RMdM 28 - All of Him

869 37 1
                                    

Kemarahan terbesar bukan tentang tingginya intonasi dalam berbicara. Melainkan kekecewaan yang tidak mampu untuk membuka suara.

My playlist today: Charlie Puth - How Long, how yours?

Selain rasa marah, keterkejutan yang  menderanya belum reda. Ditambah pula dengan rasa malu yang mengikuti samar-samar. Keterkejutan tentang fakta Alecia yang peduli pada El bahkan Snow. Fakta bahkan Alecia yang lebih dulu mengetahui keberadaan mereka dan berusaha membeberkan tapi selalu dijauhinya.

Apalagi lelucon yang sedang berlangsung?! Seakan tidak cukup hanya pertemuannya dengan El yang ternyata sudah merawat darah dagingnya dengan telaten, kini dia dihantam lagi oleh fakta bahwa selama ini dia membenci orang yang salah.

Alecia Swanies Debendrof. Wanita yang suka memoleskan lipstik merah cerah pada bibirnya itu tidak benar-benar membunuh William. Dia tidak benar-benar membenci David karena pernikahan yang terpaksa. Ibunya itu, ternyata jauh lebih menyayanginya dari yang dia tau. Dan sialnya, David salah sangka. Dia salah menilai karena persepsi bodohnya yang terlanjur menggerogoti.

"Fuck off!!!" teriaknya dari balik kemudi kepada seorang pengendara bermotor yang menghalangi jalannya untuk memarkirkan kendaraan. "Look with your eyes, and think with your fucking brain, dude," celanya sembari menaikkan gas, sehingga membuat bunyi kenalpot yang terdengar nyolot di kesunyian basement.

Kecanggungan besar masih terasa di antara hubungannya dengan Alecia dan Allard. Cukup menjadi alasan David untuk mengungsi lagi malam ini. Ah, ralat, tengah malam ini. Persetan dengan El yang pasti akan memarahinya bertamu—bukan, memaksa– untuk menginap lagi.

"Astaga, siapa sih?!" suara El sayup-sayup terdengar disertai derap langkah yang menyusul. David makin mempercepat menekan bel apartemen wanita itu. Well, tinggal masuk saja sebenarnya dia bisa.

Ketika pintu terbuka, seorang wanita dengan baju tidur satinnya yang mengangkat kedua tangan untuk mencepol rambut pun terbelalak kaget. Bola mata beriris birunya membulat sempurna. David tersenyum tipis lalu berdehem guna menariknya.

El mengerjap kelopak matanya beberapa kali. "The crazy man on magic come again tonight, ugh," keluh El mengusap dahinya seolah di sana ada buliran keringat yang menetes.

Meski bibir wanita didepannya mengeluarkan keluhan, entah kenapa otak David berubah mesum membayangkan bibir itu melenguh di bawahnya. Belum lagi dengan busana tidur yang tampak kebesaran di tubuh langsing El, David merasa si Wanita galak tampak seksi malam ini. Swich is, pemandangan di depannya ini cukup untuk memudarkan kegusarannya yang sedang berlangsung.

"Kalau kau habis tawuran, jangan ke mari." El bersedekap di depan pintu sambil menunjuk penampilan urak-urakan David dengan dagu. Dia merasa ada yang tidak beres akan pria tersebut. Selain kilatan mata yang terbakar gairah pastinya.

Kemeja putih lusuh yang compak-campik, muka yang memar di mana-mana, rambut yang terlihat kucel dilengkapi pula dengan aroma alkohol, rokok serta Giordani Parfumnya yang menyatu menyeruak ke penciuman. Actually, aromanya agak mengganggu.

David yang ditatap dengan tatapan horor oleh El tidak gentar sama sekali. Pria ajaib itu malah dengan tidak tau malunya menerobos masuk. Membuat badan El hampir terhuyung jika tidak ditangkap oleh tangan besarnya.

"Kau harus berterima kasih kepadaku karena sudah menolong."

Demi Patrick star yang entah kapan akan berubah langsing, demi the Kardashian's family yang akan memiliki keluarga baru lagi, demi Squidward yang memiliki hidung besar, dan demi pangeran William yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya, seantero ruang apartemen sempitnya pun tau, siapa yang bersalah. Lalu, untuk apa El harus meminta maaf?!

Reuni Mantan di Manhattan #ODOCtheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang