shaka - 1

6.5K 317 15
                                    

Tasya melirik ponselnya yang sejak tadi terus berbunyi. Ia mendengus, lalu mengambil benda itu dengan malas.

Ada sebuah pesan masuk yang mendarat di ponselnya. Tasya membuka pesan itu lalu membacanya dengan mata melebar.

"WHAT THE HELL!!"

"Apa-apaan nih!"

"Wah.. Nggak bisa dibiarin nih!"

"Butuh tindakan ini mah!"

"Bacot ah!"

Tidak ingin membuang waktu, tasya segera berlari kedalam kamar mandi. Setelah selesai dengan ritual mandinya, ia langsung memakai pakaiannya dan bergegas menuju sebuah cafe yang sudah di beritahukan oleh temannya tadi.

"MAH, TASYA PERGI DULU YAH!!"teriak tasya sambil terus berjalan keluar rumahnya.

"SYA, KAMU MAU KEMANA?"teriak Hana ibu tasya tak kalah kerasnya.

"KEMANA AJA BOLEH MAH."

tasya segera masuk kedalam mobilnya, ia tidak menghiraukan mamanya yang terus saja bertanya tentang kemana ia akan pergi. Tasya melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat para pengendara lainnya kesal akan tingkahnya yang selalu saja menyalip kendaraan lain.

Kedua sudut bibir tasya terangkat naik membentuk senyuman manis yang akan membuat siapa saja klepek-klepek jika melihatnya.

"Kayaknya kehebatan valentino rosi nurun ke gue deh."

Tasya mengehentikan mobilnya di depan sebuah cafe. Ia turun dari mobilnya, lalu berjalan masuk ke cafe itu.

Tasya mengedarkan seluruh pandangannya, mencari seseorang yang tadi mengiriminya sebuah pesan. Pandangan tasya berhenti pada dua manusia yang saling tertawa, terlihat bahagia. Tasya berjalan mendekat kearah dua orang itu dengan senyuman yang masih Setia menemani bibirnya.

"Hai,"

Kedua manusia itu menoleh, melihat siapa yang menyapa mereka. Salah satu dari mereka ada yang tercengang dan satunya lagi membalas senyuman tasya dengan senyuman manisnya.

"Boleh gabung?"tanya tasya lembut.

"Oh, boleh kok. Silahkan,"jawab cewek itu yang tak lain adalah selingkuhan pacarnya, vano.

Tasya mengangguk, lalu duduk disalah satu kursi yang ada meja itu. Tasya melirik vano yang sedang gelagapan melihatnya berada disini. Tasya tersenyum licik, ia tahu apa yang harus dilakukannya saat ini.

Sementara cewek tadi menatap tasya bingung. Tasya yang melihatnya tersenyum lebar.

"Oh iya, kenalin, nama gue tasya. Temannya vano."tasya memperkanalkan dirinya seraya mengulurkan tangan.

Vano melebarkan matanya. Ia kira, tasya akan membongkar semua dan membiarkannya Malu, ternyata tidak.

"Nama gue aqila. Tapi panggil qila aja,"qila menyambut tangan tasya. Cewek itu tersenyum ramah.

Tasya mengangguk.

"Van, bukannya lo ada janji sama salsa ya? Kok ada disini?"tanya tasya dengan raut wajah yang dibuat bingung.

"Hah?"

"Salsa siapa?"tanya qila bingung.

"Lo belum jelasin ke dia, van?"tasya menatap vano. Sedetik kemudian kembali menatap qila.

"Biar gue jelasin,"

"Salsa itu pacarnya vano, ya kan van?"jelas tasya lalu melirik vano yang menatapnya dengan bibir yang terbuka lebar.

"Ma-maksudnya?"qila bertanya dengan raut heran. Lalu tatapan cewek itu beralih menatap vano garang.

"Ya gitu."sahut tasya enteng, tidak mempedulikan vano yang sudah panas dingin menghadapi situasi ini.

"Rasain lo!"gerutu tasya dalam hati.

"Jadi kamu selingkuh?"

Vano menelan salivahnya susah. Ia menoleh kearah tasya yang sedang tersenyum licik kepadanya.

Tringg.. Tringg..

Suara deringan handphone membuat tasya menoleh kearah tasnya. Tasya mengambil ponselnya lalu bangkit dari duduknya.

"Emm.. Gue duluan yah, ada urusan soalnya."pamit tasya kepada dua manusia itu.

Ia berjalan keluar dari cafe, namun langkahnya terhenti saat seseorang berbadan tegap tanpa sengaja menabraknya dari arah yang berlawanan.

Tasya memejamkan matanya siap-siap merasakan sakit yang akan menimpa bokongnya. Ia mengernyit, tidak sakit. Malah ia merasakan tubuhnya di tahan oleh seseorang. Dengan ragu tasya membuka matanya, ia mengerjap melihat pria tampan yang sedang menatapnya dengan dahi yang berkerut.

"Lo nggak mau berdiri?"

Tasya terlonjak mendengar suara bass pria itu. Ia segera berdiri tegak sambil tersenyum canggung kearah pria itu.

"Maaf,"cicit tasya denga suara pelan.

Pria itu mendengus.

"Lain kali kalo jalan tuh pake mata dong!"decak pria itu dengan wajah kesalnya.

Tasya menepuk jidatnya. "Kalo jalan pake mata, terus gunanya kaki apa?"sindir tasya.

"Tanya mbah google sana!"sahut pria itu acuh.

Tasya melengos. Ganteng-ganteng kok songong.

"Yaudah,"cuek tasya.

"Yaudah juga,"balas pria itu tak kalah cuek.

"Oke,"

"Yaudah,"

"Oke,"

"Yaudah,"

Tasya berdecak. Ia menatap pria itu seakan mereka adalah rival. Sedangkan pria itu hanya menatapnya datar.

"Kenapa di bales ogeb,"kesal tasya.

"Lah, lo juga kenapa di bales oneng,"

Tasya mendengus kesal. Ia berbalik melanjutkan langkahnya namun terhenti saat pria itu kembali membuka suara nya.

"Mau kemana?"tanya pria itu spontan.

Tasya menoleh kebelakang.

"Mau ke JONGGOL mau ikut?"jawab tasya menekan kata JONGGOL.

"Hmm.. Boleh,"sahut pria itu sambil tersenyum tipis

Tasya melongo, ia menghentak-hentakkan kakinya lalu kembali melanjutkan jalannya meninggalkan pria itu yang terkekeh melihat tingkahnya.

Bersambung...

Hai semuaaaa....
Cerita baru aku nih 😁
Gimana? Dilanjut nggak nih?

SHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang