Di Balik Kemudi

96 6 0
                                    

2Januari 2017


 Musim liburan adalah waktu dimana para keluarga untuk berkumpul. Saat itu kami sekeluarga berencana menghabiskan waktu liburan di puncak. 

" Kak, Ayooo" teriak adik ku dari dalam mobil.

" Iya sabar, bawa barang berat banget tau" jawab ku sedikit kesal.

Mobil yang kami kendarai mulai berjalan membelah macetnya jalan ibu kota. Bunyi klakson dari mobil-mobil lain menambah suasa ramai kemacetan di jalan raya. Ayah tampak tersenyum sambil bercanda dengan Ibu, sedangkan aku harus meladeni keingintahuan adik ku yang begitu besar. Dia selalu bertanya tentang apapun yang dia temui di jalan, seperti " Kak, kok banyak mobil ya? Kak, kok pengendara sepeda lewat trotoar? Kak, kok pedagangnya jualan di tengah jalan? gak tak takut ketabrak? Kak, kok lampu merah udah maju? bukannya lampu hijau baru boleh maju Kak?" dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Mobil yang kami kendarai sampai di jalan perbukitan yang menanjak cukup curam bersama dengan mobil-mobil lainnya. Ayah harus sangat berhati-hati mengemudikan mobil, karena banyak truk dan bis-bis yang ikut naik turun di tanjakan ini.

Tiba-tiba adik ku menyenggol lengan ku dan menunjuk ke sebuah lapangan kecil yang berada di sebelah jalan.

" Kak nanti kalau kecelakaan masuk kesana, kira-kira mati gak Kak orangnya?"

Aku sedikit kaget mendengar pertanyaan adikku.

" Apaan sih kamu, mending tidur sana. Kakak mau tidur" kataku lalu menutupi wajahku dengan bantal.


Kami sampai di villa pukul sembilan malam. Seharusnya kami sampai pukul lima tadi. Tapi karena macet parah, kami tiba di sini agak malam.  

Setelah menurunkan barang-barang yang di bantu oleh penjaga villa ku, aku segera mandi untuk membersihkan tubuh ku.

Tidur ku terusik ketika aku merasakan tangan kecil menggerayangi wajah ku. Beberapa kali aku menyingkirkan tangan itu dari wajah ku. Tapi beberapa kali tangan itu terus mengganggu tidurku.

" Dek, kamu apa-apaan sih? Ganggu orang tidur aja" ucapku sedikit kesal.

Tapi tangan itu terus menggerayangi wajah ku. Akhirya aku membuka mataku dan segera bangun dari tempat tidur. Saat aku melihat sekeliling, aku tidak menemukan siapapun di kamar, aku segera bangun dan mengecek seluruh keadaan kamar. Tapi hasilnya kosong. Lalu aku berlari keluar kamar untuk melihat dimana adikku berada.

" Ma, Lisa dimana?" tanyaku kepada Mama.

" Lisa lagi main di kebun sama Ayah, kamu kenapa Kak?" tanya Mama padaku.

" Engga apa-apa kok ma" Aku tersenyum lalu memeluk Mama yang sedang memasak dari belakang.

" Punya anak cewek jam segini baru bangun. Udah bangun gak bantu Mamanya, malah gangguin Mamanya" kata Mama sambil terus memasak.

" Hehehe, gak papa Ma. Kan aku gak mau ngehancurin dapur Mama" balasku.

Mama hanya geleng-geleng kepala.

" Mandi dulu sana kak, terus ikut ke kebun teh" perintah Mama sambil mendorongku sedikit ke belakang.

" Makan dulu boleh, Ma?" tanya ku ke Mama sambil melihat masakan Mama yang sudah jadi.

" MANDI!" teriak mama sambil mengarahkan pisau ke arah ku. Aku lalu bergegas lari ke dalam kamar.


Perjalanan ke kebun teh sangat lancar karena jarang orang yang lewat daerah sini. Mungkin hanya pekerja kebun teh pada saat mereka berangkat dan pulang yang melewati daerah sini.

Mobil Ayah berbelok ke arah kanan dan berhenti mendadak di tengah jalan. Seorang wanita dengan tubuh luka-luka meghampiri kami. Wanita itu mengetuk pintu mobil sambil menangis.

" Iya Bu, ada yang bisa kami bantu?" tanya ayahku.

" Tolong anak saya, Pak. Mobil saya remnya blong. Sekarang berada di pinggir jurang itu. Anak saya masih disana, Pak. Tolong!" ucap ibu itu sambil menangis memohon-mohon kepada Ayah.

Ayah lalu menyuruh Ibu untuk menghubungi ambulan. Segera Ayah dan Ibu itu keluar dari mobil dan berlari menuju tempat dimana mobil Ibu itu mengalami kecelakaan. Setelah memanggil ambulan, aku, ibu dan adikku lansung berlari ke arah mobil tersebut. Mobil itu hanya bertumpu pada sebuah pohon yang sudah cukup kering. Kalau pohon itu patah, mobil itu pasti langsung terjun bebas ke dalam jurang. 

Aku segera berlari membantu Ayah mengeluarkan bayi dari jok belakang. Dengan usaha keras bayi itu berhasil Ayah gendong keluar dari mobil. Lalu aku sepertinya melihat seseorang lagi yang berada di bangku sopir. Saat aku melihat orang itu, mataku membulat seketika. Otak ku terasa kosong. Aku menutup mulutku, tak percaya dengan apa yang aku lihat. Kedua orang tuaku juga bereaksi sama seperti ku setelah melihat orang yang berada di balik kemudi.

Cerita Pengantar TidurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang