Setiap selesai makan siang, Tania tak melakukan apa yang dilakukan kebanyakan siswa di sekolahnya; mengobrol bersama teman hingga jam istirahat usai. Karena ya, satu-satunya teman Tania hanya Kanya -si gila gedget- yang kemungkinan hanya menjawab 'hmm', 'iya' atau 'you gila, ya?' sudah.
Ini hari sabtu, jadwal apel Tania ke perpustakaan sebelum esoknya libur sekolah. Kadang Kanya akan ikut jika di dalam kelas terlalu riuh, lalu melakukan live stream dalam perpustakaan, tepatnya dalam sebuah kubikel di bawah AC.
Sebuah pencitraan, begitu Tania pernah menyindirnya.
Tapi setelah sebuah cubitan yang meninggalkan bekas kebiruan, Kanya tak lagi membalas sindiran Tania. Dan Tania tak berminat melakukan hal yang sama seperti Kanya. Dua gadis itu hanya saling melempar senyum, lalu terkikik sebelum akhirnya seorang petugas perpustakaan datang dan memperingatkan keduanya untuk tetap menjaga ketenangan.
Saat itulah Tania melihat sosok 'Khalid Ibnu Al-Rashid' pada pria itu. Tak dipungkiri, hatinya dengan cepat terpatri. Tania yang biasanya sulit mengingat wajah seseorang, kini dengan mudahnya mengingat setiap garis-garis tegas yang membentuk wajah pria itu.
Senyum santun dilemparkan 'Khalid' pada Tania dan Kanya yang kemudian hening. Gawat, Tania mungkin akan terbayang-bayang senyuman itu.
"Mas, orang baru, ya?" tanya Kanya ceplas-ceplos saat Tania menyerahkan buku-buku yang akan dipinjam untuk didata terlebih dulu.
Pria itu mengulum bibirnya, "salam kenal, nama saya Elang."
Bahkan mungkin, nama, sesuatu yang dengan mudah terlupakan oleh otak Tania, kini mungkin bukanlah sebuah kemustahilan lagi untuknya menyimpan sebuah nama dalam memorinya.
"Nia?"
Hanya satu orang yang memanggilnya seperti itu.
Tania berbalik, dan mendapati Elang yang sedang bersandar pada rak, menatapnya dengan senyuman.
"Sendirian?" tanya Elang sambil celingukan.
Tania mengangguk, "Kanya di klinik."
"Sakit?"
"Enggak. Cuma numpang tidur."
Elang mengangguk-anggukan kepalanya sambil mengelus dagu berbulu tipis itu. "Pinjem itu lagi?" tanya Elang begitu sadar dengan apa yang dibawa Tania.
The Wrath And The Dawn, satu buku yang penuh dengan nama Tania pada kartu peminjamnya. Tania menggaruk tengkuknya, "iya, Mas."
Tangan Elang menengadah dan dengan segera Tania menyerahkan buku itu pada Elang untuk didata, lalu keduanya berjalan menuju meja Elang di sebelah kiri pintu masuk. Selagi Elang sibuk menulis data Tania di kartu peminjam, Tania berdiri mematung di seberang meja Elang, dan tentu saja, diam mengawasi Elang yang sedang bekerja.
"Kamu tuh suka banget ya sama buku ini?"
Senyum Tania memudar. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengenyahkan sosok Khalid dalam pikirannya. "Suka. Banget,” lalu tersenyum lebar.
Pria itu sudah selesai menuliskan data Tania di buku peminjam, lalu mendorong buku itu ke hadapan Tania untuk ditandatangani. "Mungkin kapan-kapan Mas bakalan coba baca," ucap Elang dengan senyum manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosplay Couple
Teen FictionTania, si pecinta buku yang menderita Prosopagnosia, atau buta wajah, terpaksa menuruti syarat dari laki-laki jutek yang menahan STNK-nya, Taka, untuk menjadi partner cosplaynya selama empat event. Empat?! Tunggu- padahal Tania kan nggak suka dengan...