shaka - 4

3K 236 12
                                    

°Happy reading°

Hari ini semua kelas termasuk kelas tasya lagi free. Semua guru lagi ngadain rapat yang katanya lagi kedatengan pemilik sekolah.

Kejadian tadi pagi membuat tasya sangat malu. Ingin rasanya ia menukar wajahnya dengan wajah orang lain agar tak lagi di kenali oleh siapapun. Sejak tadi, vano berusaha membujuk tasya agar mereka balikan dan mengulang semuanya dari awal. Namun seorang anastasya putrilia tetaplah Teguh pada pendiriannya, dia tidak akan kembali menjadi pacar seorang play boy cap kaki tiga, ia sudah tobat.

"Sampe bulu kucing jadi bulu ayam pun, gue nggak akan mau balikan sama lo lagi!"

Kira-kira begitulah salah satu perkataan horor tasya untuk vano.

Tasya menatap ke luar jendela yang cuacanya agak sedikit mendung. Mungkin sebentar lagi akan hujan. Tasya menghela napas bosan. ia mengambil novel yang berada di dalam lacinya, membacanya lalu terbang di dunia imajinasi.


***

"Apa semuanya sudah mengerti?"tanyanya datar.

Sontak semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengangguk cepat.

Azka kembali menatap beberapa laporan yang ada dihadapannya. Mengecek ulang setiap data yang diberikan kepadanya. Azka terdiam beberapa saat, kemudian menutup laporan tersebut.

"Kalau begitu, kabari saya jika ada sesuatu."azka berdiri dari duduknya. "Saya permisi."ucapnya lalu melangkah keluar ruangan.

Sementara para guru yang berada dalam ruangan itu langsung bernafas lega. Mereka semua membereskan barangnya lalu ikut berjalan keluar.

"Eh, pak azka itu, walaupun datar, tapi tetep sopan ya. Gimana ngga banyak yang tertarik coba."ucap salah satu guru sambil tersenyum melihat tubuh azka yang masih beluk jauh dari pandangannya.

"Iya bener. Saya aja tertarik sama dia."ujar salah satu guru lainnya sambil cekikikan. Mereka berjalan kearah ruang guru dengan tema gosip pemilik sekolah yang sopan dan tampan.

"Eh, tapikan pak azka ganteng. Pasti udah ada yang punya tuh."

"Iya yah. Mana tahu dia udah punya pacar atau istri."

****

Azka berjalan menyusuri koridor sekolah. Sesekali cowok yang selalu dihiasi tatapan datar itu melihat kearah jamnya. Azka tidak buru buru sebenarnya, hanya saja, hari ini ia berniat pulang lebih dulu. Setelah beberapa menjalani projek diluar kota, azka rasa ini saat yang tepat untuk dirinya beristirahat. Lagipula ia sudah menghubungi hendra untuk menghandle semua pekerjaannya hari ini.

Tringgg triiiingg..

Deringan ponselnya membuat azka menghentikan langkah. Ia mengambil ponselnya lalu melirik sekilas pada nama panggilan yang tertera disana.

"Iya ma?"

"Mau ngapain?"azka mengerutkan dahi mendengar ucapan mamanya.

SHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang