perasaan bersalah yang mendalam dihatinya. Hayoung menimpa tangan Mingyu dengan tangannya yang lain.
"Mingyu-ah,"
"Hmm.."
"Aku menyayangimu, ah tidak, aku sangat mencintaimu, Mingyu-ah." Kening Mingyu berkerut heran. Mingyu mengangkat tangan menaruhnya didahi Hayoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Love
FanfictionWonwoo dan Hayoung, korban bisnis dari orang tua mereka masing-masing. Mereka telah di jodohkan sejak dulu. Padahal mereka belum mengenal satu sama lain. Wonwoo sendiri menuntut ilmu di Jepang sejak usia lima tahun dan baru kembali setelah menyelesa...