3.2 Menyesal

1.7K 71 0
                                    


Alfy membawa Dara ke taman belakang selepas cewek itu berhenti menangis. Awalnya Alfy berpikir untuk membawa Dara ke rooftop, tapi mengingat cuaca panas di atas sana cowok itu mengurungkan niatnya.

Jadilah saat ini Alfy dan Dara duduk di salah satu bangku bawah pohon cemara di taman belakang. Dara masih diam meski air matanya sudah berhenti mengalir. Alfy ingin mengajak cewek itu bicara namun ia bingung harus mulai darimana. Ia ingin bertanya perihal hubungan Dara dan Dirga tapi ia merasa saat ini belum tepat.

" Ra?" Alfy angkat bicara. Dara mengalihkan pandangannya menatap Alfy. " Apa?" jawab cewek itu. Alfy menggaruk tengkuknya singkat. Ditatap intens seperti itu membuat Alfy jadi salah tingkah sendiri. " Hmm.. lo baik-baik aja kan?"

" Gue takut.." Jawab Dara lirih.

" Gue minta maaf.." Alfy menghembuskan napasnya panjang. Tadi ia akan menemui Dara tapi karna sibuk menyiapkan semuanya, Alfy tidur terlalu larut dan menyebabkan ia telat bangun.

Alfy sudah berupaya untuk tidak terlambat namun keberuntungan tidak berpihak padanya. Alhasil Alfy harus merelakan waktunya selama satu jam untuk melaksanakan hukuman pak Rusli.

" Tadi gue udah niat nemuin lo. Eh malah dihukum dulu sama pak Rusli. Sorry.." Alfy berucap dengan wajah penuh penyesalan. " Gak pa-pa.." Ucap Dara masih menatap manik mata Alfy.

" Lo mau denger cerita gue?"

-0o0-

Lisa sudah berkeliling dari mulai parkiran, koridor kelas IPS, lapangan basket, lapangan futsal dan terakhir perpustakaan, tapi ia tetap tidak menemukan Alfy dimana pun.

" Tuh anak kemana sih? Mobilnya ada padahal.." Cewek itu menghapus keringat di pelipisnya. Berkeliling di sekolah sebesar ini cukup membuat Lisa kecapean. Lantas ia memutuskan untuk duduk di salah satu bangku panjang di depan UKS.

" Lo ngapain?" Suara seseorang mengganggu ketenangan Lisa. Ia mendongak dan langsung menemukan Dirga yang menatapnya datar. " Apa?" tanya cewek itu balik.

" Lo ngapain? Sana masuk! Udah bel juga." Dirga mengedikkan bahunya menyuruh Lisa masuk kelas. Lisa berdiri dan melihat wajah abangnya yang memar di bagian pipi sebelah kanan. Tangan cowok itu juga terlihat memegang sudut bibirnya. " Lo kenapa?"

" Gak pa-pa." Jawab Dirga singkat. " Gue obatin ya? Ayo!" Ucap Lisa menarik tangan Dirga masuk ke dalam UKS yang pintunya terbuka. " Duduk dulu." Perintah cewek itu pada Dirga.

Dengan kesal Dirga menurut. Ia duduk di atas brankar sedangkan Lisa sibuk mencari handuk kecil dan es batu untuk mengompres pipi kanan Dirga. " Lo ngapain sih? Masih pagi udah berantem aja.." omel Lisa.

Dirga hanya mendengus pelan. Salah satu sifat Lisa yang ia kurang suka adalah mulut cewek itu tidak bisa diam alias bawel. Memang Lisa pikir ia masih kecil? Lagi pula, yang bertindak sebagai kakak disini kan harusnya dia, bukan Lisa. Tapi pada kenyataannya Lisa-lah yang sering mengomel dan memberi Dirga nasihat.

Lisa duduk di samping Dirga dengan tangan yang membawa handuk dan baskom kecil berisi es. Dengan telaten Lisa mengompres pipi Dirga sedang si empunya pipi hanya meringis sesekali.

" Lo berantem sama siapa?" Tanya Lisa kala tangannya sibuk meremas handuk kecil. Tangan Dirga yang tadi ia gunakan untuk menahan berat tubuhnya kini memegangi pipinya yang terasa sedikit kaku dan mengabaikan pertanyaan Lisa. " Sama siapa?" ulang Lisa lagi. Handuk kecil berisi es batu itu Lisa tekan pada memar Dirga.

" Alfy." Jawab Dirga pendek. Mata Lisa membelalak kaget dan tanpa sengaja tangannya menekan pipi Dirga terlalu keras hingga membuat cowok itu bersuara. " Ashh.. sakit goblok."

" Sorry,sorry.." Ucap Lisa meminta maaf. Cewek itu kembali mengompres pipi Dirga perlahan, " Lo ketemu Alfy dimana?" Tanya cewek itu.

" Di rooftop tadi. Kenapa? Lo nyariin dia?" Ucap Dirga terdengar jengkel. " Iya." Jawab Lisa dengan tampang tanpa dosanya. Dirga menarik napas panjang sebelum menghembuskannya.

" Lo kenapa sih Sa? Lo masih suka dia? Segitu sukanya lo sama dia? Apa yang lo harapin dari dia sih?" Pertanyaan Dirga bertubi-tubi membuat Lisa berhenti dari kegiatannya mengompres pipi cowok itu. Lisa terdiam, meresapi kalimat demi kalimat yang baru saja Dirga lontarkan.

Benar juga, apa yang ia harapkan dari Alfy? Seseorang yang dulu ia sia-siakan? Pikiran Lisa berkecamuk, batinnya seolah berteriak betapa bodohnya ia yang telah menyianyiakan seseorang seperti Alfy. Seseorang yang dengan tulus mencintainya selama tiga tahun. Lalu setelah dia pergi, Lisa baru menyadari jika ia juga mencintai Alfy.

Memang benar, penyesalan selalu datang terlambat. Sekarang Lisa sadar, dia sudah salah mengira rasa sayang yang ia rasakan pada Alfy dulu hanya sebatas rasa sayang kepada sahabat. Padahal kenyataannya, rasa sayang Lisa lebih dari itu.

Iya, Lisa memang bodoh baru menyadari perasaannya saat Alfy sudah tidak menginginkannya lagi.

" Iya ya? Apa yang gue harapin dari dia coba?" ucap Lisa disertai tawa yang terdengar sumbang. Dirga merasa telah menyinggung topik paling sensitif bagi adiknya itu. Lihatlah sekarang, Lisa yang tadinya sangat bersemangat menceramahinya justru malah terdiam.

Ada rasa tidak enak yang menelusup di hati Dirga. Tapi bagaimanapun juga Lisa harus sadar, bahwa Alfy tidak lagi mencintainya seperti dulu. Bahkan saat ini Dirga merasa Alfy tidak lagi membutuhkan Lisa di sampingnya. Dirga sebagai kakak tentu saja tidak mau adiknya terluka karna perasaan yang tidak terbalaskan.

" Lupain dia Sa." Ucap Dirga dingin. Lisa mengangkat wajahnya hingga sedikit menengadah. Sedetik kemudian cewek itu malah tertunduk dalam-dalam dan menggeleng pelan dua kali sebelum berucap lirih.

" Gak bisa, Ga."

-0o0-

Lucha,2018

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang