Duabelas: Maaf

3.9K 310 28
                                    

○○○


Kongpob menatap nanar pada layar ponselnya. Kira-kira saat ini ia sudah lebih dari 5 kali melakukan panggilan pada Arthit, tapi sampai detik ini pria manis itu enggan mengangkatnya.
Dua hari lalu ia kembali dari Phuket. Memutuskan langsung bekerja, mengingat banyak daftar pekerjaan yang mesti ia selesaikan.

Arthit memang ahli dalam menaik turunkan perasaannya. Kongpob tentu ingat apa yang Arthit minta tempo hari. Hanya waktu kan? Kenapa sekarang Kongpob merasa Arthit seperti pergi lagi?
Nihil kabar dan tentu saja susah dihubungi. Waktu itu ia iseng menghubungi Khun Nam untuk menanyai kabar Arthit, namun wanita itu malah menggodanya habis-habisan. Segera ia akhiri panggilan itu, malas sekali berurusan dengan yang namanya wanita.

Ia menyandarkan tubuh pada kursi kebesarannya, menutup mata sejenak. Kadang jika sedang seperti ini, ia memilih bertemu Arthit lewat imajinasi nya sendiri.

Imajinasi Kongpob memang liar. Ciumannya dengan Arthit dipantai kemarin adalah hal pertama yang masuk kepikirannya. Lalu secepat kilat berganti dengan suara desahan dan ekspresi sensual Arthit saat berada dalam kuasanya.

Buru-buru Kongpob membuka mata. Kenapa harus itu yang ia imajinasikan?

Tok Tok

Kongpob tersentak. Susah payah ia netralkan aliran darahnya yang sempat memanas saat memikirkan hal yang iya iya tentang Arthit barusan.
Tim masuk dengan beberapa berkas ditangannya.

"Khun Kongpob, Laporan produksi bulan ini bisa kau cek sekarang."
Tim menyodorkan beberapa map dihadapan Kongpob.
Kongpob membacanya satu persatu.

"Kudengar mesin produksi nomor 7 mengalami masalah?"
Tanya Kongpob, Tim mengangguk. "Ya. Aliran listriknya bermasalah. Khun York sudah memanggil teknisi untuk memperbaikinya."

Kongpob mengangguk, mengambil pena dari sakunya dan membubuhkan beberapa tanda tangan diberkas-berkas itu.
"Kemarin aku mengecek kepabrik, bilang pada P'York untuk maksimalkan produksi sampai minggu ketiga bulan ini."
Ucap Kongpob menyerahkan kembali berkas-berkas itu pada Tim.

Tim mengangguk paham. Melirik pada bossnya yang sedang mengurut keningnya.
"Khun Kongpob baik-baik saja?"
Tanya Tim. Kongpob hanya menggumam.
Sebuah ide tiba-tiba melintas dibenak Tim.

"Anu, Khun Kongpob. Boleh aku bertanya sesuatu?"

Kongpob mengernyit, "Apa?"

"Khun Arthit dari perusahaan Shangcai, apa dia sudah punya pacar?"
Tanya Tim lengkap dengan seringainya.

Kongpob mendelik, "Ada urusan apa kau bertanya seperti itu?"
Tim rasanya ingin tertawa melihat bossnya mulai terpancing. Setidaknya kini ia tahu apa kelemahan boss menyebalkan nya ini.

"Dia manis dan namanya terdengar cantik. Kau tahu? Matahari."
Jawab Tim ditambah dengan ekspresi yang amat menjijikkan dimata Kongpob.

"Brengsek! Aku pacarnya! Aku!"
Hardik Kongpob lengkap dengan acara menggebrak meja segala.
Tim yang tidak bisa menahan tawa, akhirnya menyerah.
Bahkan perutnya sampai sakit. Ia merasa seperti diatas langit karena berhasil menekan tombol yang tepat untuk mengerjai Kongpob.

'Sesekali aku balas dendam'
Batin Tim meloncat kegirangan.

○○○


Arthit menghentikan sejenak pekerjaannya. Buru-buru ia rogoh ponselnya disaku. Ia menghela nafas lelah saat melihat siapa yang sedang menelpon nya saat ini.
Untuk sekarang ia belum punya nyali untuk menerima satupun panggilan dari Kongpob.
Hatinya masih dirundung rasa gamang.

Addicted [Sotus Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang