Queen

29 4 6
                                    

Jungwoo bukan tipe anak yang suka berlari-lari seperti Xuxi atau Mark. Ia juga bukan tipe anak yang benar-benar diam seperti Sicheng, tapi bukan berarti ia seberisik Doyoung. Jungwoo hanya suka bicara seperlunya, bergerak seadanya dan tertawa secukupnya. Tak lebih, tak kurang.

Maka saat ada seorang gadis baru di komplek mereka yang sangat hiperaktif sampai-sampai Xuxi dan Mark langsung merekrutnya ke ‘Skuad Penjelajah’ mereka, Jungwoo tidak berpikir ia bisa akrab dengannya. Yang ia lakukan hanya memperhatikan ketiga teman baru itu berlarian membawa tongkat kayu dan sisa triplek dari konstruksi sebelah, berpura-pura menjadi kesatria terhebat pada masanya.

Ji Lian namanya. Putri pertama Paman Zhang dan Bibi Zhang yang tinggal di sebelah rumah Keluarga Wu, paman Mark dan Xuxi. Bahasa Koreanya sama terpatah-patahnya dengan Xuxi, tapi Bahasa Inggrisnya sebaik Mark. Lian sangat aktif, berisik dan bossy, namun entah mengapa Mark dan Xuxi mau mau saja terus diperintah olehnya.

“Aku dan Mark raja, kau, Xuxi, kuperintahkan menjadi pengawalku.”

Jungwoo tertawa mendengar Lian mulai mengatur peran dalam sandiwara mereka sore itu.

Mark menolak. “Aku ingin jadi kesatria, aku tidak mau menjadi raja.” Ujar bocah blasteran Kanada itu sembari melompat turun dari singgasana mereka yang terbuat dari karung berisi tanah.

Lian merengut. “Dan aku tak mau menjadi Ratu. Aku mau jadi Raja.” Xuxi dan Mark tak bergeming, teguh memegang pedang kayu dan perisai triplek mereka. Lian memandang berkeliling dan matanya jatuh pada Jungwoo yang tengah mengecat balon besar dengan cat poster bersama Hannah Wu.

“Kau!” panggilnya, wajahnya memerah berseri. “Kemari dan jadilah Ratuku!”

Jungwoo menunjuk dirinya sendiri. “Aku?”

“Ya, kau, Queen of Art yang hampir diculik oleh Kerajaan Tanpa Warna!”

Mark bertepuk tangan mendengar skenario itu. Jungwoo tak banyak berkomentar, ia menghampiri Lian dan mengulurkan tangan. “Aku hanya harus duduk disana dan memegang tongkat ratuku, kan?”

Senyum Lian merekah, bahagia skenario absurdnya dihargai Jungwoo.

“Selamat datang di kerajaan anda, Yang Mulia Ratu..”

_________


Sejak itu Jungwoo seringkali mengisi peran di setiap permainan sang tiga sekawan, dan karena sekarang mereka tergila-gila dengan konsep kerajaan seperti pertemuan mereka dulu, Jungwoo selalu menempati posisi Ratu yang terhormat. Anak-anak yang lebih besar seperti Jhonny dan Jaehyun seringkali menggodanya karena “Laki-laki adalah Raja.” Namun Jungwoo tak peduli, karena Lian akan datang ke sisinya dan berkata, “Aku Rajanya, mau apa kalian?” lalu kedua anak itu akan pergi dan Lian akan merangkul bahu Jungwoo hingga ke singgasana karung tanahnya.

Terkadang ia berbagi posisi dengan Doyoung yang juga mau-mau saja berperan sebagai Ratu, tapi Mark akan banyak protes karena Doyoung sangat bawel pada para kesatrianya.

“Kesatria hanya melindungi raja dan ratu dari musuh, tahu! Bukan menyuapi mereka makan juga!”

Kemudian Doyoung turun pangkat menjadi Ratu Jahat kerajaan sebelah, dengan pasukan elf mini bernama Renjun, Jisung, Haechan dan Chenle. Pangkat Ratu Terbaik sepanjang masa kembali ke tangan Jungwoo, terus hingga masa Sekolah Dasar mereka berakhir.

Namun kebiasaan tetaplah kebiasaan, dan sampai masa perkuliahan mereka pun, Lian masih saja memanggilnya ‘Queen’ di mana-mana.  Embel-embel ‘terkasih’ pun seringkali disematkan Lian di belakang nama Jungwoo, seperti jika ia beralasan untuk tak ikut teman-teman seangkatannya berpesta.

“Jungwoo terkasihku mengajakku makan malam di luar, Xuxi, kau pergilah dengan Mark, ya?”

“Ratuku memintaku untuk menemaninya ke pameran seni, maaf aku tak bisa bersama kalian..”

“Yang Mulia Jungwoo sudah menjemput, aku pulang!”

Tanpa sadar, Jungwoo merasa dirinya jauh lebih dekat dengan Lian daripada Xuxi ataupun Mark. Dialah yang lebih sering menjemput dan mengantar Lian ke kampus, dialah yang diajak Lian jika ia ingin menghadiri seminar seni atau pagelaran budaya, dan dia juga yang ditelpon Lian saat gadis itu mabuk di pengalaman minum pertamanya.

Jungwoo menyetir mobilnya dengan gugup. Ia khawatir Bibi Zhang akan marah padanya karena membawa pulang Lian di kala larut seperti ini.

“Queen...” erang Lian di kursi sebelah. Telapak tangan Jungwoo basah oleh keringat.

“Ya, Lian?”

“Aku pikir aku menyukaimu..”

Jungwoo pura-pura tak mendengar. Ia berusaha fokus ke jalan.

“Tapi kau ratuku,, mana bisa aku menyukaimu, ha? Aku tak bisa melihatmu lebih dari sebagai seseorang yang kuhormati, sama seperti aku menghormati ppara seniman pujaanku..”

Entah itu adalah pernyataan cinta atau bukan, Jungwoo merona. Ia kesulitan fokus saat Lian mulai meracau dalam bahasa Inggris yang tak ia mengerti kecuali patah-patah kata ‘boyfriend’, ‘take me home’, ‘all day’ dan semacamnya.

“Lian, kau mabuk..”

Just call me everynight and treat me like your girlfriend.. try to make me love you as a boy, can you?”

Jungwoo mengerti keseluruhan kalimat itu, namun ia tak menjawab dan lebih memilih untuk menyeret Lian keluar dari mobilnya ke pintu rumah.

Saat ia kembali merebahkan diri di kasurnya, ada pesan tak terbaca dari Lian.

“ure so kind and awesome, pls b mmine”

diketik khas orang mabuk. Jungwoo memutuskan untuk mengabaikannya.

Dia mabuk, Jungwoo..
I
a mencoba menyadarkan diri.

Dia mabuk dan akan melupakan segalanya esok pagi.

Namun pagi berikutnya datang dan Lian menyambutnya dengan ciuman singkat sebelum memasuki mobil Jungwoo.

“Aku rela-rela saja turun pangkat menjadi ratu jika kau mau menjadi rajaku.”
Jungwoo terdiam di depan pintu, salah tingkah.

“Apa? Cepat antar aku ke kampus, bukankah kita sekarang sudah berpacaran?”


-end-

Special request dari Jilian a.k.a Zia, maaf karena baru bisa dipost sekarang, kemaren ga bisa mailing ff dari laptop ke hape 😅😅

Daily Prompt : K-Idol & RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang