Shine

1.1K 155 32
                                    

even though I like you,

nobody knows

*

Tepat lima menit sebelum rutinitas harian yang menjadi kesukaan Yukhei dimulai, yakni pulang bersama Minhyung. Sialnya, kelas terakhir hari ini adalah kelas kimia, pelajaran yang paling dibenci Yukhei, membuat lima menit terasa seperti selamanya. Yukhei melirik Minhyung yang duduk di bangku sebelah kanannya. Yukhei mendengus malas saat mendapati Minhyung masih asyik mencatat ketika anak-anak lain mulai mencicil mengemasi barang-barang mereka sambil sesekali melirik jarum jam yang sejak tadi seolah cuma jalan di tempat.

Sadar tengah diamati, Minhyung tiba-tiba menoleh ke arah Yukhei. "Apa?" bisik Minhyung. Yukhei hanya menggeleng, lalu pura-pura sibuk mengemasi alat tulisnya. Minhyung kembali fokus mencatat, sementara Yukhei sudah selesai mengemasi alat tulisnya. Tak lama kemudian, bel pulang sekolah berbunyi.

Saat guru mereka sudah meninggalkan kelas, Yukhei mendekati Minhyung. "Difoto saja, nanti lanjut mencatat di rumah."

"Diam dulu, cuma kurang sedikit kok," balas Minhyung tanpa mengalihkan perhatian dari buku catatannya. "Nah, sudah." Minhyung buru-buru mengemasi buku dan alat tulisnya, merasa tidak enak hati karena sudah membuat Yukhei menungguinya mencatat.

Yukhei dan Minhyung berjalan bersisian melewati koridor sekolah yang mulai sepi. Hal ini tidak mengherankan karena yang masih tinggal di sekolah hanya segelintir siswa kelas tiga dan beberapa guru yang terpaksa lembur, siswa kelas satu dan dua sudah pulang satu jam sebelumnya. "Boo!" Yukhei menepuk bahu Minhyung, mengerjainya. Yukhei tahu kalau Minhyung takut gelap, takut hantu, dan takut tempat sepi. Namun, dia malah nekat mengerjai Minhyung.

Minhyung terlonjak kaget. Dia hampir berteriak, tapi tangannya dengan sigap menyumpal mulutnya sendiri saat menyadari bahwa Yukhei sedang mengerjainya. "Nggak lucu," Minhyung merengut. Yukhei cengar-cengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Lagian mukamu kelihatan takut banget, aku jadi pengen usil."

Minhyung mempercepat langkahnya, sekarang dia berada beberapa meter di depan Yukhei. "Kalau tiba-tiba yang di belakangmu ini bukan aku, tapi hantu asli, gimana?" celetuk Yukhei. "Omong kosong! Aku nggak takut," balas Minhyung. Meski berkata demikian, diam-diam Minhyung menoleh ke belakang, memastikan bahwa yang sedang berjalan di belakangnya benar-benar Yukhei. "Katanya nggak takut?" Yukhei terkekeh ketika menangkap basah Minhyung yang sedang menoleh ke arahnya dengan tampang was-was. Minhyung tidak menggubrisnya. Dia menghentikan langkah, menunggu Yukhei yang masih tertinggal beberapa meter di belakang. Saat posisi mereka sudah sejajar, Yukhei kembali menggoda Minhyung. "Sok-sokan jalan cepat, kayak berani saja."

Jarak dari sekolah ke rumah Minhyung tidak terlalu jauh, mungkin sekitar satu setengah kilometer. Rumah Yukhei berjarak beberapa blok dari rumah Minhyung, sedikit lebih jauh dari sekolah. Jika mau, mereka bisa menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Tapi, baik Yukhei maupun Minhyung lebih suka jalan kaki.

Yukhei dan Minhyung telah berada di luar area sekolah. "Nggak terasa sudah musim semi, ya," gumam Minhyung saat menatap guguran sakura yang memenuhi trotoar. Yukhei yang berjalan di sampingnya hanya diam, dia sibuk memandangi wajah Minhyung yang tengah terkagum-kagum melihat bunga sakura. Mata bulatnya melebar, bibir tipisnya sedikit membuka, dan semburat merah muda muncul di pipinya, menandakan jika Minhyung merasa tertarik dengan sesuatu. Menurut Yukhei, Minhyung terlihat sangat menggemaskan dengan ekspresi seperti itu.

"Ayo beli es krim!" ajak Yukhei. Di dekat sekolah ada kedai es krim langganan mereka. Es krim yang dijual di sana adalah es krim homemade yang hanya dibuat dalam skala kecil. Kedai itu punya beberapa varian es krim spesial yang hanya dijual pada musim tertentu. Salah satunya adalah es krim sakura ceri yang hanya ada saat musim semi.

[LuMark] ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang