Part 24; Denial

49.5K 1.5K 24
                                    

"Jadilah kekasihku,Jadyn!" ungkap Chale akhirnya. Gadis itu tercengang mendengar pernyataan yang selama ini ia impi-impikan.

"Kau.. serius?" lidah Jadyn tercekat seakan ini mimpi nyata. Chale mengangguk mantap,tangannya mencengram bahu Jadyn yang langsung lemas. Chale menatapnya penuh penantian.

"Bukankah pertemuan kita terlalu singkat untuk menjadi kekasih?" utara Jadyn masih merasa tidak percaya. Hatinya sangat senang. Sangat senang! Rasanya ia ingin menangis haru di depan lelaki tampan itu. Akhirnya,rasa yang selama ini ia pendam terkuak sudah.

Chale menggeleng. "Aku tidak peduli. Cinta tidak memandang waktu,bukan? Bahkan aku.. mencintaimu sejak awal bertemu"

Deg!

Rasanya.. Rasanya.. Jadyn ingin terbang melayang-layang di awan. Sungguh! Ini mimpi tapi nyata! Chale mengungkapkan perasaanya secara lisan --di dalam lift,berhadapan,usai kissing romantis--. Jadyn akan terus mengingat peristiwa ini sepanjang sejarah hidupnya. Tidak akan pernah lupa!

Senyum indah tak tertahankan keluar dari bibir seksi Jadyn. Oh my gosh! Chale hampir kehilangan fokusnya jika saja panggilan telfon dari ponselnya tidak menyadarkannya.

"Maaf," Chale merogoh saku di balik jas-nya dan segera menangkat panggilan itu. Rasanya ia sangat terganggu.

"Ada apa?!" sentak Chale kepada si penelfon tanpa melihat siapa yang menghubunginya. Saking kesalnya merasa terganggu.

"Jauhi gadis yang sedang bersamamu sekarang!" balas seseorang di balik telfon. Ketika mendengar suara bariton itu. Chale langsung down. Tubuhnya tegang bagai tersengat listrik. Tangannya mulai gemetar. Jadyn pun ikut bingung melihat perubahan Chale.

'Jangan sekarang Tuhan...' Chale membatin gusar.

Pintu lift tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Disana,di depan lift yang tinggi,berdiri seorang gagah perkasa yang sedang melakukan sambungan telfon dengan ponsel yang masih tertempel pada telinganya. Chale dan Jadyn menoleh spontan ke arah pintu lift. Tangan Chale yang sedang menggenggam ponsel itu perlahan turun ketika melihat wajah tegas Gerald. Gerald mengetatkan rahangnya ketika matanya bertemu dengan mata biru Jadyn.

"Daddy.." lirih Chale. Jadyn hanya diam memperhatikan.

Gerald menurunkan tangannya yang sedari tadi menggegam ponsel. Kemudian menatap Jadyn tajam. Yang ditatap sempat kaget. Baru kali ini,Gerald memberinya tatapan setajam silet. Biasanya pria itu sangat lembut dan ramah. Apakah Ia melakukan kesalahan sehingga membuat ayah dari CEO-nya ini marah. Atau masalah berita yang sempat booming kemarin? Entahlah.

"Jauhi anak SMITH COOPER!" desis Gerald. Matanya tak lepas dari Jadyn.

Damn!

Waktu yang sangat dibenci Chale akhirnya datang. Dimana waktu yang membongkar semua mala petakanya. Waktu yang menghancurkan hatinya nanti.

Mata Jadyn membelalak lebar. Ucapan Gerald yang tegas menggambarkan bahwa pria itu sangat membecinya,terlebih ketika pria itu menyebut nama ayahnya dengan bunyi gemeletuk dari giginya.

"Maaf, Mr.Gerald. Bisa anda jelaskan kenapa anda menyebut nama ayah saya?" tanya Jadyn berani. Ia terlalu bingung dengan situasi ini.

"Jangan pernah lagi berbicara denganku!" bentak Gerald.

Jadyn sempat terperanjat. "Sekali lagi maaf, Mr. Aku hanya bingung, ada apa ini? Kenapa anda seperti membenci saya?" tanya Jadyn kembali menggunakan bahasa formal.

Inilah keberanian Jadyn yang membuat Chale semakin takjub dan mencintai gadis itu. Bahkan Jadyn tidak menunduk takut ketika seorang Gerald membentaknya.

Secretary Tease Like a Wine - Robert Series [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang