Tim Dudi dan Tim Bahar

112 11 3
                                    

1
Sebenernya, kurang cocok dibilang tim karena anggota mereka hanya 1. Yaitu mereka sendiri. Tim Dudi hanya berisikan Dudi, dan Tim Bahar hanya berisikan Bahar. Sedangkan aku memilih keduanya tanpa mendeklarasikan tim mana yang aku dukung.

2
Saat itu, adzan ashar berkumandang. Aku sudah siap dengan segala persiapan untuk menuju masjid. Baju kokok berwarna coklat, lengkap dengan celananya serta kopeah merah dan sorban hijau layaknya tokoh Si Entong dalam serial TV pada masa itu. Ya. Aku memang nge-fans dengan Entong. Dulu mamahku selalu menyajikan film si Entong setiap jam 5 sore di TV. Pelajaran yang dapat kuambil dari film Si Entong adalah sebagai anak, kita harus berbakti kepada kedua orang tua, lalu rajin beribadah. Dan ingat, anak baik tidak akan pernah lepas dari gangguan anak nakal. Anak nakal sibuk membullynya, dan anak baik sibuk menasihatinya. 

Tapi tidak bagiku. Sangat malu jika aku harus menasihati orang saat berumur 4 tahun. Aku pasrah dengan bully-an teman-temanku yang lain. Contohnya gini.

3
Tiba-tiba ada suara orang yang manggil nama ku dari luar. Kulihat dari jendela, ia adalah Bahar. Dia mengajakku ke masjid dekat rumah untuk sholat ashar berjamaah. Karena sudah siap, aku pun langsung berangkat bersama Bahar.

Ketika sholat, tak terasa sudah roka'at ketiga. Perutku tiba-tiba mules tak tertahan. Terpaksa aku kentut disertai dengan batuk karena saat itu aku sedang kurang enak badan. Apa daya, kentut dan batuk yang dilakukan secara bersamaan menyebabkan ada ampas yang ikut keluar dari dubur. Semerbak bau mulai menyapa orang-orang di dalam masjid. Bahar pun terheran-heran bau apa yang tercium.

"Bahar, aku ee di celana". kataku.
"Pantesan aja bau. Terus gimana dong?". tanya Bahar
"Kamu kerumah dong. Panggilin mamah aku. Bilang aku ee di celana"
"Oke"

Tak berselang lama, Bahar datang lagi dan saat itu sedang roka'at keempat.

"Rudi, kata mamah kamu, kamu pulang aja. Nanti dibersihin dirumah" bisik Bahar.
"Oh yaudah kalau gitu. Hayu"

Betapa polosnya aku, tidak memikirkan orang-orang di masjid yang tersiksa akan bau ee ku. Lalu pergi sebelum sholat selesai menyebabkan orang keheranan asal-usul bau tersebut.

Diperjalanan, aku melihat dari kejauhan banyak anak-anak dari RT ku yang berkumpul di depan gang. Mereka menatap diriku seolah-olah mereka tahu aku ee di celana dan bersegera melaporkannya ke Babah. Babah adalah ketua DKM masjid di dekat rumahku. Beliau dikenal galak karena sering memukul anak-anak yang nakal seperti kami oleh Sorbannya. Alhamdulillah, beliau masih hidup sampe sekarang dan sudah berumur 46 tahun.

"Rudi ee dicelana... Rudi ee dicelana.. Rudi ee dicelana". teman-temanku meledek dengan kompak.

Beruntung, Bahar menenangkan aku. Ia menyuruhku untuk membiarkannya, dan terus berjalan ke rumah.

Itu merupakan pertama kalinya aku di Bully oleh orang lain.

4
Mendengar kabar Bahar telah mengajakku berangkat bareng ke masjid, Dudi merasa didahului oleh Bahar. Lalu Dudi datang kerumah ku dengan baju loreng hitam putih, dan celana bola Barcelona yang menjadi ciri khasnya dikala sore hari untuk berinisiatif untuk mengajakku mandi bersama. Kira-kira jam 5 sore waktu itu. Tanpa berpikir panjang, Tanpa berpikir yang engga-engga. Aku meng-iyakan ajakan Dudi.

Tepat pukul 17.15 WIB, aku datang ke rumah Dudi untuk mandi. Mamah Dudi menyapaku dengan hangat. Kulihat Dudi sedang asyik bermain Harvest Moon Back To Nature di Playstation 1 kala itu. Karena aku pun hobi memainkannya. Aku tidak meminta Dudi untuk menghentikan permainan itu. Justru aku ikut melihat bagaimana cara dia bermain. 

"Dudi... Rudi... Udah belum mandinya?". tanya Mamah Dudi

"Belum... Masih main ps". jawab Dudi

"Cepet mandi. Udah mau maghrib. Kalau ga mandi, nanti Kalongwewe culik kamu"

RudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang