Chapter 48

829 36 3
                                    

Hari selanjutnya.  Hari ini adalah hari minggu,  saatnya keluarga kecil Saanskar bersenang senang. Mereka pun menuju ke acara  festival di pusat kota. Zia nampak bersenang senang disana. 

"Ibu ibu..  Ayo main ke sana.. (wahana kapal kora2) !" Swara menatap wahana itu dan terdiam sesaat,  bagaimana bisa putri sekecil Zia berani menaiki wahana yang menjadi phobianya.

"Tidak sayang jangan,  itu terlalu mengerikan! " Ucap Swara melarang. Zia pun terdiam,  ia pun menarik narik baju Swara sambil menunjuk wahana itu.

"Pliss..  Ibu..  Aku mau kesana! Plis bu..! " Swara menggeleng, datanglah Saanskar membawa permen kapas untuk Zia.  "Ayah..  Ibu jahat! " Adunya menampakan puppy eyesnya.

"Ada apa sayang? " Tanya Saanskar lembut.

"Ibu tidak mau mengantarku ke wahana kora kora itu! " Saanskar pun melirik ke wahana itu dan tertawa. "Ada apa ayah? "

"Ya jelaslah! Ibumu itu takut wahana itu..! " Zia terkejut. "Sudah dengan ayah saja ya..! "

"Apa?  Ahahaha....  Ibu takut wahana itu,  ibu kalah denganku!!! " swara hanya melirik sinis Saanskar yang sedari tadi tertawa. "Okey ayah! "

"Akhhh tidak... Jangan sayang!  Itu berbahaya..  Ibu tidak mau kau kenapa2 ... Sudah jangan! " Larang Swara tegas.

"Iya nak,  lebih baik tidak usah ya..  !" lanjut Saanskar.  Zia pun mengerucutkan bibirnya.

"Ih..  Ayah ibu,  kalian ini, aku kan sudah besar,  lagian juga ada ayah yang menjagaku..  Ayolah! " Saanskar benar benar tak bisa menolak Zia sang putri. Sedang Swara kembali melarang.

"Saanskar... Tidak, kau ini jgn terlalu tidak tegaan begitu..  Tegaslah! Aku tidak ingin terjadi apa2 pada Zia! " Saanskar menggeleng mendengar sentakan Swara,  ia akui Swara kini jadi lebih sensitif.

"Iya aku tahu..  Tapi kan hanya sekali.. Tenanglah Swara!  Aku akan menjaganya..! " Swara menepuk keningnya.

"Saanskar.. Bagaimana aku menjelaskan ini padamu..?  Kau tidak akan tahu apa yang ku rasa..  Karna kau tidak pernah jadi ibu.. " Tegasnya.  Saanskar agak tersinggung.

"Aku memang tidak pernah jadi ibunya,  tapi aku tetap orang tuanya kan?  Aku tahu perasaannya,  Swara,  ayolah.. Sekali2 menyenangkan Zia,  Zia juga  sudah besar,  kau ini..  Kau ini terlalu khawatir..! " Jelas Saanskar.

"Ya jelas aku akan khawatir,  ibu mana yang tidak khawatir kalau... " Ucapannya terpotong.

"Iya...  Kau pantas khawatir,  tapi tidak segitunya...!  Sudahlah,  kita akhiri perdebatan ini..  Ini hanya membuang waktu...! "

"Waktu?  Jadi menurutmu membicarakan keadaan anak itu buang2 waktu? "

"Swara!!! " Bentak Saanskar saking gemasnya dengan tingkah Swara.  "Sudahlah!  Kita bisa bicarakan ini dirumah!!! Sekarang dimana Zia? " Swara terkejut, ia pun melirik sekitar,  namun takda sosok yang ia cari.

"Dimana Zia?? " Tanya Swara,  Saanskar menggeleng.  "astagahhh... ZIAAA!!! " Teriaknya mencari Zia putrinya. 

"Ziaaaa..... " Saanskar dan Swara pun mencari Zia,  namun tak ditemukan juga.

****

Sementara,  RV dan Ruhi berjalan menyusuri festival di pusat kota yang nyatanya juga tempat SwaSan family's berkunjung.  Ruhi nampak begitu senang datang ke festival itu.

"Ayah..  Festivalnya ramai sekali ya! " Ucap Ruhi menyandarkan kepalanya ke bahu RV.  RV tersenyum. 

"Kau senang sayang? " Tanya RV, Ruhi mengangguk semangat,  "Ayah msu tunjukan toko kesukaanmu..! Ayo ikut ayah..! " Ruhi pun mengikuti RV pergi. Ternyata,  mereka menuju toko sepatu.

"Ayah!!  Ayah mau membelikanku sepatu?  Astaga ayah..  Sepatuku menumpuk di rumah! " RV terswnyum dan membelai kepala Ruhi.

"Bukan kau ingin menyumbang sepatu di panti?  Untuk perayaan ulang tahun ibumu? " Ruhi menyeringai,  lalu tersenyum.

"Oh iya,  aku lupa...  Yakin ayah..  Membeli sepatu disini,  disini itu mahal ayah!"

"Sayang,  ketika kita ingin berbuat baik,  jgn sesekali mempertimbangkan,  dan..  Menghitung,  ikhlaskan saja...! " Sahut lembut RV,  Ruhi tersenyum.

"Aku tau ayah RV,  paman itu orang yang baik,  nan manis..  Dan itu tak bisa di tutupi meskipun dengan besi setumpuk..  Tapi besi setumpuk itu datang sedikit menindih kebaikan,  serta kepolosan ayah RV,  ia menjadi beban tersendiri,  besi itu datang karna ayah RV terlalu polos dan mudah terpengaruh.. Aku janji ayah RV,  aku akan membuat  besi itu berkarat dan akan ku buang besi itu jauh2 dari ayah... " Bathin Ruhi sambil menelusuri toko. 

Tiba-tiba ia melihat sesosok anak kecil di pinggir toko,  duduk dengan deraian air mata.  Ia terus mengamati anak itu.

"siapa gadis kecil itu.? Mengapa dia menangis? Mana orang tuanya? " Pikir Ruhi mengamati gadis kecil itu dari jauh.

****

Disisi lain,  di India.  Laksh terduduk di tempat duduk kerjanya,  datanglah Ishani (Radhika Madan),  pegawainya.

Tok tok tok..

"Masuklah... " Ishani pun masuk, ia mulai berjalan masuk menuju kursi tahta di perusahaan kantor majalah itu.  "Ada apa? "

"Tuan,  malam ini ada meeting di Luckhnow..  Apa Tuan bisa menghadiri? " Tanya Ishani sopan.  Laksh menatap jamnya,  lalu mengarahkan matanya ke Ishani.

"Jam? "

"Setengah 8.." Sahut Ishani kembali tersenyum.

"Okey..  Siapkan keperluan meeting ya! " Ishani mengangguk keluar ruangan.

Ishani Madan adalah gadis muda yang bekerja di perusahaan kantor majalah dibawah kepemimpinan Lakshya Maheswari.  Sudah  2 tahun Ishani bekerja di sana,  cara ia bekerja pun membuat Laksh kagum,  karena ia disiplin,  lembut, telaten, sopan, dan jujur.  Walau Laksh tahu,  Ishani tak sepintar pegawai yang lain, namun bagi Laksh pintar itu urusan kedua,  yang penting jujurnya.

"Akh..  Semua laporan sudah ku cek,  semua berkas sudah ku tanda tangani..  Ckckck..  Astaga.. Aku harus bisa mengatur pengeluaran kantor yang di luar batas pendapatan..  Tapi,  bagaimana ya? Bukankah..  Akses dan fasilitas di kantor ini besar,  tentu saja pengeluarannya mengerikan,  masa ya dikurangi..! " Bimbang Laksh,  "Oh Ya Tuhan,  Aarash harus membayar uang sekolah juga..  Tapi,  pengeluaran juga tak sepadan pendapatanku..  Masa ya memakai uang kantor,  korupsi gitu?  kh.. Tidak,  aku tidak mau memfasilitasi putraku uang yg tidak baik, lagipula itu akan menyusahkan pegawaiku...! " tiba-tiba, Ragini menelponnya. 

"Laksh? "

"Haan..? Apa?"

"Aarash memenangkan lomba 'Good Student' Semacam lomba cerdas cermat begitu..  Dan ia mendapatkan beasiswa cukup besar..  Itu bisa untuk membayar uang sekolah bukan Laksh? " Wajah Laksh yang semula murung langsung sumringah.  Ia tak menyangka mendapat kejutan sebesar itu,  bebannya menjadi ringan kini.

"Sungguh?  Oh astaga,  terimakasih Tuhan...  Sekarang dimana Aarash? "

"Aarash sedang di kelas mengikuti les tambahan,  aku di ruang guru sekarang,  menunggu Aarash,  ya sekitar 30 menit lagi,  Aarash selesai...! " Laksh tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. 

"Baiklah..  Hati-hati ya... "

"Okey,  daah.. " Ragini menutup telfon. 

Laksh pun beranjak keluar dari ruangan menuju lobi kantor,  bertemulah ia dengan Ishani. 

"Mau kemana Tuan? " Laksh tersenyum.

"Saya ada acara sebentar,  nanti sore jam 6 saya kwsini lagi..  Saya pergi dulu ya.. Tolong urus keperluan nanti,  terimakasih.. " Ishani mengangguk.  Laksh pun berlalu.

#bersambung.

Maaf ya guys.. Aku absen kemarin.. Gk jd lgsg tamat.. Nah skr udah aku langsungin sampai tamat...

Semoga kalian suka ya.  :-)

Bye ♥♥  see you...

i See The Love 💞 (END) [PINDAH KE KBM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang