BAB 3

344 49 0
                                    

Mata berwarna coklat tua itu masih membayangi Chanyeol. Dengan tidak terduga bahkan sampai pada mimpinya.

Hanya mata. Bukan wajah. Karena Chanyeol bahkan tidak ingat sama sekali wajah si pemilik mata indah itu. Malam itu benar-benar gelap dan tidak ada yang bisa di lihatnya dengan jelas. Tapi mata itu sungguh menarik perhatian Chanyeol. Ia ingin melihatnya lagi.

Pria itu tersentak, lamunannya berhenti ketika ia mendengar teko listrik di dekat lemari pendingin berbunyi. Air yang ia panaskan tadi sudah mencapai titik didih dan siap digunakan untuk menyeduh kopinya.

Chanyeol bangkit, menyusun coffe dripper diatas cangkir kemudian memasukkan bubuk kopi yang sebelumnya sudah ia haluskan menggunakan coffe grinder dan di simpan dalam stoples beberapa hari lalu, ke dalam cangkirnya.

Perlahan, dengan gerakan memutar, Chanyeol menuangkan air panas sedikit demi sedikit ke atas bubuk kopinya.

Drip coffe.

Adalah metode brewing yang Chanyeol gunakan. Metode ini cukup mudah untuk diaplikasikan dan salah satu metode brewer favorit Chanyeol. Banyak kedai kopi yang menyajikan minuman hitam pekat itu dengan metode drip coffe, salah satunya kedai kopi vietnam yang belakangan sedang marak dan menjadi trend di kalangan anak muda.

Tanpa gula, memang akan selalu jadi pilihan Chanyeol.

Pria itu menyesap perlahan, menikmati teguk demi teguh kopi pahitnya. Sungguh, suasana pagi yang tenang dengan secangkir kopi seperti ini sangat Chanyeol sukai. Membuatnya seolah kembali ke saat-saat dimana ia hanya bisa mencuri pandang pada cangkir ayahnya.

☕☕☕

Bukan mobil mewah, tapi bus adalah transportasi yang Chanyeol gunakan untuk pergi ke tempatnya bekerja.

Hanya membeli sebuah mobil bukanlah hal yang sulit bagi Chanyeol. Tabungannya bisa dibilang sangat cukup sekalipun ia ingin membeli mobil mewah. Tapi pria itu membenci konsep duduk di dalam mobil seorang diri. Lagipula jika menaiki bus, ia hanya perlu duduk diam sambil melakukan banyak hal. Mendengarkan musik, misalnya.

Pria itu memasukkan kembali ponsel serta earphonenya ke dalam tas setelah ia melihat halte tujuannya sudah di depan mata. Chanyeol turun dari bus dan berjalan ke sebuah gedung yang tidak terlalu tinggi di seberang halte.

Saat sampai, ia bertemu resepsionis dan di minta menunjukkan kartu identitas yang sebelumnya Sehun berikan untuk akses masuk. Kemudian Chanyeol dibawa naik ke lantai 4, tempat dimana Mr. Richard, atasan barunya menunggu.

Senyum hangat pria keturunan Perancis itu menyapa Chanyeol. Richard menunjukkan antusiasme dengan menjabat tangan dan mengajaknya berkeliling sebelum mulai bekerja.

Pria bertubuh tegap itu sangat senang ketika tahu Chanyeol akan bergabung dengan proyeknya. Bahkan meminta secara langsung pada Sehun untuk membujuk Chanyeol agar setuju. Karena seperti yang semua orang sudah tahu, Chanyeol tidak menerima sembarang pekerjaan meskipun ditawari bayaran yang tinggi. Karena bayaran tinggi bukanlah fokus utamanya. Pria itu hanya ingin bekerja sesuai dengan kemauan hatinya.

"Bukankah anda sudah menunjukkan semua bagian gedung ini, tuan?" tanya Chanyeol setelah Richard mengajaknya berkeliling selama lebih dari satu jam, tapi belum juga berhenti.

Richard tersenyum, "Belum semuanya. Masih ada satu tempat."

Chanyeol mengikuti langkah Richard yang terus berjalan lurus melewati lorong di lantai satu kemudian berbelok ke arah kanan.

COFFEE FRAGRANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang