Horaayy, second chap have been published!!!
Maaf lama karena saya selalu ngetik pake hape,-_____-v dan ide cuma keluar secuil gini doang. Jadi mohon maaf kalau kelewat mengecewakan, aneh, kagak jelas, kagak layak dibaca, DE-EL-EL :')Part kali ini sedikit mengandung kata-kata vulgar, jadi yaa gitu deh. udah ah daripada saya kebanyakan ngebacot, mending langsung CHECK THIS OUT aja yaaaah pemirsaahh *wink
VOTE AND COMMENT PLEASEEE TT^TT
Author's POV
Emilly menghela napas menyadari keadaan itu telah mendominasi hampir seluruh penghuni sekolahnya. Perlahan, ia mulai menyesap soda di atas meja lalu memperhatikan wajah-wajah seisi kantin. Tidak ada satupun dari mereka yang tak membicarakan gadis malang yang ditemukan dalam keadaan tewas tadi pagi atau lebih tepat jika disebut sedang menggosipkannya. Membuat Emilly merasa kasihan sendiri.
Ia mengernyit. "Bukankah agak keterlaluan menceritakan orang yang sudah meninggal?" ucap Emilly hati-hati pada gadis yang tengah duduk menghadap dirinya. Mereka memilih di pojok.
Tak ada jawaban.
Segera, ia melirik ke arah Ellise. Temannya itu tampak melamun, seolah pikirannya sedang berada di tempat lain.
Pantas, gumam Emilly agak sebal mengetahui Ellise ternyata sama sekali tidak mendengar. Itulah penyebab mengapa ia tak digubris dan diabaikan.
Emilly memutar bola mata kesal, ia ingin membuat lamunan Ellise terbuyarkan tapi tak jadi. Biarin saja la, pikirnya disusul menghentikan gerak kedua bola mata itu. Lalu terpaku pada suatu hal.
Zack Everion. Lelaki itu yang mendadak tertangkap indera penglihatan Emilly. Rambutnya acak-acakan cokelat tua. Dia memiliki mata abu-abu yang indah menawan. Tubuhnya tinggi, tegap, mengenakan kemeja putih yang dipadu-padankan dengan dasi bersimpul asal-asalan serta celana hitam, dan yang tak pernah luput dari pandangan Emilly sepatu mengkilap ala 'bapak-bapak' kantoran itu.
Meski style Zack terlalu dewasa dan formal untuk ukuran anak SMA, tetapi itu cukup menarik perhatian Emilly. Ketika semua cowok-cowok sekolahan tengah heboh dengan gaya anak jamannya--topi dimiring-miringkan, kaos longgar, jeans ketat berlubang dan sepatu sport-- hanya Zack yang berbeda. Ia bisa menciptakan gayanya sendiri tanpa terbawa arus mode.
Emilly memandang cowok tampan jauh di seberang kiri sana dengan tatapan terpesona. Ia senyum-senyum tak jelas. Mengkhayalkan seandainya Zack adalah kekasihnya. Memang Emilly cukup famous dan tak kalah modis, tapi untuk mengambil hati seorang Zack yang terkenal sulit diajak bicara tidaklah mudah. Butuh kepiawaian dan banyak ide brilian. Sebab Zack bukan tipe cowok murahan. Itu juga lah yang menjadi salah satu alasan mengapa Emilly menaruh hati.
Terlihat beberapa gadis berpakaian modis sedang menggosipkan si siswi malang itu tepat di sebelah kiri meja Emilly dan Ellise berada. Diam-diam Emilly menyimak percakapan mereka. Yang satu mengatakan kalau dia bunuh diri karena cintanya ditolak oleh Harry Lucas. Yang lain berpikir kalau dia depresi karena perusahaan orangtuanya bangkrut sehingga kebutuhannya akan barang-barang ber-merk tak lagi dapat terpenuhi. Emilly tau siapa orang yang namanya mereka sebut-sebut. Yap. Siapa yang tak kenal Harry Lucas. Si prince of most wanted satu sekolahan. Populer, kaya, tampan menjadi modal baginya hingga dikejar-kejar para perempuan. Tapi sayangnya ia seenaknya saja suka mempermainkan perasaan orang. Tak sedikit korban 'cinta palsu'nya hingga saat ini, tepatnya, terlampau banyak. Bahkan lusinan siswi sampai pindah sekolah karena cowok brengsek itu, akibat tak sanggup menanggung malu atas penghinaan yang bertubi-tubi dilayangkan oleh fans fanatic Harry sendiri. Teramat menjijikkan, right?
KAMU SEDANG MEMBACA
Murderer
TerrorSatu demi satu pembunuhan sadis terjadi di Renoir Westshore High School. Demi menguak dalang dari semua ini, Emilly McMarry Jane rela melewati langkah berbahaya. Banyak yang memungkinkan sebagai si pelaku. Tapi apa jadinya jika nyawa orang tak bersa...