Sebuah umpatan kasar dari mulut Seo Changbin membangunkan Son Chaeyoung pagi itu. Gadis itu menguap, meregangkan tubuhnya sedikit dan berusaha keras membuka matanya. Kakinya pegal bukan main karena posisi tidur yang kurang nyaman.
"Kenapa sih?" tanya Chaeyoung pelan masih dengan suara bangun tidur.
"Abis bensin."
"Ya tinggal beli gak usah marah-marah." Chaeyoung merespon dengan santai.
"Pom bensinnya masih agak jauh, lo mau bantuin dorong?"
Chaeyoung mendecak, sepertinya kurang tidur membuat laki-laki ini jadi tukang menggerutu. Kasihan juga, semalam ia bisa tidur nyenyak sementara Changbin mengemudi non stop. Semoga saja semalam Changbin tidak mengemudi dengan mata tertutup.
Keberuntungan sepertinya ada di pihak mereka hari ini. Bensin mobil tua Changbin mencapai garis batas penghabisan tepat ketika mereka sudah sampai ke pom bensin terdekat. Tempat itu adalah jenis pom bensin swalayan, ada sebuah minimarket di mana pembeli membayar bensin atau sekalian membeli makanan kecil.
"Mana dompet lo sini." Si gadis Son mengulurkan tangannya dengan gestur meminta.
"Hah? Buat apaan?" tanya Changbin.
"Bensinnya kan harus bayar." Chaeyoung menunjuk ke minimarket, lalu melanjutkan, "mau beli makanan juga. Laper."
Entahlah apa yang membuat Seo Changbin begitu percaya pada gadis ini. Ia merogoh saku celana jeans-nya, mengeluarkan sebuah dompet hitam lalu meletakkan benda itu di tangan Chaeyoung.
"Jangan banyak-banyak beli makannya. Uang gue gak banyak."
Senyum bahagia merekah di wajah Chaeyoung, gadis itu menyenandungkan kata terima kasih lalu membuka pintu mobil. Sementara Chaeyoung berlari menuju minimarket, Changbin sendiri ke luar untuk mengisi penuh tangki mobilnya.
Mobilnya sudah kenyang, urusannya sudah selesai, ia pun masuk kembali ke dalam, duduk di kursi pengemudi sambil memejamkan mata sejenak. Ia harap Chaeyoung kesulitan memilih varian biskuit atau berdebat dengan dirinya sendiri tentang susu pisang dan cokelat. Apa pun yang bisa menahannya cukup lama di dalam minimarket sana, supaya ia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk tidur.
Tetapi, sebuah gagasan muncul di kepala Changbin. Bagaimana kalau gadis itu kabur? Bisa saja kan, saat ini dompetnya ada di tangan Chaeyoung. Siapa tahu ini memang skema penipuan, dengan modus membuatnya cukup percaya untuk memperlakukannya seperti seorang teman, lalu setelah itu Chaeyoung akan pergi bersama uangnya.
Sebuah senyum geli hadir di bibir Changbin memikirkan teorinya sendiri. Bodoh, buat apa mencuri darinya. Kalau ia sekaya bangsawan mungkin hal itu masuk akal.
Sesungguhnya hubungannya dengan Son Chaeyoung saat ini murni berbasis pada kepercayaan. Siapa tahu pada detik ini Chaeyoung juga sedang memikirkan teori-teori bodoh sepertinya, mungkin mengira Changbin akan melesat pergi dan meninggalkannya di pom bensin sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRIVE ✓
Fiksi Penggemar❝In this long ride, shit happens all the time.❞ sonnenblum © 2018