○○○
"P'Arthit, maafkan aku."
Arthit diam mendengarkan penuturan maaf itu. Ia tak sengaja bertemu dengan Kaofang saat kembali dari membeli makanan untuk Kongpob.
Arthit ambil kesimpulan jika Kaofang baru saja menjenguk Kongpob dan memutuskan mengajaknya bicara. Sejujurnya Arthit saat ini sangat mengantuk karena ia sama sekali belum sempat tidur. Tapi jika Kaofang mengajaknya bicara, maka dengan senang hati Arthit akan mendengarkan."Maaf karena sudah bersikap egois padamu dan P'Kongpob."
Lanjutnya setelah melihat respon Arthit.
Arthit tersenyum, merasa iba karena Kaofang sudah diambang batas mau menangis.
"Tidak perlu nong. Kita lupakan saja apa yang terjadi dimasa lalu."Kaofang menegakkan kepalanya, menatap wajah lelah Arthit. "P'Kongpob... dia sangat membutuhkanmu. Kumohon jangan meninggalkannya lagi."
Balas Kaofang. Arthit terkekeh, ia senang karena bisa berdamai dengan Kaofang.Arthit mengangguk, "Hm. Terimakasih sudah menjaga Kongpob selama ini."
Bibir Kaofang bergetar. Jebol sudah air mata yang mati-matian ia tahan. Hanya Arthit yang mampu membahagiakan Kongpob. Ia sudah gagal dan sekeras apapun ia berusaha, fakta itu tidak akan berubah.
"Kumohon bahagiakan P'Kongpob."
Kaofang menunduk dalam. Mangatupkan kedua tangannya. Hanya ini yang bisa ia lakukan, menyerahkan semuanya pada Arthit.
○○○
Kongpob tersenyum lebar saat Arthit memasuki kamar rawatnya. Ia kira Arthit pergi lagi atau parahnya menghilang seperti dulu. Demi apapun, Kongpob bahkan kali ini berani memborgol Arthit jika pemuda manis itu tiba-tiba menghilang lagi.
Ia sama sekali belum puas memeluk Arthit. Jika ia tidak sakit, positif ia akan mengajak Arthit bermain dikamar sekarang juga.Sebenarnya ia tak menyangka Arthit rela terbang ke Bangkok untuk melihatnya. Padahal saat itu Kongpob mana berani berharap seperti itu. Mengangkat telepon saja Arthit tidak mau. Tidak, bahkan Arthit memblock nomornya. Tega sekali bukan?
Tapi sekarang ia bisa bernafas lega. Semua sudah selesai, walau masih canggung, ia tahu Arthit sudah menerimanya kembali."Mau makan sekarang?"
Arthit mengeluarkan beberapa bungkus roti. Berhubung Kongpob masih dalam tahap pemulihan, ia tidak boleh sembarangan makan.
Sebenarnya Arthit bingung mau membeli makanan apa, Kongpob itu hobi sekali makan telur omelet. Tapi Kongpob itu baru saja menjalani operasi, jadilah ia beli roti saja.Arthit mengambil tempat disisi ranjang, duduk berhadapan dengan Kongpob. Uh, mungkin karena efek sudah lama tidak bertemu, Arthit merasa canggung sekali.
"Mau selai cokelat atau strawberry?"
Tanya Arthit, tangannya dengan telaten membuka satu persatu selai yang baru saja ia beli itu.Kongpob hanya tersenyum melihatnya. Memperhatikan wajah Arthit sedekat ini bahkan bisa membuatnya kenyang. Sungguh, ia tidak tahan.
Masa bodo dibilang tidak sopan atau apa, Kongpob dengan berani mencuri satu ciuman dibibir Arthit."Sial!"
Sudah berapa lama ia tidak melihat Arthit merona? Entahlah, rasanya lama sekali. Kongpob dihantam rindu yang terus berkelanjutan. Dan melihat Arthit seperti ini rasanya ia mau menangis saja.
"Selai cokelat saja."
Arthit mengangguk, segera ia oleskan selai cokelat diatas roti.
Kongpob yang kebetulan baru bisa makan pasca operasi, buru-buru menyantap roti buatan Arthit. Benar kata pepatah, rasanya berlipat kali lebih enak jika orang terkasih yang membuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted [Sotus Fanfiction]
FanfictionKehadiran orang ketiga membuat Arthit dan Kongpob sama-sama 'goyah'. Teman masa kecil Arthit datang dan membawa segudang obsesi padanya. Begitupula Kongpob, ia menemukan ada seseorang yang mencintainya sedemikian rupa, tapi itu bukanlah Arthit. Kon...