Chapter 15

23 8 0
                                    

Ein POV

"Jangan! maafkan aku pak. Ini semua salah saya. Tolong jangan pecat saya" ucapku memohon kepada manajerku. Aku menarik-narik lengannya, berusaha keras untuk membujuknya agar aku tidak dipecat. Aku pasti sudah kehilangan akalku. BTS akan membunuhku jika melihatku memohon seperti ini.

Aku mendapat masalah karena melarang seorang preman masuk kedalam toko. Aku hanya sedang melindungi diriku sendiri.

"Jinjja, keluar dari sini! aku sudah muak denganmu" ketusnya mencoba mendorongku keluar.

"Tapi kau jarang sekali menggajiku"

"Itulah kenapa aku memecatmu"

Masih pukul sepuluh malam dan aku sudah berjalan pulang kerumah. Aku tidak pernah berfikir bahwa dipecat itu rasanya meyakitkan.

Untung saja itu pekerjaan dimana aku jarang digaji. Setidaknya aku masih bisa bekerja dicafe.

Aku memutuskan untuk menenangkan diri ditaman. Aku melihat orang melewati taman tersebut, pasangan berkelahi, orang tua dan anaknya.

Apakah buruk jika menjalin sebuah hubungan? entahlah, aku tidak pernah memikirkannya.

"Oii, apa yang kau lakukan disini?" panggil seseorang. Aku membalikkan badanku tapi tidak melihat siapapun kecuali orang asing.

"Pst. Ein! ini aku" suara itu memanggilku lagi. Aku sekali lagi membalikkan badan tapi tidak melihat seseorang yang kukenal. Tapi, suara itu terdengar tidak asing ditelingaku.

"Yah, Pabo. Aku memakai jas hitam, topi, dan kacamata" ucapnya lagi. Aku menoleh kekanan dan melihat seorang pria sedang duduk di bangku taman. Sepertinya aku mengenalnya...
.
.
.
"Ommo V-ah apa itu kau?" sahutku.

"Yah, jangan keras-keras. Nanti ada yang mendengarmu" bisiknya. Aku terkekeh melihat wajahnya yang takut tertangkap sama fansnya. Aku pergi duduk disampingnya.

"Kenapa kau disini?"

"Kenapa kau disini? bukannya kau seharusnya bekerja?"

Aku menghela napas,"Aku dipecat karena melarang preman masuk" nada suaraku semakin menurun

Dia tertawa pelan, "Itu lucu"

"Aku baru saja dipecat dari salah satu pekerjaanku dan kau bilang itu lucu?" aku menunjukkan kepalan tanganku kearah V

"Sejujurnya iya. Tapi, kau jarang digaji. Kalau aku menjadi dirimu, aku akan senang sekarang" ucapnya sambil pelan-pelan menurunkan tanganku yang masih tertuju kearahnya.

"Tapi, kenapa kau bisa ada ditaman?" Tanya V.

"Aku hanya ingin mencari udara segar" balasku. Setelah itu, aku menunduk karena tidak ada lagi ingin kukatakan. Tapi, tiba-tiba jarinya mengangkat daguku.

"Jangan khawatir kehilangan pekerjaan itu. Pekerjaan itu hanya membuang-buang waktumu saja"

"Itu terdengar mudah bagimu. Kalian adalah Idol. Kalian kaya, terkenal, dan aku hanya..."

"Sstt. Jangan bilang begitu. Kami juga orang biasa. Kau tau, tidak mudah menjadi seorang idol. Kau akan lelah karena jadwal yang padat dan kau harus keliling kemana-mana tanpa henti" ucapnya.

"Iya iya, aku minta maaf"

"Gapapa, tapi sekarang lupakanlah pekerjaan itu karena sekarang kau sudah bisa istirahat lebih lama"

Menyadari perkataannya, "Ahh, aku sangat legah" aku langsung memeluknya.

"Akan lebih baik jika kau memeluk Jimin"

Idols with One Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang