13| violent tendencies

4.3K 680 120
                                    























appreciate it with vote and comment












—𖤈—



—the good are never easy' the easy never good.

—𖤈—














                  

Hanya ada kenikmatan, tidak ada serangan mimpi buruk malam itu, tapi Jungkook masih tidak ingin berbicara dengan Jeon Jaehyun keesokan paginya.


"Kapan aku pernah ingin bicara dengannya?" gerutu Jungkook sambil mendarat di depan town house mewah yang dijaga oleh gerbang besi di sebelah timur dari Central Park.


Ia kira pertemuannya akan diadakan di kantor Jaehyun di Jeon Enterprises, tapi satu jam sebelumnya ia menerima pesan yang menyampaikan bahwa pertemuan mereka dipindahkan ke sini.


Rumah ini cantik, seanggun dan seelegan wanita yang menjadi istri kedua Jaehyun. Halaman hijau kecil yang mengelilinginya —suatu kemewahan istimewa di tengah kota Manhattan— ditata dengan kesempurnaan dan keanggunan yang entah bagaimana sama sekali tidak terkesan sederhana.


Jungkook tidak dapat menyalahkan selera wanita itu walaupun sebagian kecil dari dirinya membenci wanita itu karena telah merebut posisi ibunya di sisi Jaehyun. Tapi kalau dipikir lagi, ibunya tidak akan mengenali suaminya yang sekarang, jadi hal itu ada baiknya.


Jungkook menaiki tiga anak tangga pualam sempit dengan kesadaran memilukan yang bergaung di benaknya, kemudian menekan bel pintu rumah ayahnya.


Sampai saat ini pun ia tidak pernah disambut atau diundang ke rumah itu. Suara bel bergema di dalam, seolah rumah itu kosong.


Satu menit, lalu dua menit berlalu tanpa adanya suara langkah kaki. Sepenuhnya percaya bahwa Jaehyun sudah memutuskan untuk membiarkannya berdiri di ambang pintu, Jungkook sudah membalikkan badan untuk turun ketika pintu dibuka.


Jungkook menoleh di balik bahunya, jawaban ketus sudah ada di ujung lidahnya. Jawaban itu langsung sirna begitu ia menatap mata cokelat terang milik seorang wanita cantik serta modis yang usianya dua puluh tahun di bawah Jaehyun dan dinikahi ayah Jungkook itu pada suatu musim gugur selagi Jungkook ada di sekolah asrama Asosiasi.


Ia pernah bertemu satu dua kali dengan istri kedua ayahnya selama beberapa tahun terakhir, tapi mereka berusaha untuk membawa hubungan mereka ke tingkat yang lebih jauh dari formalitas belaka.


"Jungkook, masuklah."


Lega karena Seolhyun sepertinya tidak bersikeras untuk menggunakan nama panjangnya, Jungkook berjalan masuk menyadari fakta bahwa Seolhyun dengan hati-hati tidak memperhatikan sayapnya.


"Kukira aku akan disambut oleh pelayan," katanya, memperhatikan serambi panjang di mana lubang-lubang pajangan kecil berjajar diterangi oleh cahaya lampu lembut serta diisi oleh objek-objek seni yang tak ternilai harganya.


"Ini urusan keluarga," kata Seolhyun, menyentakkan lengan kemeja sutra hijau permatanya.


Jungkook mengerutkan dahi, bukan karena kata-katanya, melainkan karena gerakan yang terkesan canggung itu —Seolhyun adalah salah satu orang paling 'tenang' yang pernah Jungkook jumpai. Tapi setelah ia memperhatikan, ia melihat bahwa mata wanita itu berkantong, warna ungu menodai kulit kremnya yang mulus.


Archangel's Kiss [kth + jjk] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang