Rafa menceritakan semuanya yang ingin diketahui oleh Verdi dan Kevin. Dia bukan tipe cowok pembohong dan terlalu tertutup. Karena itu semua yang diceritakannya di sebuah bar kecil itu adalah benar. Dan selama itu juga Verdi dan Kevin ada disampingnya.
"terus sekarang lo mau apa?" tanya Verdi pada Rafa.
"gue akan mencari dan menemukan cinta pertama gue." ibu jarinya mengusap bibir gelas alkohol di genggamannya.
"gila lo! " hardik Kevin.
"lo.. Lo mabuk? Lo mau ngelawan nyokap bokap lo? " tambah Verdi lagi.
Mereka sangat tahu. Selama Rafa hidup, cowok itu tidak pernah mengecewakan papa dan mamanya. Dia sangat mengasihi keduanya. Mereka juga sangat tahu bahwa Bagaskara Chandra selalu membanggakan putera semata wayangnya itu kepada semua teman bisnisnya. Verdi tahu karena papanya merupakan salah satu partner bisnis beliau. Hubungan keduanya cukup baik. Emmy mamanya Rafa, air mata wanita itu bagaikan malapetaka untuk Rafa. Rafa bersumpah tidak akan pernah melukai wanita yang dia panggil mama itu. Bahkan saat rencana perjodohan diutarakan orangtuanya kepada Rafa. Cowok itu memilih untuk diam. Tidak merespon apa - apa.
Dan sekarang? Keputusannya ini benar benar gila. Kalau Verdi yang mengucapkan kalimat itu akan terdengar baik baik saja. Karena membantah orangtua memang sudah menjadi santapan anak itu sejak kecil. Termasuk membangkang papanya dan memilih menjadi dokter seperti sekarang ini. Papa dan mamanya tidak akan pernah menang melawan seorang Verdi Ardanta Tarigan.
Lain halnya dengan Kevin. Mamanya sudah lama meninggal. Dia hanya tinggal bersama papanya. Papanya seorang TNI AD dengan jabatan senior yang tinggi. Dia tidak perlu repot repot membangkang seperti kedua sahabatnya karena nyatanya keinginan keduanya selalu sama. Termasuk mengenakan seragam loreng dan memegang senjata seperti profesi papanya juga merupakan keinginan keduanya.Saat ini hanya Verdi lah yang tidak mabuk. Ini selalu terulang sejak mereka SMA. Kevin dan Rafa akan dengan bebas mabuk saat ada Verdi. Cowok itu tidak menyentuh apapun yang merusak organnya. Seperti sekarang ini dia tidak memesan apapun di bar kecil itu.
----
"abang...! Ih Bangun doong" seorang anak yang mengenakan rok merah dan baju osis itu duduk dipunggung Rafa dan menarik narik kepalanya."
" Viraa... Udah sini papa aja yang antar. Abang kamu semalam pulangnya larut mungkin masih lelah "
Suara berat seorang pria terdengar dari luar kamar. Vira menatap kesal pada abang satu - satunya itu. Kalau saja dia tidak harus pergi sekolah hari ini dia akan menggunakan cara tragis untuk membangunkan abangnya. Misalnya dengan memberitahu sebuah rahasia besar pada papanya."tapi bang Rafa udah janji mau beliin Vira komik paa" Vira masih duduk diatas punggung Rafa.
"yaudah listnya kasih papa aja nanti papa sampaikan sama bang Rafa." pria dengan setelan jas semi formal itu kini sudah berdiri di pintu kamar Rafa. Ia tahu bagaimana kecewanya puteri bungsunya saat ini. Lalu menatap Rafa yang masih sangat pulas. Semalam dalam keadaan mabuk dia diantar oleh Verdi.
Vira pun beranjak setelah memukul kuat punggung Rafa membuat cowok itu bergeliat di tempat tidur. Vira melewati papanya yang masih berdiri dipintu. "yaudah deh Vira sama papa aja"
Bagaskara melangkah ke kamar Rafa. Memperbaiki selimut yang sudah tidak pada posisinya lagi.
"ma.. Bangunkan Rafa pukul 09.00 ya. bilang padanya temui papa dikantor jam dua siang. jangan sampai terlambat. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Villa
Teen FictionVilla divonis amnesia oleh dokter muda berbakat Verdi Setelah kecelakaan tragis yang menimpa dirinya 2 tahun lalu. Beruntung gadis manis itu bisa sadar setelah 6 bulan terbaring tak berdaya di rumah sakit. Selalu dikelilingi benda - benda yang seola...