20. Pembuatan Film Pendek

28 5 0
                                    

Kemaren gue udah bantu Revi buat menjadi pengajar. Sekarang giliran Revi yang bantuin gue. Gue catat jadwal dia yang ternyata super duper sibuk. Gue kembali lihat jadwal Revi di buku catatan gue.

Jadwal Rutin

Les :
Senin - Jum'at : 16.30 WIB - 17.30 WIB
(Jadwal bisa disesuaikan)
Sabtu - Minggu : 08.00 WIB - 10.00 WIB
(Jadwal bisa disesuaikan)

Taekwondo :
Sabtu - Minggu : 16.00 WIB - 18.00 WIB

Itu baru jadwal Rutin. Belum lagi yang jadwal lombanya. Gila! Ini hampir setiap seminggu sekali pasti dia ikut lomba. Aduh kalau gue ikut dispen pasti gak dibolehin sama guru piket.

Revi punya catatan lengkap kegiatannya setiap minggu. Rabu ini gue dan Anggun akan memulai membuat film pendek itu. Pertama kita bakal dokumentasi Revi yang lagi les di rumahnya.

Mereka lagi membahas tentang pelajaran Kimia. Okay, Bang Kevin--guru les privat Revi--emang cerdas di segala bidang. Jarang banget cowok bisa menguasai semua. Biasanya hanya satu atau dua aja yang bisa cowok kuasai. Terutama di bidang olahraga.

Gue dokumentasiin kegiatan mereka yang saat ini belajar di sofa ruang tamu. Kadang gue nyuruh mereka berhenti dulu. Buat ngambil sudut pandang yang berbeda. Beberapa kali Bang Kevan kesal karena harus berhenti menjelaskan. Alhasil yang harusnya les beres pukul setengah enam sore, jadi beres pukul setengah tujuh malam. Anggun juga belum pulang. Dia tertarik ikut belajar kimia bersama Revi. Gue hanya perhatiin mereka karena kegiatan merekamnya udah beres.

Anggun pamit ketika melihat jam dinding yang menunjukan pukul tujuh. Bang Kevin menawarkan untuk pulang bareng Anggun karena jalan pulangnya searah.

"Lo, gak pulang juga, Vin?" tanya Revi heran karena gue malah diem dulu di sini gak ikut mereka.

"Salah, ya gue mau diem dulu di sini. Jarang lho gue ke sini. Baru satu kali," jawab gue santai.

"Sebenernya ya, gue pengen banget nendang badan lo sampai tepar sebagai balasan karena lo udah sering nge-stalk gue," balas Revi datar dengan tatapan tajam mengancam.

"Weis, santai Rev. Lo sih keras kepala gak mau diajak kerja sama."

"Ya gak gitu juga, Vin. Dikira gue artis apa di stalk mulu. Lama-lama lo kek mak lambe tau gak?" Revi menggerutu kesal.

"Gue gak kenal mak lambe. Iya deh gue minta maaf. Gak lagi-lagi deh," sahut gue, tapi Revi hanya diam melipat tangan di depan perut. "Sekali lagi gue minta maaf, ya. Jangan manyun nanti cantiknya ngilang."

"Rese lo, ih." Revi menjewer kuping gue.

"Revi, stop. Kuping gue melar ini," ucap gue pura-pura kesakitan. Revi langsung melepaskan jewerannya.

Beres itu kita hanya diam. Argh! Gue gak tahan kalau diem-dieman gini. Masa gue harus bahas cicak di dinding yang baru aja lewat.

"Iya, gue maafin." suara Revi memecah keheningan.

"Nah, gitu dong. Rev, bokap lo ke mana? Emang sering pulang malem, ya?"

"Ngapain nanya bokap gue? Mau kenalan?"

"Eh, nggak gue cuma mau nanya aja," jawab gue kikuk.

"Bokap tinggal di Yogyakarta. Sebulan sekali pulang buat jenguk gue. Gak lama paling cuman seminggu. Bokap gue punya bisnis perhotelan di sana, jadi gak bisa tinggal di sini lebih lama."

"Kalau bokap lo datang kasih tau gue, ya. Nanti gue mau kenalan," sebagai calon menantu, eh apa sih, kok gue malah lanjutin di hati seperti itu.

"Ha ha ha, gue gak yakin kalau ketemu lo bakal berani kenalan," jelas Revi tertawa. "Bokap gue itu tegas dan galak. Lo bisa dapet pelototan atau pengusiran kalau kenalan di sini. Sama kecoa aja lo takut gimana ketemu bokap gue."

"Selama bokap lo gak mirip kecoa dia gak bakal gue takutin."

Pletak

Kepala gue baru aja digeplak sama Revi.

"Dikira bokap gue mirip kecoa apa," amuk Revi. Yah, dia ngambek lagi. Gue yakin dia lagi PMS.

"Udahlah lupakan soal itu. Gue lihat jadwal lo padet banget, ya? Itu yang bikin bokap lo juga?"

"Iya, Vin. Gue harus membuat semacam laporan gitu. Misal les hari ini hadir gak, kalau gak alasannya apa, dan nanti dididang pas bokap hadir. Bener atau nggaknya laporan itu. Semua yang berkaitan juga bisa dihubungi. Gue ngerasa terkekang, tapi untunglah Bangke rela berbohong demi gue. Di sini juga ada beberapa CCTV buat ngawasin gue supaya selalu di rumah."

"Caranya buat lo kabur, gimana?"

"Gue puterin satu rumah dan lihat CCTV dimana aja. Jadilah gue menemukan jalan samping. Gue coba kabur pertama kali pas lihat rekamannya di pos satpam cara gue berhasil."

"Keren banget lo, Rev," jeda sejenak. "Oh iya, Rev. Gue lupa nanya. Kenapa lo dipanggil Audy sama temen lo yang lain?"

"Dari dulu gue emang dipanggil Audy, Vin. Dari nama depan gue, Audyra Revita. Panggilan Revi cuma berlaku di SMA."

"Oh gitu. Gue panggil Revi aja deh, gak biasa kalau Audy."

"Ya udah terserah. Vin dari kemaren lo wawancarain gue. Sekarang giliran gue mau nanya sama, lo."

Revi terdiam dan gue hanya menatap penasaran apa yang mau ditanyain.

"Kenapa lo punya fobia sama kecoa?"

Jleb! Gue bingung mau jawab apa. Sumpah gue malu kalau harus jelasin alasannya. Dengan alasan udah ditelepon bunda gue langsung pulang. Gue ijin sama Revi dan ya dia gak curiga apapun. Padahal gue bohong sama dia.

-----Journalist-----

Sekarang gue lagi di aula. Predikat kelas teladan udah diberlakukan dua minggu yang lalu. Hari ini penilaian terakhir. Padahal biasanya menjelang UKK seminggu baru ada kelas teladan. Namun, sekarang dipercepat dua bulan entah karena apa.

Gue bersiap dokumentasikan Revi lomba cerdas cermat di panggung yang tersedia di ujung aula dekat pintu depan. Aula ini luas sekali. Mungkin sama seperti dua lapang basket disatukan. Udah gue duga pasti angkatan kelas sebelas yang masuk babak final pasti kelas 11 IPA 1 dan 11 IPA 2. Revi, Dini, dan Rendra perwakilan dari kelas 11 IPA 1. Anggun dan dua orang lainnya yang gak gue kenal perwakilan kelas 11 IPA 2.

Revi sangat santai. Sedangkan Anggun dia sepertinya agak panik dan terus memejamkan mata berdoa. Anggun udah jarang bantuin gue dokumentasiin kegiatan Revi, karena mempersiapkan ini.

Sesi cerdas cermat dimulai. Tim Revi duluan yang menekan bel. Lalu, menjawab dengan benar dan mendapatkan point sepuluh. Soal berikutnya tim Anggun yang menekan bel. Point sepuluh didapatkannya.

Penonton yang berada di belakang juri tegang. Gue juga sama. Point yang mereka dapatkan susul menyusul. Dan berakhir dengan tim Revi yang lebih unggul lima. Kesalahan tim Anggun dalam menjawab membuat point-nya berkurang lima. Terlihat kekecewaan di mata Anggun, tapi dia tersenyum dan bersalaman dengan tim Revi.

Dari dulu Revi dan Anggun bersaing dalam akademik sekolah. Selalu Revi yang unggul. Anggun pernah unggul sekali saat kelas sepuluh semester satu. Dia yang mendapatkan ranking 1 pararel seangkatan. Namun, posisi itu sudah direbut oleh Revi dua kali.

Journalist #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang