04 - Disappointed

16 5 0
                                    

Don't forget to Vote & Comment :)

oOo

Sejak tadi, Jenia tak henti-hentinya menatap sebuah kartu nama yang ia pegang. Sebelah tangannya memegang ponsel.

Jenia berniat untuk mencoba menelepon nomor yang tertera di kartu tersebut. Tetapi, ia merasa ragu. Atau gugup? Entahlah, ia juga bingung.

Arion James Mason

Nama keren itu sesuai dengan orangnya yang tak hanya keren tapi luar biasa tampan. Jenia tidak pernah menyangka akan ditakdirkan bertemu dengan pria tampan sekelas aktor-aktor Hollywood. Oh my God, seumur hidupnya ia jarang memperhatikan laki-laki sekitarnya. Entahlah, ia hanya ingin fokus pada sekolahnya. Dan sekarang ia dipertemukan dengan pria yang sesuai standarnya--mungkin.

Jujur saja, ia sedikit malu jika harus menelepon Arion lebih dulu. Tapi, ia teringat dengan paket itu. Bisa saja paket tersebut dibutuhkan sesegera mungkin oleh sang penerima--Mr. Mason.

Baiklah, kau pasti bisa, Jenia.

Gadis itu menekan angka demi angka pada layar ponselnya. Kemudian, ia dekatkan ke arah telinga. Jenia merasa sangat gugup menanti teleponnya diangkat.

"Halo?" Damn. Suara bass itu sungguh melemahkan jantung Jenia.

"Ha-halo... Apakah saya berbicara dengan Mr. Mason?" ucapnya terbata.

"Ya. Dengan siapa saya berbicara?" Arion bertanya balik.

"Em, saya... Saya Jenia. Jenia Alrescha." Lalu, hening di seberang sana. Jenia semakin gugup dibuatnya. Ia takut Arion akan menutup teleponnya.

"Ha--"

Tut.

Dan benar saja, pria tampan nan dingin itu mematikan sambungan telepon mereka. Mungkin Arion sudah lupa dengan perkenalan mereka yang tak disengaja waktu itu. Ya, benar. Mana mau pria itu mengingat-ingat namanya seperti yang ia lakukan.

Jenia menghela napasnya panjang. "Menyebalkan!"

Ia rasa, ia akan mencobanya lagi besok. Tidak ada kata menyerah dalam kamus Jenia. Ia akan memanfaatkan kesempatan ini selagi Tuhan berbaik hati padanya.

oOo

Saat jam istirahat kerja, Jenia segera mengambil ponselnya dan berlari ke pintu belakang cafe. Gadis itu berniat untuk menelepon Arion lagi. Ia berharap Arion mengingatnya--sang kasir cafe langganan Arion.

"Halo, Mr. Mason." Jenia berusaha mendahului Arion sesaat setelah teleponnya diangkat.

"Siapa ini?" tanya Arion dingin seperti biasa.

"Mr. Mason, saya Jenia kasir cafe--"

"Ah... Kau lagi." Jenia tidak mengerti dengan reaksi Arion. Apa pria itu akhirnya mengingatnya?

"Anda mengingat saya, Mr?"

"Kau perempuan yang kemarin menelepon saya juga kan?" Tetot. Arion sama sekali tidak ingat dengan perkenalan tak sengaja mereka.

"Ya sudah lupakan saja," gumam Jenia pelan. "Mr. Mason tolong jangan tutup telepon ini dulu. Tujuan saya menelepon Anda dengan maksud ingin memberitahu bahwa paket Anda ada di saya."

Keheningan terjadi untuk beberapa saat. Jenia jadi takut kalau-kalau pria itu berniat menutup teleponnya lagi. "Sir?"

"Paket apa?" Akhirnya, Arion meresponnya.

"Saya tidak tahu, Mr. Karena saya tidak pernah membukanya sejak datang ke apartemen saya."

"Kirimkan alamatmu, nanti malam saya ambil." Tut. Pria itu mematikan teleponnya sepihak.

Jenia mengerjapkan matanya berkali-kali. Benarkah ini? Apa telinganya rusak? Ia sungguh tidak percaya dengan kalimat terakhir yang Arion ucapkan barusan.

Arion akan datang ke apartemennya?

Gadis itu berjingkrak senang. Mengapa Tuhan begitu baik padanya? Sungguh, skenario Tuhan itu indah.

oOo

Jenia berjalan mondar-mandir sejak tadi. Entah sudah berapa lama tepatnya. Ia terlihat gugup dengan bibirnya yang terus ia gigit-gigit pelan. Bagaimana tidak? Ia akan bertemu dengan Arion lagi, untuk ke berapa kalinya, dan pria itu akan datang ke apartemennya!

Oh, Jenia bisa gila sekarang juga. Ia sudah menunggu Arion selama 5 jam. Menanti pria itu meneleponnya dan memberitahunya bahwa ia sedang dijalan menuju apartemennya. Atau, suara bel pintu apartemennya dan saat ia buka, Arion berdiri gagah di hadapannya. Ya Tuhan...

Ting tong

Deg. Jantungnya berdetak keras dan kencang. Ia segera menghampiri pintu sembari tersenyum sumringah. Ia sudah menyiapkan senyuman terbaiknya untuk sang pria pujaan hatinya.

Cklek

Jenia membuka pintunya dan menatap wajah pria di hadapannya sekarang.

Ia mengerutkan keningnya bingung. "Maaf mengganggu malam-malam, Nona. Saya William, sekretaris Mr. Mason." Pria itu mengulurkan tangannya ke depan.

Jenia yang merasa kecewa karena bukan Arion-nya yang datang, membalas jabatan tangan William dengan malas.

"Saya datang ke sini untuk mengambil paket milik Mr. Mason," jelas William ramah.

"Oh ya," Jenia segera mengambil paket dan memberikannya kepada William.

"Terima kasih, Nona. Selamat malam."

Dan pria itu pergi meninggalkan Jenia yang masih mematung di pintu apartemennya. Gadis itu sangat kecewa. Bodohnya ia yang terlalu berharap tinggi. Tentu saja, Arion adalah pria dengan seragam formal tiap harinya yang sudah dipastikan bahwa pria itu sangat teramat sibuk.

Malam itu, Jenia tidur dengan kekecewaan yang merusak mood-nya.

oOo

To be continued...

With luv,

Ailoils

ARIONIA (Arion & Jenia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang