Pintu kamar lama Elena terbanting keras. Dawson dan Lena memasuki kamar tersebut sembari saling berbalas pagutan mesranya. Mereka berjalan tak teratur, setiap langkahnya terkesan tak sabaran. Menabrak apa saja yang sekiranya menghalangi ruang gerak mereka.
Elena mengaduh keras lalu tertawa singkat ketika Dawson menabrakkan tubuh Lena dan memenjarakan kedua tangannya di dinding. Dawson dan Lena berciuman dengan rakusnya. Lena juga mengeluh panjang tatkala Dawson mengaitkan kedua lengan kekarnya untuk mengangkat tubuhnya.
Dawson membuat Lena melingkarkan sepasang kaki jenjangnya di gendongan Dawson. Lena menangkap sebuah kerinduan yang sangat mendalam dari setiap sentuhan yang Dawson berikan padanya.
Dawson bergerak cepat, dengan salah satu tangnnya, Dawson mengenyahkan kain putih yang menutupi ranjang itu. Setelah itu, Dawson merebahkan tubuh Elena yang masih berpakaian lengkap di atas ranjang.
Elena mendudukkan dirinya segera, membantu Dawson yang terlihat kepayahan membuka satu per satu kancingnya. Dawson yang kalap, merobek pakaian Elena dan menanggalkan setiap sisa kain yang menutupi tubuh Lena.
Dawson menyusuri tubuh Elena. Dari ujung terbawah tubuh moleknya sampai puncak kepala pun tak tersia-siakan oleh Dawson. Salah satu lengan Dawson merengkuh tubuh Elena dengan agresif.
"Apa yang... kau pikirkan... saat ini, Leigh?" tanya Lena yang terengah sembari meremas rambut cokelat Dawson.
"Aku hanya menginginkanmu... tak peduli apa pun." Gumam Dawson yang memulai pergerakannya. Lena mengerang kala Dawson berhasil menerobos pusat tubuh Elena.
Dawson masih sibuk memaguti bibir ranum Elena tanpa ampun. Lena mengaduh dan mengerang di setiap kesempatan. Beberapa tetes airmata, mengucur dari pelupuk mata Lena.
"Elena... aku mencintaimu." Ucap Dawson sembari bergerak mengecup puncak kepala Lena tanpa berhenti.
"Kau meninggalkanku!" pekik Lena yang tengah kesakitan. Lena memukuli dada bidang milik Dawson. Mencoba mendorong tubuh Dawson menjauh.
Namun Dawson lekas merapatkan tubuhnya di dada Lena. Dawson menahan kedua tangan Lena yang masih berusaha untuk memberontak. Butiran keringat mulai membanjiri setiap inci tubuh keduanya.
Dawson bergerak meraih kepala Elena dan membawanya ke salah satu bahunya. Dawson menciumi leher Elena yang tengah menangis lirih.
"Dawson... aku sangat kehilanganmu!" tangis Lena memenuhi ruangan. Desah, keluh, kesah dan tangis gadis itu, satu per satu merobek telinga dan menyesakkan hati Dawson.
"Elena...," Dawson kembali melabuhkan ciumannya dengan sangat dalam dan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga membuat tangis Lena perlahan mereda, "Elena... Wieler."
.
.
.Sinar mentari menerobos masuk dengan pola yang indah. Tercermin dari gorden jendela kamar, di mana Elena dan Dawson tertidur dalam satu balutan selimut tebal. Dawson meregangkan tubuhnya, menguap kecil dan bergerak lambat menciumi leher Lena dengan mesra.
"Tukang tidur." Bisik Dawson yang menciumi pipi Lena berulang-ulang dengan manisnya.
Lena yang tertidur berbantalkan lengan Dawson, tersenyum lebar sembari perlahan membuka matanya. Lena mengucek matanya ketika Dawson menciumi pipinya. Lena memiringkan kepalanya, Dawson pun tak menyia-nyiakankan. Dawson mengecup bibir Elena dengan mesra.
"Kubuatkan kau sarapan?" tanya Dawson seraya menarik tubuhnya keluar dari balutan selimut dan lekas berdiri.
Lena mengangkat tangannya, menidurkan kepalanya di tangan tersebut dan memandangi Dawson dengan mata yang memicing. Mengamati seluruh sisi tubuh Dawson. Dawson yang tak menyadari itu, hanya fokus dengan celana yang tengah ia pasangkan ke tubuhnya.
Lena berucap lantang, "Jangan. Aku ingin melihatmu telanjang." Senyum manis Lena terbingkai di bibirnya.
Dawson urung mengenakkan celananya. Dawson tertawa, ia pun memutar tubuhnya dan membuat pose layaknya seorang binaragawan.
"Tidakkah aku membuatmu bahagia dengan pose seperti ini?" tanya Dawson seraya menunjukkan pahatan sempurna di bagian perutnya.
Lena menggigit bibirnya dengan mata yang sedikit menyipit. Lena mencoba menggoda Dawson, "Kau membuatku lapar." Keluh Lena.
Dawson tertawa keras mendengar ucapan Elena. Namun Elena menggelengkan kepalanya dengan lambat. Wajah gadis itu kian terlihat serius.
"Ku rasa... aku semakin lapar sekarang."
Dawson yang sebelumnya tersenyum lebar dan menganggap bahwa Lena sedang bergurau, berubah secepat kilat. Dawson menenggak ludahnya, merasakan napasnya yang semakin berat dan saling memburu.
Lena membangkitkan tubuhnya dengan cepat. Lena menyusuri ranjang dan berdiri dengan lututnya di tepi ranjang dengan tatapan hausnya. Dawson berlari secepat cahaya kilat dan lekas meraih wajah Lena dan memagutinya dengan rakus. Lena memundurkan tubuhnya perlahan dan Dawson mendorong Lena untuk menyerahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang masih berantakan.
"Dawson... Dawson." Keluh Lena panjang.
...
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
DUST IN THE WIND
Romance🐾Completed🐾 Aku pikir, aku hanya perlu menutup mataku ketika aku ingin merasakan hadirmu. Tapi ini berbeda, betapa sulitnya itu dilakukan. Semuanya tak lagi terasa sama.