"GOODBYE SMA !!!!"
Hiruk pikuk sekolah Pemuda sangat meriah. Terutama pada siswa kelas XII yang baru saja keluar secara serentak dari ruang ujian dengan perasaan meluap-luap. Banyak yang berlarian sambil memeluk sahabat-sahabat seperjuangan selama masa putih abu-abu dengan haru. Senyum kebahagiaan terpancar dari setiap orang karena berhasil menuntaskan pendidikan menggunakan seragam dari bawahan merah hingga abu-abu. Meski sering mendengar jika kehidupan sesungguhnya dimulai setelah lepas dari masa pelajar menuju mahasiswa, tak apa. Yang hanya dipikiran mereka saat ini hanya ingin meluapkan dan melampiaskan perjuangan yang tidak bisa disia-siakan ini.
Naomi pun ikut merasakannya. Bagaimana pun dia adalah seorang siswi yang menjadi salah satu pejuang seragam tersebut. Dengan seragam yang penuh warna-warni karya orang-orang yang ingin membumbuhi tanda tangan dan cat pilox diseragamnya Naomi larut dalam kebahagian, melepaskan sejenak beban pikiran yang beberapa jam lalu membuatnya hanya tidur 3 jam sebelum ujian terakhir berlangsung.
Dengan spidol berwarna biru ditangan kanannya, Naomi memberikan tanda tangan di bahu seragam milik Nat, dan begitu selesai memberi tanda tangan, Nat langsung memeluk erat tubuh Naomi.
"makasih udah jadi teman baik gue selama SMA Naomi. Makasih udah jadi guru sekaligus tempat contekkan gue selama ini"
Naomi tersenyum mendengarnya, dan dia membalas pelukan Nat tak kalah erat.
Chup
Secara tiba-tiba Nat mencuri ciuman dipipi Naomi ditengah keramaian manusia yang masih asik mewarnai seragam ditengah lapangan, membuat Naomi terdiam menatap Nat dari jarak cukup dekat.
"ciuman tanda sayang. Gue sayang sama lo, tapi sayang sebagai teman. Gu mau kita gak cuman teman sampai disini aja, gue mau kita tetap berteman sampai kapanpun" kata Nat.
Naomi tersenyum mendengarnya dan membalas ciuman yang diberikan Nat untuknya.
"sampai kapanpun, lo adalah teman gue yang satu-satunya gue miliki selama masa SMA. Jadi gak perlu ciuman segala, geli gue kalo lo yang nyium" canda Naomi.
Keduanya tertawa lepas sembari sesekali memberikan tanda tangan diseragam siswa siswi yang menyapa keduanya entah dari kelas mana saja, Nat dan Naomi larut dalam euforia tradisi yang menurut orang norak, kampungan, gak berguna dan segala lainnya. Tak perduli jika kemeriahan ini akan berlanjut dengan konvoi membelah jalanan hingga membuat kemacetan yang berimbas menerima caci maki dari pengendara lainnya yang mengutuk aksi yang entah sejak era kapan sudah menjadi seperti tradisi bagi kalangan anak SMA sesudah ujian Nasional. Mari sejenak lupakan cibiran itu, luapkan semua kebahagiaanmu bersama teman-teman dekatmu dengan melakukan hal gila karena mungkin hal itu takkan mungkin terulang di lain waktu. Mungkin kamu akan merindukan ingin menggulang moment bahagia itu meski hidupmu kini sudah sukses.
Terima kasih SMA. Terima kasih telah menjadi salah satu moment yang menyenangkan dan bersejarah dalam hidupku, batin Naomi tersenyum dalam hatinya.
***
Dengan baju yang telah penuh oleh warna dan tanda tangan, Veranda berhenti tepat didepan pintu unit apartementnya disiang hari. Veranda memilih tak mengikuti teman-teman sekolahnya yang sedang konvoi dijalan karena ingin ketempat yang penuh dengan kenangan baginya.
Dengan perlahan, Veranda menghembuskan nafas berat dan membuka pintu itu dengan tangan bergetar.
Cklek
Suasana terang karena masuknya sinar matahari, menyambut kedatangan Veranda untuk pertama kalinya semenjak nyaris 3 minggu tak menempati tempat ini.