Chapter 5

357 61 16
                                    

Taehyung merasa dirinya kalang kabut kala kepayahan akan sesuatu yang terlalu membebani akal pikirnya.

Tuntutan dari pihak luar yang berdatangan serasa membludak menjadikan ia bak burung dalam sangkar.

Ia tak tahu, kala sudah merasa dirinya melakukan hal yang berguna, rasanya tetap saja tak ada perubahan yang berarti.

Manusia memiliki batas raga yang sudah ditentukan, tujuan yang ditargetkan kadang tak sesuai hayalan yang diawang.

Taehyung sebenarnya bukanlah orang yang suka bermabuk-mabukan apalagi ditengah tugas dan kasusnya yang menumpuk bak cucian kotor. Namun malam ini ia pikir sedikit menenggak minuman beralkohol dapat meringankan beban pikirannya. Ditambah lagi ia masih terbayang akan percakapan dengan Jungkook kemarin di café.

Maka disinilah taehyung, disebuah bar yang cukup ramai ditengah-tengah kota Seoul yang padat. Duduk di depan meja bartender sambil menenggak langsung sebotol vodka tanpa repot-repot menuangnya pada cangkir, merasakan cairan beralkohol itu berjalan mengaliri pangkal tenggorokan hingga kerongkongannya.

'Hanya hidup sendirian tanpa ada yang peduli. Ayahku membusuk di penjara dan ibuku bunuh diri karena depresi atas kasus yang menimpa ayahku'

'terlampau sudah biasa hidup mandiri sejak umurku 13 tahun, hidupku hanya bergantung pada harta orang tuaku yang masih tersisa'

'rasanya hidupku terasa hampa sekali'

Sekiranya hanya itulah ucapan-ucapan Jungkook yang terbayang dalam sanubarinya. Yang membuatnya merasakan rasa iba dan simpati atas kehidupan si pria manis yang malang, nampak seperti orang bodoh memang yang memikirkan kehidupan orang lain yang belum tentu memikirkan kehidupannya juga.

"Tae, kau minum lagi? apa kau frustasi karena kasus itu lagi?" seorang pria berbaju pelayan dibalik meja bartender bertanya kelewat akrab kepadanya.

"Maksudmu kasus penculikan misterius itu?"

"Kau tau apa yang kumaksud, Kim"

"Bisa dibilang begitu, tapi belakangan ini seorang pria manis bermata bulat juga mulai mengusik pikiranku."

"Apa kau jatuh cinta?"

"Apa itu disebut jatuh cinta, Jae?" Taehyung malah balik bertanya pada bartender yang sering ia panggil Minjae itu.

"Sebaiknya kau segera menyelesaikan kasus-kasusmu daripada membuang waktu disini." ucap si bartender mengalihkan pembicaraan.

"Kau mengusirku? Aku pelanggan disini. Pelanggan adalah raja" Taehyung berucap seraya melototkan matanya yang hanya tinggal segaris itu.

"Jika kau mabuk dan tak bisa pulang aku tak mau bertanggung jawab, semuanya terserah padamu." Final Minjae sembari berlalu dari hadapan taehyung yang hanya mengendikkan bahunya acuh.

Tidak terasa sudah tujuh botol yang Taehyung habiskan, kesadarannya pun sudah mulai menipis dan sekarang kepalanya tergeletak di atas meja sambil meracaukan gumaman tidak jelas.

"Tolong, satu botol lagi!" racau taehyung pada Minjae yang sekarang berada diambang batas sadarnya dan Minjae menurutinya dengan mengambilkan dan meletakkan satu botol vodka lagi dihadapan Taehyung.

Disaat taehyung membuka botolnya dan ingin menenggak isinya tiba-tiba ia meraskan seseorang tengah menatapnya dengan lekat. Lantas ia langsung menolehkan kepalanya kearah seseorang yang menatapnya tadi sembari melayangkan tatapan terganggu namun setelah ia menajamkan penglihatannya rasanya seseorang tersebut adalah sosok yang familiar.

"Ah, kau terlihat seperti si manis Jeon Jungkook" Taehyung kembali meracau dan kemudian tak sadarkan diri.

.
.
.
.
.

PREJUDICE | TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang