"Mir, kamu gak bersalah kok, ada baiknya mengatakan sesuatu agar kita dapat mengambil sikap, nah kalau kamu tidak mengatakan sesuatu tentang Dian, kita kan nggak tahu apa yang terjadi, apalagi aku sebagai temannya di berbagai kegiatan tentu penting banget tahu semua itu, agar dapat meringankan bebannya dengan saling menyemangati, Mir."
"Iya kak, aku tak bermaksud ember dengan mengatakan semua itu, tetapi aku benar-benar bingung harus bertanya pada siapa atau menanyakan apa karena kemarin selama 2 hari Dian benar-benar diam dan diam kak."
"Pantesan kalian aku perhatikan di lapangan basket saat tanding, kalian diam-diaman kayak lagi musuhan."
"Oh kakak perhatiin kita to, ah jadi malu." Kata Mira merasa tambah salah tingkah dihadapan Arya.
"He,he gak sengaja Mir, kebetulan aku ambil bola yang jatuh ke arah kalian, berkali-kali aku lihat kalian diam saja, kan aneh."
"Aku sudah berusaha ngajak dia ngobrol kak, gak disahutin ya sudah aku ikutan diam, daripada aku ngmong sendiri kayak orgil dong."
"Bagaimana kalau kita hampiri Dian ntar siang Mir." Nur yang dari tadi nampak memandangi Mira saja, kali ini ikut berbicara, walaupun sebenarnya ia mencari kesempatan agar Mira menatapnya, diam-diam Nur cemburu karena dari tadi Mira fokus ke Arya.."
"Benar Mir, atau sekarang saja." Kata Arya.
"Baiklah, sekarang saja, biar seakan kita tidak sengaja mampir ke rumahnya karena kita kebetulan bertemu saat jalan-jalan pagi, ok." Kata Nur ikut mendukung.
"Ok, sekarang kita mampir ke kosan dulu, aku harus pamit ke ibu kost dulu, kak."
"Baiklah, ayuk."
Mereka segera menuju ke kosan Mira, tidak jauh dari tempat itu, setelah berpamitan dengan ibu kost mereka langsung menuju rumah Dian, mereka sengaja tidak naik angkot tetapi berjalan kaki agar kedatangan mereka memang sengaja mampir saat olahraga pagi, bukan suatu hal yang disengaja jadi nampak santai dan tidak formal seperti orang yang hendak bertamu karena ada keperluan khusus.
Mereka tetap menggunakan pakaian olahraga untuk membuat kesan bahwa kedatangan mereka adalah katidaksengajaan, berlari ringan sesekali berhenti untuk mengambil nafas sambil berbicara ringan seputar kegiatan sekolah. Mira lebih sering mengobrol dengan Arya karena Nur memang pendiam. Tak ada yang tahu sesungguhnya di hati Nur tersimpan rasa yang tidak ia mengerti. Nur menahan semua itu, tak ada teman yang harus ia ajak bicara. Teman terdekatnya hanya Arya sedangkan semua kepedihan ini ada diantara mereka bertiga. Tak mungkin semua ini bisa ia ceritakan dengan Arya. Nur hanya melirik ke sisi kanan setiap kali Mira nampak gembira ngobrol dengan Arya, nampak mereka bahagia bersendagurau sepanjang perjalanan. Namun buru-buru Nur menengok ke sebelah kiri saat tiba-tiba Mira menoleh ke arahnya. Nur langsung menoleh ke arah lain, suatu hal yang sebenarnya sangat disesalinya karena pura-pura cuek padahal ia sangat ingin memandang senyum Mira, mengapa harus pura-pura padahal ia sangat menunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESETIAAN YANG TERLUKA
قصص عامةCerita perempuan tentang perasaannya yang sering harus terluka, mengalah, tertahan, demi menjaga spikologis anak-anaknya agar tak goncang menerima kenyataan bahwa ibunya harus rela tersakiti oleh ayahnya.