Perjalanan cinta seorang pilot dan seorang editor itu telah berjalan hampir 3 tahun. Sudah jelas mereka lebih banyak melewati waktu dengan berhubungan jarak jauh dibanding bertatap muka. Hyungseob juga mulai terbiasa menunggu Woojin bertugas selama bermingu-minggu bahkan berbulan-bulan, pria manis itu sudah tidak mengeluh tentang profesinya. Hanya saja dia masih mengeluh tentang perasaan rindu yang membuncah kala Woojin jauh darinya.
Seperti sekarang, Hyungseob bersungut sebal di arrival gate bandara karena Woojin belum kunjung datang. Padahal pria itu mengatakan akan tiba pada jam 9 malam, tapi setelah jam menunjukkan pukul sebelaspun dia belum terlihat.
"Kenapa Woojin hyung belum muncul juga? Apa terjadi sesuatu dengan pesawatnya??" Hyungseob tidak bisa berdiam di tempatnya, kakinya melangkah mondar-mandir membuat seseorang yang menemaninya menatap maklum.
"Tuan Woojin pasti baik-baik saja, ia akan segera tiba." Ujarnya menenangkan. Dia paman Kim, supir pribadi yang dipekerjakan Woojin untuk Hyungseob hingga sekarang.
"Ish, Paman sudah bilang begitu sejak 2 jam yang lalu." Kelinci manis itu semakin memanyunkan bibirnya. Maniknya menatap risau pada jalur arrival gate.
Cukup lama Hyungseob harus menunggu, sampai akhirnya barisan para penumpang pesawat di arrival gate berganti dengan barisan staff maskapai. Dan dia melihat Woojin, berjalan paling depan bersama temannya dengan seragam pilot. Ditangannya menarik koper besar berwarna abu-abu, koper yang Hyungseob hadiahkan untuk ulang tahunnya tahun lalu.
"HYUUUNNGG~" pria mungil itu melompat kecil sambil melambaikan tangannya pada Woojin, berharap pilot itu melihatnya.
Dan Woojin memang melihatnya, ia terkekeh kecil melihat si mungil yang sangat dirindukannya.
"Astaga, aku sangat iri padamu." Suara di sampingnya membuat Woojin menoleh sejenak.
"Untuk apa iri? Kau juga berpacaran dengan kapten Ong, kan?" Ucap Woojin disela tawanya.
Kang Daniel, yang kali ini bertugas sebagai co-pilot itu mengangguk, "tetap saja aku ingin ada orang yang menyambutku saat tiba di bandara."
"Hey, itu salahmu yang membuatnya hingga hamil besar saat ini. Dia butuh istirahat, dan sebaiknya kau segera menikahinya sebelum anak kalian lahir. Sudah ya, aku memisahkan diri dari kalian." Woojin menepuk Daniel sekilas dan menghampiri kelinci manisnya.
Hyungseob segera menubrukkan tubuhnya pada dada bidang Woojin, ia memeluknya erat dan menghirup aroma maskulin khas pria itu. "Aku merindukanmu, hyung."
Tangan besar itu mengelus surai kekasihnya, hidungnya menghirup aroma raspberi yang tidak pernah lepas dari si mungil. "Aku juga, sayang... selalu.."
Kepala si mungil mendongak dari pelukannya untuk menatap yang lebih tua, "kenapa baru sampai? Hyung bilang tiba jam 9." Bibirnya kembali merungut lucu.
Woojin tersenyum sebentar dan mengecup bibir pink cherry itu setelah sekian lama, "maaf, cuaca di Polandia tidak terlalu bagus hingga pemberangkatan harus ditunda."
"Ya sudah, kalau begitu sebagai hukumannya hyung harus menginap di apartementku." Ucap Hyungseob mempererat pelukannya
"Dengan senang hati, sweetheart."
Pria paruh baya yang memperhatikan keduanya berdeham pelan, berharap kedua orang itu bisa mengerti ada orang lain di antara mereka. "Selamat malam, Tuan." Sapa Paman Kim sambil membungkuk.
Woojin melepaskan pelukannya dan berganti dengan merangkul pinggang ramping milik kekasihnya. "Malam juga, Paman, maaf sudah merepotkanmu tengah malam begini."
"Tidak apa, Tuan. Ini sudah bagian dari tugasku. Jadi, ingin kuantar ke apartement tuan dulu?"
Pria yang kini sudah berusia 30 tahun itu menggeleng, "langsung ke apartement Hyungseob saja."
✈✈✈
Hyungseob menyodorkan segelas air putih pada Woojin yang terduduk di tepi tempat tidurnya, "hyung lelah?"
Bukannya mengambil gelas pada tangan Hyungseob, Woojin malah meraih pinggang pria itu dan membawa kepangkuannya. "Lelahku hilang saat melihatmu, bunny." Kini tangannya memegang gelas yang dibawa Hyungseob.
"Hyung tidak mau kupijit?" Tanyanya, manik bulat kelinci itu memperhatikan jakun milik Woojin yang bergerak karena menelan air.
Woojin meletakkan gelasnya pada nakas, dan mempererat pegangannya pada pinggang si mungil, "Tidak perlu, sayang. Sebaiknya kau sekarang tidur, kau pasti sama lelahnya menungguku di bandara selama 2 jam."
Hyungseob berkedip beberapa kali sebelum mendekatkan bibirnya untuk menghisap sisa air pada sudut bibir Woojin, ia menempelkan bibir mereka selama beberapa detik. "Aku akan tidur setelah hyung mandi, kita tidur bersama."
Ah, benar. Hyungseobnya sekarang sudah berusia 27 tahun, dia tahu persis cara melemahkan saraf Woojin. Hanya saja terkadang otak polos pria itu suka kambuh, bagaimanapun juga dia tetap menggemaskan diusianya yang sudah terbilang dewasa.
"Bagaimana kalau kita juga mandi bersama?" Sebelah mata Woojin mengerlip nakal pada si mungil.
"Tidak mau! Nanti hyung pamer otot-otot hyung lagi," Lihat? Pria ini benar-benar menggemaskan dengan sifat polosnya itu.
Woojin tertawa pelan, "padahal bukan itu maksudku," jarinya mencubit gemas pipi submisifnya.
"Lalu apa?" Matanya menatap Woojin dengan polos.
Bibir Woojin bergerak mendekati telinga Hyungseob dan berbisik pelan, "tubuhmu sexy, bunny."
"Ish, hyung! Sudah sana mandi!!." Hyungseob segera turun dari pangkuannya dan mendorong Woojin yang terkikik geli ke kamar mandi. Wajah si mungil memerah padam kala bayangan keduanya bercumbu di kamar mandi terulang di pikirannya.
✈✈✈
Pagi ini langit terlihat mendung, berbanding terbalik dengan suasana hati Woojin yang baru saja terbangun dari tidurnya. Sesaat setelah membuka mata, ia merasakan ada benda hangat yang menyentuh bibirnya. Tentu saja itu bibir Hyungseob.
"Selamat pagi, hyung." Sapa Hyungseob dengan wajah bangun tidurnya yang menggemaskan.
Woojin tersenyum tipis dan menggerakkan tangannya untuk mengelus surai hitam kekasihnya, "Kau menungguku terbangun, sayang?"
Sebuah anggukan Woojin dapati sebagai jawabannya. "Aku ingin menjadi objek pertama yang hyung lihat saat membuka mata." Hyungseob tersenyum simpul di akhir kalimatnya.
"Kata-kata manis yang kudapat dari kekasihku yang manis." Ucap Woojin disertai mengecup bibir Hyungseob. "Tidak bersiap ke kantor?"
"Nanti saja, aku masih ingin bersama hyung," ucapnya dengan sedikit merengek.
"Kalau begitu kemarilah, aku belum puas mencium bibirmu." Woojin semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Hyungseob dan meraup bibir pria itu. Setelah dua bulan berpisah, akhirnya dia bisa merasakan rasa saliva milik kekasihnya lagi.
ㅌㅂㅊ
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Mr. Airplane; JinSeob
Teen Fiction[WATTYS 2019] Park Woojin × Ahn Hyungseob Sequel dari Blind Date ✈Bxb ✈bahasa baku ✈rated T-M [24-04-2019] #1 in Wanna1 Start from 09.04.2018 to 14.06.2019 ========== Kebijakan pembaca di tangan sendiri. Baca work Blind Date dulu say. ⚠Tidak suka pe...