Season 2 | Bab 64 - Kemenangan Sang Penggoda

2.3K 134 57
                                    


T

ibalah saat yang dinantikan oleh Ciara, yaitu pernikahannya dengan Dievo yang tertutup dan jauh dari sorotan publik. Namun Ciara harus bersyukur dengan hal itu. Namun semua yang terasa ditutup-tutupi begitu rapat justru tercium oleh semua orang. Hingga kini di balik pintu itu sudah terdapat banyak wanita yang ingin segera menghancurkan sosok Ciara.

Bagaimana tidak, Ciara adalah sosok yang merusak rumah tangga Vanya dan Dievo. Bahkan kini dia sudah berhasil membujuk pria bodoh itu untuk menikahinya. Jika saja tidak banyak pengawal yang menjaga di depan pintu. Maka sudah dipastikan nyawa mereka berdua berada di dalam bahaya.

Tanpa memikirkan kesedihan Vanya yang masih resmi menjadi istri pertamanya. Bahkan mereka berbahagia di atas penderitaan orang lain. Sungguh Dievo begitu kejam terhadap Vanya. Dengan tanpa izin dia berani menikahi wanita simpanannya yang kini diketahui oleh semua orang sedang berbadan dua.

Ciara masih bisa tersenyum, karena kini dia merasa telah memenangkan pertandingan dan berhasil menghancurkan keharmonisan rumah tangga Vanya dengan Dievo. Namun dia tidak sadar sudah banyak wanita yang ingin segera menghilangkan sosok dirinya dari muka bumi dengan segera.

Pernikahan yang memancing kebencian bagi semua orang. Bahkan sebagian dari mereka tidak peduli siapa sosok Dievo Ragas. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang ingin menggagalkan pernikahan di antara pelakor dengan peselingkuh. Kini tidak ada satu pun yang tidak mengetahui pemberitaan yang menyakitkan itu. Hingga bumi pun seolah menolak dan membenci pernikahan yang menyakitkan itu.

Namun para pengawal dengan sigap menjaga ketat keamanan. Sehingga tidak satu pun yang mampu mencelakakan Dievo dan Ciara. Akan tetapi mereka seakan lupa, bersembunyi di lubang semut pun tetap akan terlihat di mata Tuhan. Maka semua dosa yang sudah mereka perbuat, kelak akan memberikan sebuah karma yang menyakitkan.

***

Vanya memutuskan untuk menghapus seluruh air mata dukanya. Dia berusaha mengalihkan pikirannya dengan mempersiapkan kepindahannya ke sebuah apartemen. Dia bahkan memilih untuk merapikan seluruh perabot yang sudah berada di dalam apartemen itu. Seolah tidak ingin tahu dengan apa pun yang menyangkut dengan kedua orang jahat itu.

Vanya juga tidak ingin mendengar pemberitaan tentang mereka melalui media televisi. Maka tidak sedetik pun Vanya menyalakan televisinya.

Vanya melakukan banyak hal. Membersihkan lantai, membersihkan kamar mandi, mambersihkan dapur. Hingga kini Vanya mulai mengatur letak perabotannya. Vanya menyibukkan dirinya dengan mempercantik dekorasi apartemennya. Mungkin itu yang terbaik. Namun satu hal yang tidak boleh dia lupakan, karena kini dia telah berbadan dua maka Vanya tidak boleh merasa kelelahan.

Bala bantuan yang ditunggu sudah datang. Kini Adrian sudah melangkah memasuki apartemen indah itu. Namun dia terperangah mendapati apartemen itu sudah mulai tertata dengan rapi. Adrian mendapati Vanya yang kini sedang merebahkan dirinya di sebuah sofa karena kelelahan.

"Apa yang kamu lakukan Vanya? Mengapa melakukannya seorang diri?" tanya Adrian. Dia terlihat cemas mendapati sahabatnya yang terlihat lemah.

"Aku hanya ingin melakukannya. Tapi aku sudah tidak kuat," jawab Vanya. Napasnya kini terlihat tersengal-sengal karena dia sudah kelelahan.

"Kamu kan sedang hamil. Tenagamu tidak sebanyak sebelumnya. Jangan memaksakan diri," ucap Adrian. Dia terlihat begitu gelisah. "Ini minumlah dulu, supaya tenagamu terisi. Tetapi jangan melakukan hal berat lagi, biar aku yang menyelesaikan semuanya," ucap Adrian. Dia bangkit dari posisinya yang terjongkok karena memberikan minuman kepada Vanya.

"Terima kasih Adrian," ucap Vanya.

"Istirahatlah Vanya. Jika lapar aku juga sudah beli makanan untukmu. Makan saja duluan, tidak usah menungguku," ucap Adrian. Dia berbicara tanpa melihat ke arah Vanya, sehingga dia tidak menyadari kondisi Vanya yang kini tertidur.

Seketika Adrian merasa suasana begitu sunyi. Dia khawatir dengan kondisi Vanya dan segera memeriksa ke ruangan depan. Adrian terkejut melihat Vanya yang kini nampak tertidur dengan pulas. Begitu terlihat damai bagaikan wajah seorang bayi. Namun wajah itu menyimpan sejuta duka yang mendalam.

Adrian segera kembali melakukan perannya untuk membantu Vanya mempersiapkan semuanya. Karena Vanya ingin segera pindah ke apartemen miliknya yang memang letaknya tidak jauh dari V.H Boutiques.

Waktu berlalu begitu cepat. Kini matahari nampak semakin samar menyinari dan itu menandakan waktu sudah semakin sore. Adrian sudah melakukannya dengan baik, dia sudah menyelesaikan semuanya. Kini apartemen itu sudah siap untuk dihuni. Namun Adrian ingin memastikan semuanya sudah bersih dan rapi. Karena dia tidak ingin Vanya melakukan banyak hal di masa kehamilan mudanya.

Vanya mulai terbangun dari tidurnya yang pulas. Dia terperangah mendapati kini apartemennya sudah tertata sangat rapi. Tidak sedikit pun terlihat debu dan kotoran di sana. Adrian sudah membersihkannya dengan sangat teliti.

Vanya kini terduduk dan mulai meneguk minumannya. Dia juga terlihat meraih makanan yang diletakkan di atas meja oleh Adrian. Dia seolah bertanya-tanya, di mana sosok Adrian. Namun dia hanya terdiam.

Sebuah langkah kaki kini terdengar berjalan keluar dari dalam kamar dan menuju ke ruang depan. Kini sosok Adrian sudah terlihat. Vanya melukiskan senyuman terbaiknya ke arah sahabatnya itu. Dia dapat merasakan ketenangan ketika melihat sosok Adrian berada tidak jauh darinya. Karena dia tahu Adrian akan melindungi dirinya dari gangguan orang yang berniat jahat.

Satu-satunya yang mampu menyakiti perasaan Vanya hanyalah Dievo. Maka Adrian harus benar-benar menjauhi Vanya dari sosok Dievo. Karena semua itu demi kondisi mental Vanya yang tidak stabil di masa kehamilannya. Yang akan dengan mudah merasa sedih ataupun bahagia.

"Adrian," ucap Vanya.

"Kamu sudah bangun ya?" tanya Adrian.

"Maaf aku merepotkanmu," jawab Vanya. Senyuman manis itu terlukis indah di wajah cantiknya. Sehingga berhasil membuat Adrian tersipu. Namun dengan cepat Adrian menyembunyikannya.

"Tidak merepotkan. Aku senang melakukannya. Karena sama seperti sedang berolah raga," ucap Adrian. Dia berbicara dengan sangat bersemangat. Sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan.

Melihat tingkah Adrian, seketika Vanya tertawa. Terlihat jelas dia berusaha untuk melepaskan rasa getir yang masih memeluk erat relung hatinya. Namun Vanya sudah mengambil keputusan, bahwa dia tidak akan lagi bersedih ataupun meneteskan air matanya untuk pasangan baru yang mungkin kini sedang tertawa dan bahagia.

Vanya berusaha menutup mata dan telinganya dari pemberitaan Dievo dan Ciara. Dia seolah tidak ingin mendengar tentang apa pun. Dengan fakta yang kini begitu terasa menohok, telah membuat Vanya semakin yakin untuk melupakan sosok Dievo yang terlalu kejam kepada dirinya.

Di dalam duka Vanya memikirkan segalanya. Hingga dia berani untuk mengambil keputusan untuk segera berpisah dari Dievo. Lebih baik dirinya hidup seorang diri dibandingkan harus membagi suaminya dengan wanita yang telah menghancurkan rumah tangganya.

Tidak ada keraguan sedikit pun di dalam hatinya. Kini Vanya tidak akan menitik beratkan masa depannya bersama pria yang tidak bisa menjaga cintanya dengan tulus. Bahkan Vanya tidak akan mengatakan kehamilannya kepada pria sombong itu. Karena Dievo juga sudah memiliki anak dari rahim sang wanita penggoda.

Semakin jelas terlihat jalan yang Tuhan tunjukkan pada dirinya. Hingg tidak ada satu pun alasan yang mampu untuk mempertahankan rumah tangga yang sudah ternoda. Karena sesungguhnya Vanya tidak pernah mau menerima dirinya dimadu tanpa persetujuan terlebih dahulu.

♡♡

_TBC_

ANOTHER LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang