23. Terbongkar

27 3 0
                                    

Tugas oh tugas! Gue lupa malem belum ngerjain tugas. Sekarang beres istirahat pertama tugasnya diperiksa. Dari pagi gue ngerjain ngebut banget. Sampai sekarang pun belum beres. Perut gue udah laper banget, tapi itu guru pelit nilai. Sekalinya gak ngerjain tugas siap-siap di raport nilainya 75. Argh! Gue laper. Dan kalau lagi laper gue rese!

Baru sekali ini gue ngedekem di kelas. Gak ke kantin, toilet ataupun sekadar jalan-jalan di koridor. Gue emang anak yang selalu beruntung. Lihatlah tugas gue udah beres bertepatan dengan Bu Tia--guru ekonomi kelas gue.

Belajar sama Bu Tia itu membosankan. Terus suaranya pelan banget. Padahal gue duduk di barisan ujung dekat pintu meja ke tiga, tapi gak kedengeran. Lihat bahkan yang lain pada main ponsel yang dihalangi oleh tas. Ada juga yang menguap beberapa kali. Dua jam bertahan sama guru ini, akhirnya beres juga. Saatnya ke kantin. Gue udah nahan lapar dari tadi dan sekarang harus makan banyak biar kenyang.

"Mau ke mana lo?" Zaky menahan badan gue yang mau keluar kelas. Auranya kok serem banget ya. Emang sih Zaky biasanya galak, tapi sekarang beda. "Ikut gue."

Zaky ngajak gue ke mading tempat kemaren gue nempel artikel. Lha? Ngapain di suruh ke sini?

"Lo lihat itu," tunjuk Zaky.

Gue lihat artikel difteri yang gue tempel kemaren. Beralih ke sebelahnya. Ya ampun! Itu siapa yang nempel berita tentang Revi? Di situ tertera judul besarnya 'Audyra Revita Siswa Paling Teladan di Sekolah yang Ternyata Paling Buruk diluar Sekolah' di sertai foto Revi saat masuk club malam dan berantem dengan preman.

"Lo buka medsos SMA Garuda!" perintah Zaky menahan amarah.

Gue lihat di media sosial SMA Garuda. Sama isinya dengan yang di mading. Bahkan disertai videonya. Yang paling mengejutkan lagi di akhir berita itu tertera kode avn. Ya ampun! Itu kode gue kalau bikin berita. Memang setiap anggota GJC punya kode untuk menyebarkan berita.

"Lo udah lihat, kan? Apa yang lo lakuin, Vin? Kenapa lo sebar berita itu tanpa sepengetahuan gue? Lo udah melakukan pelanggaran paling besar di GJC, Vin."

"Sumpah, Ky. Bukan gue yang nyebar. Gue kemaren cuma upload video yang lo suruh sama nempel artikel yang itu," jawab gue menyangkal dan menunjuk artikel itu.

"Lo pikir gue bakal percaya gitu aja? Kenapa ada kode lo di akhir artikel? Yang tahu password medsos GJC itu cuma gue, lo, dan Angga. Dini juga bilang kunci mading emang ada di lo!"

"Bukan gue seriusan."

"Gue gak percaya kalau belum ada bukti nyata kalau bukan lo yang lakuin. Lo tahu konsekuensi nyebar berita tanpa ijin?" tanya Zaky mengancam.

"Gue tahu, Ky, tapi tolong jangan keluarin gue dari GJC. Bukan gue yang nyebar berita itu. Apalagi Revi temen gue. Gak mungkin gue sejahat itu sama temen sendiri."

"Asalkan lo tahu lagi, ya. Berita itu bisa aja diketahui sekolah lain dan lo secara gak langsung mencemarkan nama baik sekolah dan pastinya Revi juga." Zaky meninggalkan gue sendiri terpaku melihat mading.

Eh tunggu, Revi? Ya ampun berita Revi tersebar dan pasti dia anggap gue beneran yang udah nyebar beritanya. Terdengar bunyi ponsel yang menandakan ada pesan WhatsApp.

Revi '11 IPA 1'

Alvin, gue tunggu lo di taman belakang dekat perpustakaan. Pulang sekolah.

Isi pesannya singkat, tapi gue takut Revi gak percaya kalau bukan gue yang nyebar berita itu.

-----Journalist-----

Sesuai perintah Revi tadi, gue datang ke sana. Revi berdiri dan melihat gue dengan sorot mata kecewa.

"Kata lo janji itu harus ditepati, kan?" tanya Revi suaranya bergetar menahan tangis. "Kenapa malah lo langgar janji lo yang gak bakal nyebarin rahasia apapun tentang gue?"

"Sumpah, Rev. Bukan gue yang nyebar. Gue juga gak tahu kalau berita itu kesebar," jelas gue mencoba mendekatinya. Namun, Revi mundur lebih jauh memberi isyarat dengan tangan supaya gue berhenti jangan mendekat.

"Terus siapa yang nyebar, Vin? Setan? Gak mungkin, Vin." Revi tertawa miris.

"Emang bukan gue, Rev. Sumpah."

"Gak usah bersumpah apapun, Vin. Lo gak tahu apa dampak dengan lo menyebar berita ini. Gue kira lo baik. Ternyata salah, lo jahat, Vin."

Revi pergi meninggalkan gue sendiri di sini. "Revi! Bukan gue yang lakuin."

Revi berhenti, tapi gak berbalik menghadap gue.

"Sumpah Rev bukan gue, tapi kalau lo nganggep gue yang salah. Gue rela lo masukin ke gudang yang penuh kecoa itu sebulan tanpa makanan ataupun minuman. Asalkan lo jangan pernah salahin gue tentang ini. Apalagi marah dan jauhin gue. Karena emang bukan, gue Rev."

Revi melanjutkan langkahnya. Gue lihat sekilas dia mengusap pipinya. Menghapus air mata. Dia menangis.

Bukan gue yang salah. Bukan gue, tapi kenapa buktinya seolah menunjuk ke gue? Saat gue tahu ada yang menyebar berita itu, gue langsung cek tas dan ada kunci mading persis di tempat kemaren nyimpen. Lalu, kode pembuat berita itu emang punya gue.

Karena kesalahan gue yang belum sempat hapus foto dan video tentang kenakalan Revi. Semua berakhir begini. Gue terancam keluar dari GJC. Kepercayaan dari Zaky hilang. Dan sesuatu yang paling penting gue kehilangan kepercayaan dari Revi.

Journalist #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang