Sekolah

27 4 6
                                    

"Heyy Adina cepat dong, aku bisa telat ni" Teriak adikku dari bawah.

Aku yang sedang bercermin pun langsung mengambil tas turun tanpa melihat penampilanku lagi. Bodo amat.
Aku tidak mau membuat Rania marah.

Terdengar dibawah Rania masih berbicara dengan teriak, tapi bukan kepadaku lagi, melainkan ibuku. Itu karena ibu pasti membelaku. Rania membuat beribu alasan kalau ia pasti telat. Padahal ini baru jam 6:30.
Tentu saja dia tidak akan telat, karena diperjalanan kami membutuhkan waktu 20 menit.
Tapi biarkan sajalah, mungkin itu yang ia suka.

"Adin, Ibu sudah menyiapkan kotak makanan mu" Kata Ibu dengan lembut, Seraya memasukkannya dalam tasku.

"Kamu lama banget sih." teriak Rania

"Rania, jangan teriak pada kakakmu lagi." kali ini Ayah membelaku.

"Dasar idiot" ucap rania pelan sambil melihat ke arahku.
Lalu pergi ke luar.

"Yasudah, Ibu. Adin berangkat dulu ya, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam Nak, hati hati dijalan". Jawab ibu

--

Diperjalanan aku tak berbicara apapun pada Rania. Lebih tepatnya dia. Kami memang jarang sekali berbicara kecuali jika hal itu benar penting, seperti tadi. Aku tidak tau, tapi dia benar benar tak bersahabat jika dengan ku. Ketika dimobil pun dia lebih memilih duduk didepan, daripada menemani ku duduk dibelakang.

...

Setiba disekolah, aku langsung disambut dengan ramah orang pak satpam, namanya Pak Anto. Dia orangnya sangat baik.

Sudah tak lama aku melihatnya, hampir 2 mingguan. Itu karena liburan kenaikan kelas, seperti saat ini aku akan kelas 11.

Setiba di lobi, ternyata sudah banyak siswa siswi yang datang, tapi ada apa disana? Kenapa didepan mading sangat ramai? Bahkan terlihat siwa siswi lasing senggol untuk bisa menguasai mading.

"Dewi, ada apa itu? Kok ramai sekali disana?" tanyaku kepada Dewi, teman sekelasku.

"Lihat aja sana, pake nanya lagi" jawabnya Judes, seraya melangkah pergi meninggalkanku.

'Ada apa dengan Dewi, tidak biasanya begitu'.

Lalu akupun berjalan kearah mading.

"Ehh.. Adina! Lo mau kemana?" Tanya Santi, teman sekelasku dengan wajah dan suaranya yang centil.

"Pastilah, dia mau lihat kelas barunya". Rika menimpali.

Lalu mereka tertawa mengejek.
Aku sungguh tak tahu maksud mereka, tapi biar saja.
Aku pun meneruskan berjalan tanpa menghiraukan mereka lagi.

"Set*n, kenapa pake di rolling segala sih." bentak seorang siswa dengan wajah frustasi pada temannya.

"Kenapa jadi nyalahin gue, Ndo. Kan bukan gue yang rolling." Jawab siswa yang dibentak tadi membela diri.

"Adina" panggil Rohit temanku dari belakang.

"Aaa.. Rohit, kenapa harus teriak sih". Kataku kaget karena rohit teriak sambil membalikkan badanku ke arahnya.

"Lasingan kamu dipanggil, malah melamun sih". Sekarang wajah Rohit cemberut. Ahh dia seperti anak kecil saja.
Aku melamun?? Mungkin karena cowok yang kuperhatikan tadi, entah kenapa dia sungguh sebal.

"Iya, maaf Rohit cantik" kataku terpaksa agar Rohit tersenyum.
Benar saja dia langsung tersenyum.

"Kelas sekarang di rolling, kita dapatnya kelas 11 MIA 4". Jelas Rohit padaku.

"Yang benar saja". Ucapku tak percaya.
Tapi jujur saja, aku senang. Karena tidak akan bersama teman teman yang suka membully ku itu.

"Yasudah, ayo.. Cepat." ucap Rohit dengan menarik tanganku agar ikut bersamanya.

....

*Di Kelas*

"Kita duduk didekat kipas itu saja." Ucap Rohit seraya langsung duduk di bangku pilihannya.

"Ohh.. Iya, aku keluar dulu ya, mau nyamperin Dewi, dia beda kelas dengan kita." jelas Rohit yang hanya ku balas dengan anggukan.

Ow.. Ternyata Dewi beda kelas, pantas saja dia cemberut sekali tadi.
.....

Aku bosan sekali dikelas, sudah 20 menit guru belum juga datang, tanpa adanya teman berbicara.
Anak anak lain sedang asik mengobrol atau berkenalan dengan teman barunya, tapi tidak denganku. Kurasa mereka tidak tertarik padaku.

Perhatianku teralihkan pada segerombolan siswa yang datang memasuki kelas. Tidak, bukan aku saja, tapi semua isi kelas sekarang fokus pada gerombolan itu.
Mereka duduk dibangku pojok paling belakang. Mereka tertawa bersama tanpa menghiraukan pandangan seisi kelas. Seorang dari mereka dengan badan gemuk mulai berteriak. "AYO.. KITA MULAI PESTANYA" disambut sorak meriah oleh teman temanya.

Tunggu, itu kan cowok yang diomel oleh temannya di dekat mading.

Aku melihat temannya yang lain. Benar, itu cowok yang mengomel.
"Ayoo, cepat keluarkan Aldo, kita mulai pestanya" sahut cowok yang sedang dipijat oleh 2 orang lainnya.

Oowh..ternyata namanya Aldo. Batinku

Dengan cepat Aldo memberikan sebungkus rokok pada cowok itu.

APA ROKOK? bukankah dilarang merokok disekolah.

Lalu Aldo mulai akan menyalakan rokok yang sudah berada di ujung bibir cowok tadi. yang lainnya mengikuti, mereka mulai mengambil rokok dan menghisapnya.

Tidak mungkin. Mereka tidak boleh merokok dikelas.
Tapi mana mungkin aku melarang mereka.
Tapi, kurasa semua siswa disini tidak berani melarang, buktinya mereka hanya diam dan menonton.

Huuuftt.. Aku tidak kuat melihat orang merokok dan bertingkah seperti ini. Mereka nakal. Tidak menaati peraturan.

Entah dari mana, aku merasa tidak bisa mengendalikan diri. Aku ingin melarang mereka.

"Hey.. Matikan rokokmu. Jangan merokok dikelas".

Aku terdiam. Selamat. Akhirnya ada yang berani melarang mereka.

Dia masuk kelas dan berjalan menuju gerombolan tersebut.

"Ehh.. Lo ya. Ternyata kita sekelas lagiً" . Ucap Cowok nakal yang dipijat tadi.

Kurasa ialah ketua genk mereka.

"Dilarang merokok dikelas". Ucap cowok itu datar

"Kalo gue gak mau?" balas ketua gank itu meremehkan dengan tatapan mengejek.

Dengan gerakan cepat, cowok pahlawan tadi mengambil rokok yang berada dimulut semua cowok nakal itu. Satu per satu ia ambil dan menginjak rokok tersebut.

Semua melonggo, bukan hanya kami penonton, bahkan genk nakal itu, mereka diam membisu.

'Guru datang' teriak salah seorang siswi, dengan gerakan spontan murid yang lainnya duduk manis ditempat masing masing.

Kecuali cowok pahlawan dan ketua genk itu..
Mereka masih saling bertatapan

Tbc..

HAI IDIOT? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang