Play the music -
Hari ini adalah hari ulang tahun Merisa ia terbangun pukul 00.00 karena deringan ponselnya. Gadis itu mengucek matanya yang masih sayup, ia melihat nama yang tertera 'Renova' rupanya sang kapten basket menelponnya di tengah malam seperti ini.
Ia memutuskan untuk mengangkatnya saja,
"tolongin gue... " terdengar suara racauan dari seberang sana. Bukan itu yang Merisa harapkan, ia berharap.....
"Lo kenapa?" Merisa berusaha untuk tetap tenang.
"Depan rumah lo" sambungnya, masih dengan racauannya yang melekat.
Merisa yang penasaran dengan apa yang terjadi beranjak dari kasur queen sizenya dan berjalan menuju jendela kamarnya. Ia mengintip melalui hordennya dan melihat seorang cowok berada di depan pagarnya. Gadis itu tersadar kalau sambungan telponnya belum terputus.
"Tungguin gue" sahutnya, lalu memutuskan panggilannya secara sepihak. Gadis itu berlari kecil menuju gerbang rumahnya.
.
.
.
.
Di depan gerbang, ia menyaksikan pemandangan dimana Renova terluka cukup parah. Entah apa yang terjadi padanya.Merisa segera membangunkan satpam rumahnya yang ternyata tertidur. Ia meminta bantuan untuk membawa Renova masuk kedalam kamar tamu.
"Pak hati-hati bawanya" sahut Merisa saat satpan rumahnya membawa Renova masuk.
Dengan langkah bertempo cepat, merisa berjalan menuju kamar tamu untuk membantu Renova.
"Tunggu disitu" ia kemudian berlari untuk mengambil kotak p3k.
.
.
.
"Lo kenapa sih?" Merisa masih terus mengoleskan obat merah yang ada di kapas ke sudut bibir Renova yang masih mengeluarkan darah segar."Happy birthday" cowok itu mengulurkan tangan bermaksud untu memberikan ucapan kepada Merisa.
Merisa hanya mengerutkan kening menyaksikan hal itu.Ia tak menerima uluran tangan itu dan terus mengoleskan obatnya "btw, makasih. Lo orang pertama yang ngucapin gue." Merisa tersenyum, senyum yang berbeda. Lebih terlihat seperti senyum yang tulus, mungkin.
Merisa telah selesai mengobati luka Renova ia menoleh untuk melihat jam dinding. Ternyata sudah pukul 01.38 dini hari.
"gue pulang. Gak usah anter gue sampe pagar." Renova mengatakannya dengan nada datar namun disusul oleh senyuman dibibirnya. Tangannya terulur untuk mengacak rambut Merisa.
Merisa yang blushing segera membelakangi Renova dan membiarkannya pergi. Sebelum Renova pergi ia membisikkan sesuatu di telinga Merisa "lanjutin tidurnya, hari ini hari spesial buat lo" dan mungkin gue lanjutnya dalam hati. Setelah itu ia benar-benar sudah pergi.
Merisa menghentikan acara blushingnya dan segera melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
.
.
.
Matahari sudah menusuk kulit Merisa hingga ke tulang, hal itu memaksanya untuk bangun dari tidurnya yang sempat terganggu.Hari ini akan melakukan perawatan kulit untuk pestanya yang diadakan nanti malam. Ia sengaja untuk izin sekolah hari ini untuk kesempurnaan pestanya. Hal itu tentu tak masalah sebab, pemilik sekolah adalah kakek dari mamanya.
"Risaa kamu makan dulu nak, nanti keburu salonnya datang." Melinda melontarkan kata itu kepada gadis yang ada dihadapannya.
"Iya ma, Risa mandi dulu." Merisa mengatakannya sambil beranjak dari kasurnya, ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
Gadis itu memutar kran air yang ada di bath tub nya lalu menunggunya hingga penuh, saat airnya sudah penuh ia melemparkan bath bomb kedalamnya. Merisa lalu masuk kedalam sana dan mulai berendam
.
.
.
.
Gadis itu kini telah siap, ia mengenakan celana selutut dan baju kaos biasa. Ia segera turun ke lantai satu untu sarapan.Dengan derap langkah yang cenderung lambat, gadis itu menapaki tangga dengan kaki jenjangnya. Ia menatap kearah bawah. Ternyata ada abangnya yang rela datang dari Swiss untuk dirinya. Merisa baru saja ingin duduk di samping Malik, abangnya. Zayna, kakak iparnya langsung memeluknya.
"Kakak kangen banget sama kamu" ucapnya sambil mengelus kepala adik iparnya itu. Mereka membiarkan Merisa melepas rasa rindu kepada abang dan kakak iparnya terlebih dahulu.
.
.
.
Tepat setelah sarapan, pihak salon sudah datang ke rumah keluarga Navero.Melinda melangkahkan kaki untuk menyabut kedatangan pihak salon, ia memepersilahkannya untuk masuk ke dalam spa room
Tak lama setelah mereka masuk kedalam spa room, terdengar bunyi bell dari luar sana.
Kebetulan spa room terletak di lantai satu sehingga mereka bisa lebih mudah mengetahui siapa yang datang.
"Risaaaaaaaaa........ Apa kabar??" tanya Caroline (sepupunya) dalam bahasa prancis. Untung saja Merisa fasih dalam berbahasaPrancis.
Nenek yang berasal dari keluarga ayahnya adalah orang berdarah Prancis asli, tak heran jika ayahnya memiliki wajah yang blasteran. Berbeda dengan ibunya yang merupakan orang Indonesia asli.
"Baik aja kok" Merisa kemudian berlari menghampiri Caroline untuk memeluknya.
Selain Caroline, masih banyak keluarga lain yang datang. Merisa memiliki keluarga yang sangat ramah dan easy going ke semua orang.
.
.
.
Di sekolah kedua sahabat merisa sudah menanti-nanti waktu pulang sekolah. Mereka sudah tidak sabar untuk menghadiri pesta itu, yang tentunya akan banyak cogan yang datang. Lebih tepatnya, Rena yang menantinya."Ta, gue yakin nih yah keluarganya merisa tuh banyak cogannya." Areta yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas.
"Serah lo deh" tak lama setelah percakapan mereka, bell pulang sekolah pun terdengar.
Gini nih, maaf yah belum part partinya Merisa soalnya aku kepikiran buat bikin par ini dulu. InsyaAllah next part
Btw, kalau ada percakapan Merisa dengan keluarganya, kemungkinan ada tiga bahasa yaitu :
Bahasa Indonesia
Bahasa Prancis
Bahasa InggrisOk segitu dulu aja yah, byeee
Senin, 9 april 2018