" Lo janji jangan pernah ninggalin gue ya Ga?" cewek itu bertanya dengan nada yang sarat akan permohonan. " Iya." Jawab si cowok tenang.
Dara tersenyum senang lalu mengangguk lucu. Sedangkan Dirga hanya menatap datar Dara. " Gue mau, lo manggil gue Tama, dan gue manggil lo Rani. Gimana?" Tanya Dirga masih menatap datar Dara.
" Boleh," Jawab Dara singkat. Namun sedetik kemudian kerutan terpatri di keningnya yang mulus " eh tapi kenapa gue harus manggil lo Tama? Nama panjang lo emang siapa?"
" Lo udah kenal gue dari tiga bulan yang lalu, tapi nggak pernah tau nama panjang gue? Tega banget sih lo." Jawab Dirga cemberut. Dara tertawa pelan melihat reaksi Dirga yang lucu. Jarang-jarang cowok itu menampilkan sisi imutnya. " Hahaha.. lo imut tau.." Tangan Dara menarik kedua pipi Dirga hingga wajah cowok itu semakin terlihat lucu. " Sakit.."
Tangan Dara berhenti menarik kedua pipi Dirga. Kini Dara menekan kedua pipi Dirga hingga bibir cowok itu terlihat seperti bibir ikan. Kembali Dara tertawa lepas yang terlihat begitu cantik di mata Dirga. Namun Dirga tidak merasa tertarik dengan wajah cantik Dara.
" Gue Dirga pratama, dan Tama itu diambil dari nama gue paling belakang." Ucap Dirga setelah berhasil melepaskan tangan Dara dari pipinya. " Oh gitu.." Dara menjawab pelan. Tangannya bergerak menopang dagu lalu keningnya berkerut seperti seseorang yang sedang berpikir. " Berarti Rani itu dari nama belakang gue juga ya?"
" Iya, Tama dan Rani itu diambil dari nama belakang kita masing-masing."
" Kenapa gue gak manggil lo Dirga dan lo manggil gue Dara? Kenapa harus beda?"
" Gue selalu punya panggilan sendiri untuk orang-orang yang gue anggep spesial. Dan gue juga mau, orang itu punya panggilan khusus buat gue."
Jantung Dara seperti akan melompat saat ini juga. Perutnya terasa seperti diisi oleh kupu-kupu yang beterbangan dan itu terasa sangat menyenangkan. Tanpa Dara perintahpun bibirnya bergerak menyunggingkan senyum lebar. Sebelum ia bertingkah bodoh, Dirga kembali melanjutkan kalimatnya yang semakin membuat Dara merasa terbang ke langit paling tinggi,
" Dan menurut gue, lo itu spesial."
-0o0-
Dengan langkah gontai Dara mengikuti kedua sahabatnya yang sedang berkeliling mall. Sudah hampir tiga jam tapi baik Diva dan Dinda seperti tidak kenal lelah dan terus berkeliling. Mulai dari main di timezone, wisata kuliner di foodcourt dan sekarang melihat koleksi pakaian di toko ke-sekian kalinya.
" Gue capek ya ampun.. berenti bentar woy!" Seru Dara tidak peduli orang-orang di sekelilingnya menatap aneh. Sontak kedua temannya berhenti dan menoleh ke belakang. Di sana Dara duduk di salah satu bangku dengan kaki yang berselonjor diatas bangku panjang tersebut. Terlihat benar-benar lelah.
" Astaga dragon Ra.. lo bikin malu tau?!" Ucap Dinda jengkel seraya tangannya menurunkan kaki Dara. Diva lantas duduk di samping Dara dengan wajah tak kalah lelah. " Capek anjir.. tiga jam keliling mall segede ini." Ujar Diva mengeluh.
Ini semua memang ide Dinda. Cewek itu yang mempunyai ide untuk jalan-jalan keliling mall dengan alasan menikmati quality time. Tapi yang ada hanya dia yang menikmati sedangkan Diva dan Dara merasa kaki mereka akan segera putus saat ini juga.
" Balik kuy! Capek banget gue." Keluh Diva dengan tampang melas. Dara mengangguk setuju dengan tampang sama melasnya seperti Diva. Mereka berdua menatap Dinda dengan seolah berbicara –please,kaki gue capek banget.-
Ditatap seperti itu membuat Dinda mendesah pelan. Padahal ia masih ingin melihat koleksi tas di salah satu toko di lantai dua. Tapi melihat wajah melas dua sahabatnya Dinda jadi tidak tega dan memilih menangguk lesu. " Iya deh."
Diva dan Dara sontak menghembuskan napas lega. Akhirnya mereka bisa tiduran dengan kaki yang berselonjor bebas sebentar lagi. " Ya udah yuk!" ajak Diva semangat.
Walau masih sedikit tidak ikhlas, Dinda tetap mengikuti langkah kedua sahabatnya. Lalu terlintas satu ide di benaknya. Satu ide yang akan menjadi penyiksaan terakhir bagi Diva dan Dara.
" Eh woy! Temenin gue makan dulu! Gue laper lagi!" Dinda sedikit berteriak kemudian mengejar Dara dan Diva yang cukup jauh karna mereka jalan begitu bersemangat.
Sedangkan Diva dan Dara kompak menahan napas masing-masing selama beberapa detik. Satu yang mereka tau, makan-nya Dinda itu bikin kaki mereka bisa putus karna harus keliling foud court yang luasnya gak perlu ditanya.
" Gue tobat ngajak dia ke mall anjir."
-0o0-
Cuaca yang mendung seolah mendukung Alfy yang terlihat betah bersantai di rooftop rumahnya. Tadi pagi ayah dan mama-nya kembali pergi entah kemana. Oleh karna itu Alfy sekarang bisa bersantai di rooftop rumahnya tanpa perasaan tertekan seperti biasanya.
Selama orang tuanya di rumah, Alfy memang tidak pulang melainkan menginap di rumah Rio. Katakan ia hanyalah seorang pengecut yang tidak berani menghadapi masalah. Memang benar Alfy tidak bisa menghadapi masalahnya saat ini.
Di satu sisi ia menyayangi orangtuanya terutama sosok ayah yang selalu ia dambakan selama ini. Alfy begitu merindukan sapaan ringan dari mulut ayahnya. Bukan kalimat " Kamu itu penerus perusahaan papa, jaga kelakuan kamu. Jangan pernah buat masalah." Yang terus ayahnya ucapkan. Tidak, Alfy tidak butuh kalimat monoton itu dari ayahnya. Tanpa ayahnya katakan pun Alfy tidak akan berbuat masalah. Tapi sekarang ia justu merasa tertantang untuk melawan ucapan ayahnya.
Alfy hanya tidak mau kelepasan saat berbicara dengan kedua orangtuanya. Bagaimana pun juga Alfy sangat menghargai mereka berdua. Alfy hanya tidak mau ia membentak ayahnya hanya karna beradu argumen. Alfy sadar ia tidak bisa mengendalikan diri saat sedang emosi, karna itu ia tidak mau berbicara dengan ayahnya dulu saat ini.
Alfy pernah mencoba untuk berbicara dengan ayahnya. Namun justru berakhir dengan perdebatan sengit antara dia dan ayahnya. Mereka sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah. Saat itu Alfy memutuskan untuk pergi ke rumah Rio dan itu menjadi kebiasaan tiap kali ayahnya pulang.
Dengan perlahan Alfy memetik senar gitar dan mulai membuat nada-nada yang terdengar indah. Ia mulai menyanyikan satu lagu yang belakangan ini menjadi favorite-nya.
You must think that i'am stupid..
You must think that i'am a fool..
You must think that i'am new to this..
But i have seen this all before..
I'am never going to let you close to me..
Tersenyum tipis, Alfy melanjutkan lagu-nya. suaranya yang terdengar indah mengisi suasana sunyi di rooftop ini. Belakangan Alfy sudah mulai jarang menikmati rokok seperti dulu. Ia memilih untuk bernyanyi daripada menghisap benda beracun itu.
And every time you walk out the less i love you..
Baby we don't stand a chance it's sad but it's true
I'am way too good at goodbye..
Alfy menyelesaikan lagunya dengan baik. Cowok itu lalu beralih memandang langit mendung di atasnya. Tiba-tiba ia teringat akan cerita Dara padanya kemarin. Dan kalimat terakhir yang Dara ucapkan. Kalimat yang sampai saat ini masih belum Alfy pahami. Kalimat yang terdengar begitu ambigu di telinga Alfy. Membuatnya selalu kepikiran hingga saat ini. Selalu bertanya apa dari maksud kalimat tersebut,
" Dirga itu udah ngambil sesuatu yang paling berharga dari gue."
Lucha,2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucha || END ✅
Teen FictionHighest rank #22 in quotes [210119] *** Berawal dari pertemuan di depan gudang yang tidak disengaja. Alfy dan Dara terus terjebak pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mereka terjebak drama yang mengharuskan Alfy berperan sebagai pacar Dara dalam w...