Prolog

4.1K 177 1
                                    

Dia perempuan,  berada di ruangan gelap berpijak pada yang tak tahu apa, bukan tanah bukan juga batu, bukan beton ataupun lantai keramik. Hanya hitam dan hitam, kecemasan terlihat di bola matanya sibuk celingak-celinguk kanan kiri depan belakang tapi yang ditemui hanya hitam tak ada cahaya yang bisa  dituju.  Dia kebingungan sebenarnya dimana? Dan apa ini? Dari arah depan berdiri ia mencoba berjalan lurus terus dan terus hingga kemudian melihat dua orang tengah duduk di kursi dalam keadaan terikat kuat, disamping mereka masing-masing ada satu orang pria berbadan kekar, mirip algojo!

Perempuan itu memandang terus, serasa kenal dengan dua orang itu. Mendekat mendekat dan.....  Oh tidak!  Bagaimana mungkin itu orang tuanya!!! Ia berusaha menjangkau dan mendekati mereka namun terlambat, masing-masing algojo di samping mereka melakukan tugasnya, satu menembak kepala ayah dengan pistol dan yang satu lagi menikam jantung ibu dengan pisau.

Hancur dan mendadak darahnya hilang entah kemana melihat harta yang satu-satunya ia miliki tewas bercucur darah dalam keadaan duduk yang terikat dan kepala tertunduk, tak bernyawa lagi. Berurai air mata perempuan itu berlari mendekati setidaknya masih bisa memeluk dua raga itu untuk terakhir kali, namun aneh. Semakin dikejar malah semakin menjauh hingga tungkainya lelah dan berlutut, pemandangan yang ia lihat terakhir adalah bayangan orangtua nya lenyap tak tahu kemana.

Tenggorokan perempuan itu bergetar berteriak sekencang-kencangnya dengan mata mengeluarkan air yang tak henti-hentinya.

"IBU!!!!!!!!" Membuka mata dengan cepat, terkejut. Hal yang dilihatnya pertama adalah loteng putih yang sudah berwarna kekuningan dimakan waktu, peluh membasahi kepalanya hingga ke jidat dan pelipis. Ternyata mimpi! Kejadian tadi mimpi, dadanya naik turun dengan napas yang tak beraturan.

"Huh, mimpi itu lagi" dia bangun dan duduk di tepian ranjang, menguncir rambutnya yang sebahu dan melangkah menuju dapur.

Sembari menunggu gelasnya penuh terisi  air dari dispenser, perempuan itu memijit keningnya sambil memejamkan mata. Mimpi itu datang berulang kali dengan kejadian yang sama persis dan keadaan yang sama persis juga, bahkan perempuan itu sudah hafal dengan alur kejadiannya.

"Woi Hana itu gelas lo penuh" sebuah tepukan di bahu perempuan itu membuatnya terkejut dan lantas membuka mata, gelasnya sudah penuh dah bahkan sudah melimpah sedikit isinya. Segera ia memutar keran dispenser untuk menghentikan air mengalir lalu meneguk air yang ada di dalam gelas itu sampai habis. Meninggalkan dapur ia berjalan ke kamar mandi.

Nama perempuan itu adalah Hana, nama yang konon berasal dari bahasa Korea yang berarti satu. Memang benar, dia adalah anak tunggal satu-satunya. Tinggal di rumah petak yang sederhana bersama empat orang teman seangkatannya dan seorang perempuan paruh baya pemilik rumah, kos-kosan anak sekolah. Sebenarnya jarak rumah asli Hana dengan sekolahnya tak terlalu jauh,sayangnya rumah itu diambil pemilik kerena hanya sebuah kontrakan. Semenjak ditinggal sendirian membuat hidupnya banyak berubah.

***
  Siang menuju sore yang terik, perempuan di ruang tamu tengah duduk sibuk dengan ponsel dengan masih mengenakan seragam putih abu-abunya. Seragam yang berbau keringat bercampur cologne yang dioleskan tadi pagi.

"Hana, kemari sebentar nak" suara dari kejauhan terdengar memanggil perempuan itu.

"Iya buk" Hana bangkit dan berjalan ke sumber suara. "Ada apa buk?"

"Ini" wanita paruh baya itu menyodorkan sebuah kotak yang di bungkus kertas berwarna cokelat. "Kamu antarkan ya, alamat nya ada di kotak itu"

Sejenak Hana  menoleh pada kotak dan membaca alamat tujuan. "Ooh, oke buk tapi aku ganti seragam dulu ya" ia bangun dan langsung bergegas.

"Eh tunggu sebentar" cegah ibu itu.

Hana menoleh. "Apa kamu sudah dapat pekerjaan Han?"

"Belum buk"

Tampak perempuan paruh baya yang bernama Yosi itu berpikir sejenak "Yaudah ganti baju dulu gih sana nanti kotaknya dijemput kesini lagi, masih ada yang mau ibu kirim ke penerimanya"

Hana mengangguk lalu pergi ke kamar untuk mengganti seragam sekolahnya. Saat akan mengambil kembali kotak itu, ternyata diatasnya ada amplop berwarna putih.

"Ini apa buk?" tanya Hana.

"Ah itu kasih ke yang nerima ya, ingat harus sampai ke tangan orang yang ada di alamat itu" Bu Yosi memperingatkan.

"Yaudah buk, aku pergi dulu ya" Hana memasukkan amplop putih itu ke dalam saku celana jeans nya dan berjalan ke tempat tujuan paket yang saat ini ia genggam.

Budayakan vote dan komen sebelum membaca.

Salam manis dari author :)

HANATHAN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang