12

197 18 0
                                    










Kali ini giliran Bima yang ngelamun saat rapat, dan susah fokus.

Membuat Aldo harus mengambil alih pimpinan rapat siang ini.

Lho harusnya kan Sony? Tapi mau gimana, tu bocah taunya iya-iya doang. Tanpa tahu harus ngapain.

Setelah rapat dibubarkan lebih cepat, Marsha mendekati Bima yang tampak lesu.

"Kenapa sih Bim? Kok ga fokus? Pensi udah deket lho." gadis itu mengingatkan dengan lembut.

"Kalo masalah hati emang berat sih Bim," celetuk Sony yang sibuk mengisi tinta printer.

"Jomblo ga usah sok ngajarin tentang hati deh." ucap Aldo kalem, lalu tertawa karena Sony melemparnya dengan pensil.

"Lagian gimana Bima mau ada problem sama hati, kan dia juga jomblo kayak elu Son." tambah Galuh terkekeh geli.

Marsha memelototi anak-anak Osis Inti ini, yang bukannya membantu malah memperkeruh suasana.

Tapi celetukan-celetukan teman-temannya itu mampu membuat Bima tersenyum kecil.

"Baru resmi jadi jomblo nih Son, nemenin kamu." komennya membuat seluruh orang yang ada diruangan terperangah kaget.

"Lah emang kamu punya pacar Bim?"


















*

















"Serius dia bilang gitu Bim? Gila kamu kurang apa sih sampe Karin nyari kenyamanan di orang lain?" Marsha geleng-geleng kepala heran.

Tadi Bima nawarin anter pulang, terus ngajain mampir McD buat makan siang.

"Manusia kan emang ga pernah puas Sha." kekeh Bima.

Ia menatap Marsha yang siang ini tampak cantik, emang selalu cantik sih.

Apa ini pertanda Bima buat move on?

"Kok kita bisa jomblo hampir barengan gini sih Bim? Hahaha goblok bener. Ngenes ya kita diputusin pacar yang menuntut kesempurnaan. Pengennya dimengerti, padahal ngertiin kita juga kagak." gerutu Marsha, membuat Bima kembali tertawa lepas.

"Mungkin petunjuk dari yang atas Sha?"

"Dih apaan sih geli bener," decih Marsha, ia melirik hapenya yang mendadak berbunyi.

"Hah? Adeknya Ditto ngapain nelpon aku?" tanyanya ke arah Bima, yang dibalas dengan kedikan bahu.

"Halo Nda, kenapa?"

Bima memalingkan wajahnya, padahal momentnya lagi bagus buat nyepik Marsha, pikirnya dalam hati.

"HAH? Ditto kecelakaan? Di rumah sakit mana? Iya mbak otw sekarang Nda," Marsha bangkit dengan cepat namun lengannya di tahan Bima.

"Aku anter Sha."

"Ga usah Bim, aku naik gojek aja biar cepet. Kalo naik mobil macet." jawab gadis, melepaskan tangan Bima. "Sorry Bim, aku duluan."

Detik itu saat Marsha melepaskan tangannya, detik itu juga Bima tahu ia tidak punya harapan.

Gadis pirang itu, masih mencintai Ditto.

















*

Double update hehehe

[4] EVERYDAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang