4

196 13 0
                                    




Marsha hanya bisa terdiam melihat Anien, udah berdiri manis di samping mobil Ditto. Padahal hari ini dia sama Ditto mau nonton sepulang sekolah.

"Anien nebeng sampe depan jalan flamboyan doang Sha, motornya lagi mogok makanya aku tawarin ikut kita. Lagian searah kan." kata cowok itu santai, sambil membukakan pintu untuk Marsha.

Marsha hanya menatap Ditto datar, dan tanpa mengucap satu kata pun masuk ke dalam mobil. Ia hanya bisa menggigit bibir ketika melihat Ditto juga membukakan pintu belakang untuk si adik kelas.

Itu cewek ga punya tangan apa ya sampe harus nungguin Ditto bukain pintu buat dia.

Marsha jadi mangkel sendiri.

Padahal dulu dia merasa sangat spesial setiap Ditto memperlakukan ia seperti ini, tapi sepertinya sikap gentle Ditto ini berlaku buat semua cewek.

Di dalam mobil, Anien yang ternyata amat sangat bawel ini, mengajak Ditto mengobrol seputar turnamen. Seperti tidak pernah kehabisan obrolan.

Marsha udah kayak jadi nyamuk diantara mereka, padahal jelas-jelas pacarnya Ditto kan dia.

"Sayang kamu sakit? Kok diem?" tanya Ditto akhirnya. Cowok itu menyentuh dahi Marsha.

Marsha hanya menggeleng malas.

"Kak Marsha sakit?" tanya Anien ikut-ikutan, membuat Marsha geram.

"Enggak kok, itu jalan flamboyan udah di depan." tunjuknya, biar Aniendhita ini sadar dan secepatnya turun.

"Oh iya udah nyampe ya, ga kerasa."

Marsha memutar bola matanya jengah, habis ini dia bakalan jujur ke Ditto kalo ga suka sama si manajer ini.

Ditto menepikan mobilnya perlahan.

"Makasih banyak ya Kak Ditto, Kak Marsha. Have fun date!" ucap Anien melambaikan tangannya riang, yang hanya dibalas oleh Ditto.

Sedangkan Marsha hanya tersenyum datar.

Ketika mobil kembali berjalan, Marsha menoleh ke arah Ditto.

"Dari sekian banyak orang di sekolah kenapa dia harus nebeng kamu? Dia ga punya temen yang lain? Kelas sepuluh sama sebelas jaraknya lumayan lho. Kenapa dia malah ngehampirin kamu? Kenapa harus Ditto pacar aku?" tanya gadis itu posesif.

"Wow, santai Sha. Kamu kenapa sih? Ga biasanya gini?" Ditto balik bertanya, membuat Marsha tambah kesal.

"Karena biasanya kamu ga pernah nebengin cewek lain Ditto."

"Tadi aku ketemu dia pas otw parkiran Sha, ya udah aku refleks doang nawarin dia bareng, soalnya dia kayak kebingungan gitu."

Marsha mendengus kesal, "Oh udah bisa care sama cewek lain ya sekarang. Padahal yang pacar kamu kan aku."

"Kamu kenapa sih Sha marah-marah ga jelas gini. Iya kamu emang pacar aku, tapi kan kamu ga berhak ngatur-ngatur aku buat nolongin orang," balas Ditto ikut kesal.

"Nolongin hah." Marsha membalikkan tubuhnya ke arah jendela, "Jelas-jelas dia caper sama kamu."

"Marsha!" tegur Ditto keras, "Aku ga suka ya kamu kayak gini. Ya udah kita batalin aja nontonnya kalo kamu nyebelin kayak gini. Aku rasa ga bakalan enjoy juga nonton sama pacar yang posesif ."

Marsha tersentak.

Pacar posesif? Apakah sikap Marsha keterlaluan?

Dari awal mereka pacaran, Marsha selalu mengalah melihat Ditto dikelilingi banyak cewek kalo lagi tanding ataupun latihan. Marsha selalu sabar, tidak pernah menuntut lebih dari Ditto. Karena Marsha tau, Ditto tidak pernah macam-macam.

Tapi entah kenapa Marsha gerah melihat adik kelas yang satu ini. Apalagi sejak Ditto mengupload foto berdua dengan cewek itu.

"Ya udah, anter aku pulang."











*

[4] EVERYDAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang