°Happy reading°Azka diam menatap tasya datar. Entah mengapa kata itu yang ia ucapkan didalam hatinya.
"Nah kan diem. Berarti udah ngaku gue cantik."ucap tasya tersenyum puas.
"Minggiran, gue juga mau duduk."azka berucap dengan nada datarnya, membuat tasya duduk dikursi sebelah. Azka duduk, lalu membaca novel milik tasya.
"Ehh siniin dong novelnya."pinta tasya lalu mengambil novelnya yang berada di tangan azka
Azka menjauhkan novel itu, hingga membuat tasya mencibir kesal.
"Balikin dong, nggak baik baca cerita stengah-stengah!"tasya berusaha mengambil novelnya yang berada di tangan azka.
"Siapa yang bilang?"tanya azka masih tetap menjauhkan novel itu dari jangkauan Tasya.
"Gue lah. Kan tadi gue yang bilang! gimana sih!"jawab tasya kesal.
"Oh iya yah,"sahut azka sembari menganggukkan kepalanya.
"Siniin nggak novel gue,"paksa tasya
"Kalo gue ngga mau, lo mau apa?"
Tasya terdiam sebentar. "Gue mau eskrim, mau cokelat, mau rumah, mau mobil, mau jalan ke barcelona, mau ketemu sama babang aliando, ma-,"
Azka membungkam mulut tasya menggunakan tangannya. Ia jadi kesal sendiri melihat ketidak warasan gadis yang ada di depannya ini.
Tasya meronta berusaha melepaskan tangan azka dari mulutnya. Sepertinya hari ini orang-orang pada hobi banget yah nutup mulutnya.
"Lempaksjsjnsksi,"ucap tasya tidak jelas.
"Cerewet."decak azka masih menutup mulut tasya.
Duuaarrr..
Suara Guntur membuat tasya terpelonjak kaget. Ia menutup matanya sambil mengelus dada. Sementara azka yang berada disampingnya hanya menatap datar.
Tubuh tasya bergetar, ia benar-benar kaget dengan suara Guntur tadi. Ia mencoba menenangkan diri. Azka yang melihat itu menjadi iba. Entah keberanian darimana yang ia dapat, hingga tangannya terulur mengusap punggung tasya.
Tasya menegang. Sungguh, ini bukan saatnya ia deg degan. Sentuhan pria itu benar benar lembut. Tasya saja nyaman dibuatnya. Sedikit melirik kearah cowok itu, tasya terdiam melihatnya tersenyum simpul.
"Udah tenang aja,"ucap azka menenangkan tasya yang dirasanya masih gemetar. Azka kemudian mengusap pucuk kepala tasya lembut.
Hening
Tidak ada yang bersuara. Mereka sibuk dengan fikiran masing-masing. Setelah merasa mendingan, tasya mulai menegakkan badannya, mendonggak menatap azka yang kini kembali seperti semula. Menatapnya datar.
Tasya tersenyum canggung. Ada apa dengan jantungnya? Mengapa jantungnya berdetak lebih cepat saat ini? Wahh.. Kayaknya harus di periksa ke dokter nih.
"Makasih,"ucap tasya canggung. Ia menatap azka yang mengerutkan dahinya menatap tasya tak mengerti.
"Udah dong jantung. Deg degan nya ditunda dulu. Ngga bisa konsen nih gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA
Teen FictionGanti judul. Flusso D'amor ➡ shaka Munafik jika tasya mengatakan tidak ada perasaan pada cowok itu. Nyatanya, setiap berada didekat cowok itu, tasya selalu berdebar. Menahan sesak ketika berhadapan langsung dengannya. Tasya tidak akan berbohong tent...