17 - Payung Rindu

408 81 8
                                    

/the rain falling reminds me of you, because it is falling hard and i am too/
💠💠💠

Classmeet hari ketiga.

"Sher, ayo ke aula! Lomba karaoke udah mau mulai!" Ivana datang ke bangku Sheryl dan merusuhinya yang tengah sibuk melahap sarapan berupa roti kemasan.

"Emang sekarang jam berapa? Kok udah mulai aja?"

"Sepuluh menit lagi dimulai. Kelas kita dapet urutan awal," ucap Ivana terburu-buru.

"Ya elah, masih lama! Emang siapa yang gantiin Wenda sama Bayu?" tanya Sheryl di sela kunyahannya.

"Leon,"

Seketika Sheryl berhenti mengunyah mendengar jawaban Ivana. "Siapa?"

"Chaleon Pradipta, sayangkuuu!" ulang Ivana tak sabar. "Udah, ayo buruan!"

"Nggak deh, Iv. Gue di kelas aja," tolak Sheryl pelan.

"Nggak ada penolakan!" Ivana menarik paksa lengan Sheryl hingga gadis itu bangkit dari duduknya. Tak mau kalah, Sheryl melepaskan diri dan kembali duduk di bangkunya. "Zoya, Yosi! Bantuin gue!"

Zoya dan Yosi yang sedari tadi sibuk bergosip di bangku mereka, bergegas menghampiri Ivana yang memanggilnya.

"Apaan?" jawab Yosi malas-malasan.

"Bantuin gue nyeret ini bocah ke aula, oke?" pinta Ivana.

"Ogah," Yosi menggulirkan kedua bola matanya. "Gue perhatiin lo berdua jadi makin deket. Jangan lupa temen lama aja sih, Iv," lanjutnya disertai kekehan hambar.

Mendengar itu, Ivana perlahan menghentikan aksinya menarik Sheryl. "Maksud lo apaan deh, Yos?"

"Nggak Yosi doang yang mikir gitu, Iv. Gue sama Wenda juga. Kemarin, kita pada sibuk ngurusin Wenda yang cidera dan lo berdua malah enak-enakan ngegosip di kantin. Harusnya kita yang tanya. Maksudnya apa?"

"Lo kenapa, sih? Kita semua temen, Yos, Zoy. Gue sama sekali nggak pernah ngebedain mana temen baru mana temen lama. Gue seneng temenan sama kalian, gue juga seneng temenan sama Sheryl. Gue kira sejak kita satu tim di lomba kemarin, kita bisa jadi lebih deket,"

"Tapi nyatanya, lo jadi lebih deket ke Sheryl daripada ke kita. Seolah-olah, lo lupa sama kita semenjak lo deket sama dia," timpal Zoya, tanpa ekspresi.

"Kita aja sampai mohon-mohon setengah mati buat lo cerita tentang Sakha. Tapi Sheryl? Gue tahu kok, lo udah cerita ke dia. Semuanya, tanpa dipaksa," sambung Yosi.

"Astaga! Gue nggak ngerti sama lo berdua. Apa harus gue terus-terusan ngumpul bareng kalian dan jaga jarak sama anak-anak lain? Apa pernah gue ngelarang kalian buat berbaur sama yang lain?" tanya Ivana yang mulai frustasi.

"Sorry ganggu debat kalian. Gue keluar dulu, silakan dilanjut deh," potong Sheryl. Ia tersenyum sekilas sebelum beranjak dari bangkunya untuk keluar kelas.

"Gue cuman nggak suka kita temenan sama cewek songong kayak dia,"

Sheryl sempat mendengar kalimat pedas yang dilontarkan Yosi tepat sebelum dirinya melangkah keluar kelas. Ia berbalik sebentar demi menjawab kalimat itu. "Makasih pujiannya, Yosi,"

Lalu Sheryl benar-benar keluar dari kelas, menulikan telinga dari suara Ivana yang terus memanggil namanya. Perasaannya benar-benar campur aduk. Ia sudah kehilangan mood selama beberapa hari ini, dan sekarang ia tidak tahu harus bagaimana. Ternyata dari empat sahabat itu, hanya Ivana yang dengan tulus ingin berteman dengannya. Harusnya ia tak sebahagia itu saat Ivana mengajaknya bergabung dengan mereka.

Pandora✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang