Sekolah Dasar

89 7 1
                                    

1
"Kamu dapet kelas apa?". kataku.
"Kelas B. Kalo kamu?". jawab Dudi.
"Kayanya aku dapet kelas masak".
"Kok kelas masak? Emang ada?".
"Mungkin. Tapi tadi aku ditanya-tanya aku hobi makan apa sama ibu-ibu gendut itu".
"Itu mamah aku".
"Oh hehe. Kirain guru". pungkas diriku, lalu kabur karena malu.

Kira-kira 2 tahun bersahabat, 2 tahun aku kenal Dudi, 2 tahun aku tau rumahku berdekatan, baru kali itu aku tau sosok Mamahnya Dudi. Oh iya. Ngomong-ngomong dulu waktu aku masuk SD, guru-guru disitu memakai baju bebas sopan. Jadi kami sulit membedakan mana guru dan mana orangtua murid. 

2
2 hari setelah penerimaan siswa SD baru, aku kembali bertemu dengan Mamah Dudi. Aku baru tau kalau nilai tes ku masuk SD adalah terbesar diantara siswa yang lain. Sebab itulah Mamah Dudi bertanya aku hobi makan apa bisa-bisa sepinter itu. Aku udah ga inget soal-soalnya seperti apa kecuali 1 soal saja.

"Apa makanan kesukaanmu? Sebutkan alasannya!"
"Bayam bu. Biar jadi kaya popeye tangannya besar".

Kau tau Popeye? Dia adalah tokoh kartun yang sering muncul di tv yang berkarakter lemah, namun setelah memakan bayam yang terdapat dalam sebuah kaleng, tubuhnya menjadi super kuat. Dan perlu kau tau, dulu aku ga tau bayam itu seperti apa. Yang aku tau hanya sayur sop, sayur daun singkong, sayur sawi putih, dan sayur sosin. 

Namun aku senang mendengar kabar tersebut. Aku pun senang bisa diterima di sekolah tersebut setelah diterpa banyak kebingungan sekolah mana yang akan aku tuju.

3
Kabarpun diumumkan. Aku masuk di kelas A. Dudi masuk di kelas B. Namun persahabatan kami tak pernah luntur walau berbeda kelas. Di kelas A, ekstrakurikuler yang wajib diambil adalah beternak ayam dan bertani di sawah. Kalau kelas B, seingatku adalah beternak domba, dan beternak ikan. Beruntung tidak ada kelas C di sekolah ku, karena kalau ada, mungkin sudah dapat esktrakurikuler wajib beternak 2 kerbau milik sekolah yang terkenal dengan besar dan nampak ganas.

Kelas A dikenal sebagai kelas banci oleh para siswa kelas B. Alasannya karena kami lebih menyibukkan diri di dalam kelas, bermain bekel, congklak, atau ya harus kuakui, kami dulu main mamah-mamahan, dan masak-masakan.

"Aku mau jadi anak kesatu aja ah", ucap diriku.
"Aku jadi sopir aja deh. Biar ga cape ngomong", ucap Danial.
"Kalo aku jadi mamahnya Rudi aja", ucap Kamal.
"HAH?! KAMU LAKI-LAKI. SADAR ATUH", balas semua 'aktor/aktris' dengan terkejut.
"KOK JADI KAMU SIH?! AKU LEBIH PANTES JADI MAMAH KARENA AKU PEREMPUAN IH!", marah Yasmin.

Karena Yasmin marah, aku pura-pura ke perpustakaan. Kira-kira 10 menitan. Aku cuma takut semua benda di depannya dilempar dan mengenai wajahku sehingga mempengaruhi ketampananku di masa depan.

Jam 9.30 aku kembali ke kelas. Kulihat banyak benda berantakan, kulihat Kamal yang sedang merenung di luar layaknya drama korea, dan Yasmin yang sedang ditenangkan teman-teman.

Kuharap kalian percaya kepada kami. Seimut apapun permainan kami, kami benar-benar lelaki tulen, tapi aku tidak meyakini hal itu pada Kamal. Dan sedangkan kelas B dikenal dengan anak-anaknya yang nakal. Mereka lebih sering bermain di luar kelas. Ya. Bermain bekel, congklak, dan masak-masakan di luar kelas. Bukan permainan apa yang menjadi permasalahan antara kelas A dan B pada saat itu. Tetapi lokasi bermainnya yang menjadi faktor terjadinya konflik. Bahkan pernah konflik memanas, hingga kami harus bertarung 3 lawan 3 untuk bermain bola bekel. Aku menjadi kapten dalam tim Bola bekel kelas A. Dan di kelas B dikapteni oleh Andika.

Suasana memanas saat pertarungan. Perempuan-perempuan dari tiap kelas saling menyoraki memberi semangat. Hingga terjadinya bel masuk, kelas A memenangkan pertandingan. Saat teman-temanku sibuk masuk ke kelas, aku dan Andika justru sibuk bercekcok di luar kelas. Andika mengajakku untuk berantem sekarang juga. Saat aku memegang kerah lehernya sambil membentak, tiba-tiba Pak Anton, guru killer matematika kelas 1 membentak kami berdua

RudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang