Chapter 1 : The Beginning

45 3 1
                                    

19-10-2017, 6:28.

Setiap manusia pasti akan mengalami masa-masa kelam dalam hidupnya, masa dimana kita merasa tidak berdaya, baik karena beban yang kita tanggung ataupun karena kita merasa kehilangan. Kehilangan seseorang yang penting dalam hidup kita, seseorang yang melengkapi hidup kita, kita hanya akan merasa membutuhkannya saat dia sudah tidak ada, itulah masa yang saat ini sedang kujalani.

Sudah empat tahun sejak kakakku pergi, ia memutuskan untuk kerja di luar negeri Bersama paman kami, yahh, aku sadar alasannya meninggalkan kami, paman kami adalah pemilik perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, dengan gaji yang menggiurkan, benar-benar hobi kakakku.

Dan sekarang aku sedang berdiam diri di kamarku yang hanya bermodalkan cahaya yang berasal dari jendela, dinding berwarna abu-abu kesukaanku, dan baju kotor yang berserakan di lantai, aku bukan sedang memikirkan hal-hal aneh yang biasa dipikirkan oleh remaja seusiaku, aku hanya sedang bingung dengan masa depanku ini, apakah aku bisa sukses?, apakah aku bisa membantu orang banyak?, apakah aku dapat berguna bagi masyarakat kelak?, ratusan pertanyaan yang tidak akan terjawab dalam waktu dekat ini terus muncul di benakku.

"KAANNNN!!!!, NGAPAIN KAMU?!?!, CEPET TURUN."

Teriakkan Mamahku menyadarkan aku akan waktu yang sudah menunjukkan pukul 6:30, waktu dimana aku seharusnya sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, secara spontan aku pun langsung bergegas keluar kamar dan memenuhi panggilan Mamahku yang sepertinya akan memberiku nasihat di pagi hari yang cerah ini.

"Kamu itu ya, dasar pemalas, udah jam segini masih tidur-tiduran di kamar." Mamah berkata

Kami Berbincang sambil menyantap makanan mamah.

"Mah, Iskan bukan hanya sekedar tidur-tiduran, tadi Iskan sedang memikirkan masa depan yang akan datang mah, masa depan Iskan sendiri, apakah akan cerah atau sebaliknya."

"Elah, masa depan, masa depan, pikirin aja dulu gimana nilai kamu yang sekarang, awas aja kalau sampe ada yang gak 100."

Hal itu memang tidak terdengar seperti percakapan manusia normal tapi itulah kenyataanya, keluarga kami ini termasuk ke dalam Top-Tier, keluarga bermodalkan otak Jenius, jadi silabus SMA sekarang terlalu mudah untukku.

"Tenang aja mah, selama masuk SMA, Iskan gak pernah sekalipun dapat nilai dibawah 100."

"Iya-iya, kalo udah makannya, sok sana kamu berangkat ama papah, udah nunggu didepan tuh."

Aku pun segera berpamitan dengan mamah dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, dan bertemu papah di pintu depan, papah ku adalah orang yang sungguh dingin, percaya atau tidak, kami hanya berbicara sekitar 2 kali dalam seminggu, itupun saat papah bertanya dimana mamah, yahh, aku sih, sudah terbiasa.

19-10-2017, 6:56.

Sampailah di sekolah, sekolahku adalah salah satu sekolah Elit kelas atas yang ada di kotaku, dengan bangunan empat tingkat berwarna dominan abu-abu yang mana warna kesukaanku, lapangan yang luas, dan taman yang bersih, sekolahku selalu menduduki peringkat pertama, sekolah terbersih dan paling berprestasi di kotaku.

Aku berjalan ke kelasku, kelas X-16, kelas yang berada tepat di sebelah ruang osis, dengan lorong yang super bersih dan murid-murid yang super rajin, sekolah ini bisa dibilang pantas menduduki peringkat pertama, saat berjalan di lorong saja, murid-murid disini rata-rata membawa buku untuk dipelajari sambil berjalan, tapi bagiku hal tersebut percuma.

Sampailah aku di kelas, dan bel pun langsung berbunyi, wah, nyaris, aku pun langsung duduk dan mendengarkan materi-materi yang disampaikan guru.

19-10-2017, 8:47.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 06, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Time Will TellWhere stories live. Discover now